Di sebuah kamar dengan warna cat biru muda, berdirilah seorang remaja laki-laki di depan sebuah cermin besar.
Laki-laki itu mengenakan kemeja putih polos, tapi kancing kemejanya belum sepenuhnya ia kaitkan, laki-laki itu justru terdiam memandangi pantulan dirinya di cermin dengan tangan yang menyentuh dadanya.
Di dada laki-laki itu ada sebuah bekas jahitan yang telah ia dapatkan sejak usianya sepuluh tahun, tapi setelah enam tahun berlalu, bekas jahitan itu belum juga hilang.
Remaja laki-laki itu bernama Sayaka Minhee Karunasankara, enam belas tahun hidupnya bersama dengan jantung yang tidak sempurna.
Orang lain yang melihatnya mungkin akan menilai ia sebagai laki-laki yang sempurna, tubuh tinggi, kulit putih, wajah tampan, serta otak cerdas, tapi siapa sangka kalau hidupnya penuh dengan penderitaan dan rasa sakit.
Tapi meskipun begitu, ia justru bahagia karena semua orang menyayanginya, semua orang ikut membantunya bertahan hidup, dan itulah alasan kenapa Minhee masih bernapas hingga detik ini.
17 September 2002....
Di sebuah ruangan dengan warna yang dominan putih, duduklah sepasang suami dan istri serta seorang dokter cantik di hadapan mereka.
"Pertama-tama, aku ucapkan selamat atas kelahiran anak ketiga anda, Nyonya." Sang dokter cantik yang bernama dokter Boa memberikan ucapan selamatnya kepada sepasang suami dan istri di hadapannya ini.
Sepasang suami dan istri yang bernama Jongsuk dan Yoona itu jelas saja merasa bahagia, karena apa yang mereka harapkan selama ini telah lahir ke dunia dengan selamat.
"Tapi ada kabar buruk yang harus aku sampaikan kepada Tuan dan Nyonya mengenai bayi kecil kalian," ujar dokter Boa yang tentu saja langsung mengundang rasa penasaran Jongsuk dan Yoona, bukankah tadi dokter Boa menyampaikan kabar gembira? Kenapa harus disertai dengan kabar buruk?
"Apa itu, dok?" tanya Yoona dengan harap-harap cemas, tapi tak melupakan rasa penasarannya.
"Aku sudah melakukan pemeriksaan kepada bayimu, awalnya aku tak melihat ada kejanggalan dari kehamilanmu, tapi mungkin aku yang salah karena tak memprediksikannya sejak awal...." dokter Boa menarik napas dalam-dalam untuk kemudian melanjutkan kembali pembahasannya. "Bayimu, memiliki kelainan pada jantungnya."
Baik Yoona maupun Jongsuk, keduanya benar-benar tak percaya dengan apa yang dikatakan dokter Boa, karena menurut Yoona bukankah ia sudah sangat baik dalam menjaga janinnya, lalu kenapa hal itu masih bisa terjadi?
"Aku sarankan kalian untuk membawa bayi kalian ke dokter spesialis jantung setelah ia keluar dari rumah sakit ini, untuk memastikan lebih lanjut kelainan jantung bawaan apa yang terjadi pada bayimu."
Yoona tak kuasa lagi menahan air matanya, ia ingin menangis, tapi ia ingat bahwa ia tidak bisa menangis sekencang-kencangnya saat ini, ia merasa ingin cepat pulang untuk mengeluarkan semua kesedihannya.
Jongsuk yang juga merasakan kesedihan sang istri, dengan sigap memeluknya, berusaha menyalurkan kekuatan walaupun ia sendiri sebenarnya juga sangat bersedih.
Bagaimana bisa, bayi laki-laki yang selama ini mereka idam-idamkan lahir dengan penyakit yang belum tentu bisa disembuhkan?
"Saat ini bayi kalian ada di dalam inkubator di ruang NICU, kalian boleh melihatnya, tapi hanya dari balik jendela ruangan," ucap dokter Boa yang tak kuasa melihat kesedihan sepasang suami dan istri di hadapannya ini, lagi pula ia ingat bahwa Nyonya Karunasankara belum melihat bayi kecilnya sejak pertama kali bayi itu lahir ke dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggling || K. Minhee
Fiksi Remaja[TERSEDIA VERSI PDF] "Waktu kematian pukul 02.40." Seketika tangis semua orang yang ada di ruangan itu pun pecah, malam itu orang yang paling mereka cintai, paling mereka sayangi, dan paling mereka perjuangkan hidupnya pergi meninggalkan mereka untu...