24👾

10 1 0
                                    

"Adakalanya kenangan itu indah untuk dikenang dan indah untuk diulang. Namun, adakalanya kenangan itu hanya indah untuk dikenang dan sangat tak indah untuk diulang."

@detente

__________________________________________________


GDEBUUUK!

Sekatika semua kepala berputar sembilan puluh darjat. Menatap sosok Ciwa yang terjerembab mengenaskan di lantai kamar. Ia terjatuh ketika hendak menuruni tangga ranjang. Karena salah menempatkan kaki hingga membuatnya terjengkang kebelakang. Bahkan hampir menimpa orang di bawahnya.

Ciwa menggosok-gosok bokongnya yang sakit "Aduh... Sorry, aku yang salah. Ayo lanjutin, jangan khawatirkan aku. Yuk, bisa yuk lanjut, hehe.... " Aku geleng-geleng kepala. Melihat wajah Ciwa saja sudah membuatku jadi tidak berselera lagi untuk melanjutkan peperangan. Sedangkan semua mata kini menatap Ciwa prihatin. Tidak peduli dengan pertengkaran ya g berlangsung beberapa detik yang lalu. Mereka hanya tampak khawatir, melihat Ciwa yang tiba-tiba terjengkang lalu sepersekin detik langsung bangkit sambil cengengesan. Itu mengesankan. Jatuhnya tidak sesuai waktu dan tempat. Ingin tertawa, tapi takut dosa.

CKLEEEK!

Tiba-tiba saja pintu dibuka oleh seseorang. Gagang pintu bergerak ke arah bawah. Seiring dengan itu Iyin pun terdorong kedepan. Buru-buru ia menghindar, jika tidak tubuhnya bisa saja terpental. Dan seperti slow motion, semua mata beralih menatap orang yang muncul dari balik pintu.

"PRAAAANK!" Teriak Fado dari bibir pintu sambil bertepuk tangan dengan mantap. Awalnya kami diam, bukan karena kaget tetapi kebingungan dengan apa yang tengah terjadi. Dan beberapa detik Kemudian, suara sorakan pun di ikuti oleh seisi kamar. Saling sahut-menyahut.

"YEY, ATUM KENA PRAAANK!" seru mereka bersama. Aku dan Filay tertawa sambil geleng-geleng. Bukannya di awal mereka tidak mengerti dengan apa yang terjadi? Namun, kini malah ikut berseru begitu semangat. Fado malah yang paling semangat, menepuk-nepuk bahu Atum yang tersipu. Padahal tadi kulihat Atum sudah menahan tangisnya karena bingung, malah di buat bingung lagi oleh kejutan ini. Entah dalam rangka apa ia tidak tahu. Karena semua orang tengah asik berseru menyorakinya, jadi ia ikuti saja, walau tidak mengerti apa-apa.

"Yey... Kita siapkan ini semua untuk Atum, horeee!" Fado semakin mengguncangkan tubuh Atum.

"Auh...aku sampai lima puluh kali mengulang menghapal teksnya. Sulit sekali menjadi pemeran antagonis," tukas Iyin sambil menggetakkan tangannya mengelus dada. Awalnya ia tidak terima dipilih menjadi pemeram nenek lampir, tapi akhirnya ia menguasai betul.

"Huhuy... Calon pemain FTV, guys," seru kak Salsa. Yang lain ikut menyoraki Iyin. Yang di soraki malah tertawa bangga. Padahal sebenarnya mereka sedang melontarkan ledekan.

"Ih, suer aku takut sekali tadi, tidak berani menatap kak Salsa lama-lama. Ia bener-bener seperti orang marah, malah bawa-bawa pak yayasan. Setahuku bagian itu tidak ada di dalam skrip." Iyin protes lagi.

"Yah, itu karena aku lupa teks sebelumnya. Seharusnya aku bilang kalau kamu itu anak pungut dari tong sampah," sambung kak Salsa. Kami tertawa. Sedangkan Iyin merengut kesal. Senang betul kak Salsa membuat Iyin sebal.

"Eh, bukankah seharusnya bagian itu dikatakan Iyin kepada Risky?" tanya Fado. Aku dan Iyin mengangguk. Ternyata kami lupa bagian itu.

"Jadi dari tadi kamu hanya berdiri di depan pintu?" tanya Atum. Fado mengangguk.

"Iya, sebelumnya aku datang bersama Risky, kemudian Risky masuk, dan aku duduk menunggu di depan pintu, menjaga siapa tahu ada yang ingin masuk. Bahkan, tadi aku juga merasakan ketaran pintu akibat tubuhmu, apa tidak sakit?" tanya Fado kepada Iyin. Iyin mengangguk dengan raut wajah yang dibuat sok imut.

Detak-DetikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang