Jangan takut basah hanya karena gerimis, sebab mungkin itu dapat membersihkan mu dari debu dan noda kesalahan
@detente
______________________________
Bunny head itu terlihat gemoy saat sedang duduk di atas singgasana nya. Hanya saja sang singgasana sedang berduka hati. Tak memperdulikan letak sang bunny head yang compang-camping menahan gerakan kepala yang tengah membatu.
Fado yang sabar ya...
Kamu pasti kuat menjalani semua ini.....
Ingat ini ujian.....
Tuhan memberi kan ujian sebab Dia sayang....
Bukti bahwa Dia selalu mengingat mu....
Berencana untuk kabur dari kelas saat jam prakarya. Tapi malah tersasar ke taman belakang kelas. Dan di pergoki kesiswaan saat jalan mengendap-endap menuju ruang majalah. Dan jeng jeng... Akhir nya malah di suruh merapikan taman yang terobrak-abrik akibat angin kencang di selingi hujan deras tadi malam.
Maaf kan Fado, otak nya sedang dalam masa transisi.
Tak banyak ia mengeluarkan kata. Hanya sedikit umpatan dan mengata-ngatai guru favorit nya itu. Lucu sekali melihat mulut kecil nya tidak henti ber celoteh dengan tangan yang masih tetap konsisten menata bunga-bunga yang tumbang dalam keadaan naas. Aku ikut membantu dan melirik nya sesekali sambil merapikan kacamata ku. Wajah nya cemong asal kalian tahu.
"hai, apa yang sedang kalian kerjakan?" tanya seseorang dari balik jendela kaca kelas. Kalian pasti tahu itu bukan pertanyaan yang berarti, apa lagi dengan di selingi senyum jahil di bibir cerewet itu. Aku menoleh kebelakang dan mendapati seisi kelas sedang menontoni kegiatan kami dengan berbaris di sepanjang kaca jendela. Aku agak gerogi sebenarnya. Tapi melihat Fado yang bersikap masa bodo, aku pun melanjut kan pekerjaan ku tanpa menghiraukan ejekan dan gelak tawa meremehkan dari teman sekelas ku.
Malu aku tuh.
"kapan nenekmu mengirim kan kacamata itu, Risky?"
"malam tadi.. Hah!!!" aku terperanjat. Sungguh aku tak main-main. Benar-banar tak sadar akan kehadiran si Filay yang tangan nya kini sudah berlumur tanah hitam. Sejak kapan? Tapi ini sudah biasa sih. Justru karna terlalu sering terjadi hal seperti ini membuat ku berpikir bahwa wujud Filay sama halus nya dengan makhluk halus. Kehadiran nya sering sekali tak di sadari. Terkadang juga menghilang tiba-tiba. Entah lah aku punya teman-teman yang kadar keanehan nya tak terlogikakan.
"bisa tidak, kalau datang itu ucap kan salam. Barusan kamu hampir membuat jantung ku melompat dari pelukan paru-paru" aku memukul lengan Filay yang di sambut dengan tatapan kebingungan dari nya. Fado terkekeh seakan mengejek ku. Melihat Filay yang memasang wajah tanpa dosa aku pun tak tega untuk memarahi nya lebih lanjut. Toh bukan salah dia juga. Dan akhirnya aku hanya bisa membuang napas dengan kasar.
"nenek ku tak sempat singgah dan memilih untuk menitipkan kacamata nya pada pak satpam" jelas ku. Filay mengangguk paham.
"norak"
WHAT?
ARE U KIDDING ME?Fado seketika menghentikan gerakan jari-jemari, lantas menjatuhkan rahang nya dengan ekspresi tak percaya.
"apa maksud mu, Filay?"
"kacamata mu norak, yang lama lebih bagus" ujar Filay dengan tampang sok polos nya.
"iya juga sih. Warna nya norak. Pink" sambung Fado yang sejak tadi begitu asik menertawakan ku. Aku memutar bola mata dengan malas.
"kalau kalian iri yah bilang dong" aku tak mau kalah.