Kura-kura sampai kapan pun tak akan pernah melepas cangkangnya, karena cangkang itulah yang selalu memayunginya dari segala ancaman dan tatapan yang siap memangsa.Pakaian muslimah ibarat "cangkang" yang senantiasa memayungi serta meneduhkan, sehingga terhalang dari ancaman dan tatapan
@detente
_____________________________
Selesai menunaikan sholat isya, aku berkunjung ke kamar umi Fara. sekedar menyapa menanyakan kabar dan membahas beberapa hal. Sekaligus ingin meminta izin untuk keluar asrama.
Ku dengar, semua peraturan sudah berlaku mulai hari ini. Shalat berjamaah, shalat sunnah, dzikir berjamaah sehabis shalat, qiyamullail, Dhuha, dan sebagainya. Semua kegiatan asrama sudah mulai di absen. Tak ada lagi waktu bermalas-malasan.
Tak lama aku duduk di ruangan itu. Dan umi Fara mengizinkan sampai jam setengah sepuluh. Itu waktu yang biasa ia berikan sih.
Setelah satu dua kalimat dan kini aku telah berjalan santai di tengah lapangan luas Medan Putri. Bintang-gemintang tampak berpendar-pendar indah di atap semesta. Aroma tanah tercium pekat saat malam hari. Udara dingin daerah ketinggian yang menusuk membuat tubuh sesekali gemetar. Juga suara serangga malam terdengar bersahut-sahutan, seakan berteriak takut akan gelap nya malam.
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya langkah ku terhenti di depan sebuah daun pintu. Di samping pintu tersebut melekat sebuah papan kecil dengan bacaan
'Santri Kece'
Kemudian manikku turun dan menangkap sepasang sneakers terparkir rapi di lantai keramik.
jika baru pertama kali mengunjungi ruangan ini mungkin kalian akan terkecoh dengan pintu itu. Sebab Handel pintu tersebut terletak di sebelah kanan, sedangkan untuk membukanya kalian hanya perlu mendorong pintu bagian kiri. Dan jika biasa nya silinder kunci terletak di pintu paling sisi, namun anak majalah menanamkan nya di bagian bingkai pintu sehingga tak terlihat sama sekali. Jadi Handel itu tak ada gunanya selain memperalat orang yang bisa jadi memiliki niat jahat.
"waalaikumussalam, oh panjang umur. Rizky ternyata, sini masuk" jawab Seorang gadis lalu mempersilakanku masuk.
Tatapan ku menyapu setiap sisi ruangan yang bercat dinding berwarna grey itu. Aku rindu dengan ruang majalah ini. Rindu dengan komputer yang berjejer rapi di atas meja editor, mesin printer, rak buku, meja dan kursi, pigura, karikatur Albert Einstein, susunan scratchbooks dan tak lupa dengan suasananya yang adem. Seketika teringat saat dimana diri ku Filay dan Fado sibuk seharian di ruangan ini.
Memang tak ada perubahan sejak libur semalam. Rubik 4×4 dan 3×3 milik Filay masih setia duduk di atas printer. Dan beberapa bunnyhead kesayangan Fado pun tetap tergantung molek di samping jejeran topi pramuka. Bahkan stickynote yang terakhir kali ku letakkan di salah satu komputer pun masih melekat kuat.
"how are you?" Tanya gadis itu sambil menatap layar datar.
"just so so" Jawab ku santai lalu duduk di samping gadis itu.
"hahaha tak ada yang berubah dari mu, Risky" kata gadis itu dengan wajah memelas.
"aku tak membutuhkan belas kasihan mu kak" gadis itu terkekeh.
"ya sudah lah, padahal aku ingin mengatakan bahwa aku rindu dengan kota kelahiran mu itu"
Gadis molek itu bernama Anggun. Kelas XII Pmia C. Sering di panggil Ajun oleh teman-teman terdekat nya. Omong-omong kak Anggun adalah ketua majalah. Dialah yang mengatur perihal menyangkut tentang majalah. Dengan hal itu tentunya ia sangat gemar dalam dunia Design grafis seperti menggambar sketsa, membuat vector art, poster dan sebagainya. Dengan kemampuan kemilaunya itu, Kak Anggun selalu terpilih sebagai utusan sekolah dalam FLS2n dan Karya-karya nya selalu membawa kejuaraan.