Hari ini, Minhee sudah diperbolehkan pulang oleh dokter Dongwook. Sejak pagi tadi, laki-laki dengan tinggi 185 cm itu sudah mulai sibuk mengemasi barang-barang yang akan ia bawa pulang. Kali ini Minhee hanya ditemani oleh Yoona, karena Jongsuk pergi bekerja, Yeeun pergi kuliah, dan Jaemin pergi sekolah.
Yoona yang baru saja selesai mengurus administrasi, berjalan menghampiri putranya yang terlihat sangat bersemangat untuk pulang ke rumah. Sebuah senyuman langsung terukir di wajah cantik Yoona kala anak bungsunya itu menyadari kehadirannya.
"Udah selesai, sayang?" tanya Yoona yang kemudian duduk di pinggir ranjang Minhee yang sudah dirapihkan.
"Udah, Bun."
Yoona masih setia menyunggingkan senyumnya, lalu perlahan ia tarik dengan lembut putra bungsunya untuk ikut duduk di sampingnya, tangan cantiknya terangkat untuk mengusap wajah putranya yang begitu tampan, sebuah mahakarya Tuhan yang tak pernah ternilai harganya.
"Bunda minta maaf ya, sayang."
Kening Minhee berkerut saat mendengar ucapan bundanya. "Kenapa Bunda minta maaf, emang Bunda salah apa sama Minhee?"
Kepala Yoona tertunduk, berusaha sekuat tenaga untuk menahan air matanya agar tak jatuh di hadapan putranya.
"Bunda.... belum bisa nemuin pendonor yang cocok buat Adek."
Minhee sama dengan bundanya, sama-sama berusaha menahan agar air matanya tak jatuh. Bertahun-tahun Yoona selalu meminta maaf untuk hal yang sama, dan bukannya Minhee tidak bisa memaafkan Yoona, Minhee hanya tidak tahu bagaimana caranya memaafkan di saat ia sendiri tidak tahu di mana letak kesalahan bundanya. Bertahun-tahun juga Minhee menunggu pendonor itu datang, tapi hampir enam belas tahun hidupnya, pendonor itu pasti punya banyak alasan, mulai dari yang katanya tidak cocok, tidak sesuai, atau sudah didonorkan ke orang lain.
Minhee selalu bersikap tegar tiap kali jantung yang seharusnya jadi miliknya malah harus jadi milik orang lain, Minhee juga percaya kalau di luar sana banyak yang lebih butuh donor jantung ketimbang dirinya, tapi sebagai makhluk ciptaan Tuhan, Minhee juga ingin menikmati indahnya dunia lebih lama lagi, setidaknya dengan jatung baru itu Minhee jadi punya harapan untuk hidup lebih lama.
"Bunda enggak perlu minta maaf, itu bukan salah Bunda, enggak ada yang salah, semua orang berhak dapetin apa yang mereka inginkan, ini hanya perihal waktu. Lagi pula Minhee kan kuat, jadi tanpa jantung baru pun, Minhee akan tetap bertahan dan berjuang."
Air mata Yoona akhirnya jatuh karena pertahanannya yang runtuh, kini justru Minhee yang mengangkat tangannya untuk mengusap air mata yang membasahi pipi bundanya.
"Bunda, Minhee ini kuat, Minhee bisa keluar dari inkubator setelah sepuluh hari di dalam sana, Minhee juga enggak ngerasa sakit waktu pertama kali dipasang selang ventilator, soalnya kan Minhee dibius." Yoona jadi tertawa kecil mendengar cerita Minhee yang sengaja dibumbui candaan oleh laki-laki itu. "Terus kan Bunda sendiri yang bilang kalo Minhee bisa pulih dengan cepat waktu pertama kali operasi. Intinya semua yang terjadi dalam hidup Minhee enggak akan menarik kalo enggak ada kisah dan perjuangan di balik itu semua, jadi Bunda enggak usah sedih lagi ya."
Yoona mengangguk kecil, lalu di detik berikutnya, Minhee bawa wanita yang paling berarti dalam hidupnya itu masuk ke dalam pelukannya, dengan penuh kasih sayang, Yoona usap lembut surai hitam Minhee yang kini telah tumbuh dengan lebat.
Minhee kembali ke sekolah setelah hampir dua Minggu ia tidak masuk sekolah, karena Minhee baru selesai menjalani operasi, keluarga Karunansakara jadi sangat protektif terhadap laki-laki itu, berkali-kali Yoona mengatakan bahwa Minhee tidak boleh kelelahan, Minhee tidak boleh jajan sembarangan, Minhee juga tidak boleh lupa minum obat, padahal semua itu sudah Minhee hafal di luar kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggling || K. Minhee
Novela Juvenil[TERSEDIA VERSI PDF] "Waktu kematian pukul 02.40." Seketika tangis semua orang yang ada di ruangan itu pun pecah, malam itu orang yang paling mereka cintai, paling mereka sayangi, dan paling mereka perjuangkan hidupnya pergi meninggalkan mereka untu...