PENGHIANAT?

209 22 5
                                    

Budayakan vote sebelum/sesudah
membaca✨
______

•H A P P Y R E A D I N G•

"Lo juga salah Lan, harusnya Lo denger penjelasan dia dulu. Lo nggak bisa salahin dia dengan apa yang lo lihat" kata Riko. Cowok itu mengibaskan tangannya di depan wajah ketika Alan dengan sengaja menghembuskan asap rokok.

"Penjelasan apa yang harus gue denger hah? Bullshit!" Alan menuangkan minuman alkohol ke gelas untuk kesekian kalinya. Terlihat mata cowok itu sudah sayu akibat kebanyakan minum. Ketiga temannya memandangnya malas.

"Lo baru denger sedikit dan Lo udah menyimpulkan kalau adek gue selingkuh? Dia adek gue, gue kenal dia daripada lo" ujar Tama jengah. "Beda lagi kalau lo yang ada di posisi Elen, gue nggak bakal minta penjelasan, karena kelakuan lo emang kaya gitu dari sananya" Tama tidak peduli saat ini Alan sudah berdiri menantang dirinya. Yang dia ingin Alan sadar, sifat nya yang egois itu bisa merugikan dirinya sendiri.

"Jangan karena dia adek lo, lo jadi memihak ke yang salah. Orang asing mana yang berani mesra mesraan di tempat umum? Orang asing mana? Itu yang harus gue percaya? IYA?" Alan menggebrak meja dengan keras membuat anggota ALTARIKSA yang lain mendekat, untuk jaga jaga jika Alan mengamuk dan menyerang Tama.

Bukan hal yang baru lagi jika Alan dan Tama sering berkelahi. Sifat mereka sangat bertentangan, Alan yang keras kepala dan Tama yang selalu merasa dirinya benar.

"Cuma karena masalah ini kalian kelahi? Nggak beres lo berdua" celetuk Aksa yang sedari tadi diam menatap ponselnya. Mengabsen semua cewek dikontaknya, walaupun hanya ada sebagian yang menanggapi.

"Oke, kalau lo emang nggak mau denger penjelasan dari Elen, biar gue aja yang nanya sama dia" Tama berdiri dan memakai jaket nya dengan kasar. Mukanya memerah dan kepalanya terasa panas, emosi melihat kelakuan Alan.

"Ingat Lan, status lo bukan pacar lagi, tapi SUAMI. Kalau ada masalah lo bisa bicarakan baik baik, bukan ngelampiasin dengan minuman haram ini" ujar Tama lagi sambil membuang botol wine tersebut hingga menimbulkan bunyi nyaring akibat pecahan kaca.

Mata sayu Alan menatapnya. "Nggak usah ikut campur. Ini urusan gue, bukan urusan lo. Gue yang jalanin bukan lo" ujarnya dengan suara parau. "This is my life men, lo nggak berhak atur hidup gue. Paham?" setelah itu Alan terkekeh, Aksa dan Riko bergidik geli melihat Alan sudah seperti orang yang tidak waras.

Tangan Tama mengepal, ingin sekali rasanya ia memberi bogeman dimuka tampan Alan, namun keadaan Helena lebih penting. Dia sama sekali belum bertemu adik kesayangannya itu sejak disekolah, Tama jadi merasa bersalah.

"Gue abangnya dan gue berhak nentuin kebahagiaan adek gue, termasuk pergi dari hidup lo" Tama tersenyum sinis melihat Alan hanya terdiam. Mungkin Alan menganggap ucapannya tadi hanyalah gertakan biasa. Tidak dengan Tama, ucapan tadi benar adanya, ia akan berbuat nekat apapun untuk adik kesayangannya.

Setelah Tama berlalu, Riko langsung mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Alan.

Alan mengernyit sembari memijit pangkal hidungnya yang terasa pusing. "Apa?"

"Gue nggak mau lo jadi gila karena bahas masalah ini terus" kata Riko membuat Aksa yang berada disebelahnya menahan tawa. Muka Alan berubah sinis, apa apaan mereka?

"Mau gue undang Bella kesini? Lumayan kan buat bahan pelampiasan" celetuk Aksa tanpa dosa.

Plak

"SAKIT BANGSAT!"

Ponsel berlogo apel digigit milik Riko melayang bebas ke kepala Aksa. Alan tidak habis pikir dengan pola pikiran sepupunya itu, bukannya memberi saran yang baik, justru Aksa menambah masalah baru untuknya. Dasar sepupu tidak berguna!

My Ugly Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang