Bahagia itu...
Tanpa di sadari dekat dengan kita. "kedamaian dan kepuasan batin" itulah kebahagiaan.@detente
______________________________
Berjam-jam aku hanya berkutik di ruang majalah lalu ruang osis. Dua wilayah yang merupakan habitat ku sebenarnya. Selain sibuk dengan laporan kegiatan yang harus segera di kumpulkan_soalnya buk Ketos sudah Berkoar-koar dari semalam_ dan kini kak Anggun malah menambahkannya dengan anggota majala yang baru di rekrut. Harus mengajarkan ini itu, lagi-lagi harus menjelas kan panjang kali lebar yang belum tentu bisa dengan cepat mereka serap.
Dan disini lah aku, berjalan gontai dengan totebag yang menjuntai hampir menyentuh tanah. Tampak menyedihkan memang. Dan tujuan ku kini adalah ranjang kesayangan ku.
Tentu nya aku berharap bukan muka Fado yang pertama kali menyambut ku di depan kamar nanti nya. Karna aku tak ingin mendengar pertanyaan konyol nya untuk saat ini, bahkan aku berharap dia tak perlu susah-susah menyapa ku.Puk..
'ya ampuun...'
Baiklah, bahkan belum juga menginjak teras asrama aku sudah di cegat kembali. Tugas apa kali ini? Aku siap menjalankan nya..
"muka jangan di buat kusut oi, nanti keliatan jelas tua nya"
"iya betul, mending ikut dengan kita-kita" sahut cecunguk satu nya.
"apa lagi sih?" aku mendengus kesal. Bahkan memandang wajah mereka saja sudah membuat mood ku ambruk. Siapa lagi kalo bukan Iyin, Fado, Tiway, Ciwa, dan Ghidin. Mereka sedang duduk-duduk di rumput. Eits tunggu sebentar, Filay juga hadir ternyata. Tapi aku sangat yakin dia hanya korban paksaan kelima cecunguk itu. Lihat lah wajah Filay yang makin kusut belakangan ini."elah, belum juga belum, kami sampai satu jam loh menunggumu, Risky" balas Iyin.
"okeh jadi kalian mau apa?" tanya ku. Aku benar-benar tak ingin ber tele-tele sekarang. Mereka malah saling tatap-tatapan penuh kemenangan. Sangat-sangat mencurigakan."oh, kalian mau ambil barang-barang terlarang kalian kan, ya sudah ini kunci nya" kata ku sambil mengeluarkan kunci ruangan osis dari saku baju ku.
"dih, bukan itu, Risky. Kamu mah souzon, mood kami sedang tidak di sana" kata Iyin.
"so?"
"hehe bantu kami dong minta izin sama umi, kami ingin menangkap ayam" sambung Fado, lalu berdiri si samping Iyin. Tampak nya mereka sangat kelelahan."untuk apa?"
"untuk diajak main petak umpet. Ya buat dimasak lah" kata nya. Emosi cuy.
"kenapa harus aku?kalian kan bisa minta izin ke umi langsung"
"kamu pikir umi akan percaya?"kata Iyin. aku mendengus. Benar juga.
"ya sudah, kejar sana. Nanti biar aku yang meminta izin ke umi" ujar ku sambil berlalu meninggal kan mereka.
"makasih, Risky cantik" seru Fado.
"eh babon, ayok. Ayam nya lari ke belakang asrama tadi" seru Iyin yang langsung di sambut semangat oleh yang lain.
"eh tunggu, Filay dimana?"
"tuuuuuu...."seru mereka serempak ke arah Filay yang tengah berjalan di belakang ku.
"ya sudah lah, dia tidak setia kawan" kata Ciwa dan langsung lari berpencar bersama yang yang lain."kamu tidak ikut dengan mereka, Filay?" tanyaku.
"ikut, tapi aku ingin menemani mu meminta izin saja. Mana tahu tidak di perbolehkan dan aku malah sudah lelah mengejar calon ayam panggang itu" aku terkekeh mendengar nya.
"baiklah, aku mengerti"Apa susah nya coba meminta izin. Bukti nya umi memberikan izin bahkan sebelum aku menjelaskan secara rinci dengan embel-embel dan alibi untuk membujuk, umi Fara sudah mengerti maksud kedatangan ku.
"ingin menangkap ayam ya?" kata umi Fara saat aku baru saja membuka pintu. Hahaha, Aku bisa mendengar Filay terkekeh.
"tapi ada syarat nya, kamu sebagai penanggung jawab nya ya, Risky"
"ana mi?" ya allah, aku berharap aku bisa tidur sebelum waktu asar.
"iya, sama Filay juga boleh"