(17)👾

36 8 8
                                    

Berilmu walaupun hanya sedikit tapi di kuasai jauh akan lebih bermanfaat dari pada mempelajari banyak ilmu, tapi menguasai nya setengah-setengah sudah pasti tidak akan bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

@detente

______________________________


Semua orang memiliki sudut pandang sendiri terhadap suatu aturan. Ada prospek yang mengatakan bahwa aturan bersifat mengikat dengan tujuan mendisiplinkan. Dan ada juga yang berperspektif bahwa aturan itu berdiri untuk di langgar. Yah terima-terima saja. Toh semua orang punya cara nya sendiri untuk mengatur mindset nya. Ingin berkomentar pedas pun siapa yang peduli.

Maka tidak jadi masalah dong jika kami melanggar aturan dengan alasan tersendiri. Tidak ada yang boleh protes. Tidak boleh menghujat. Jika ingin memberi hukuman, yah silah kan. Tentunya harus sesuai dengan sanksi nya. Kami menghargai perspektif mu dan menerima setiap konsekuensi. Sesimpel itu. Karna bahagia adalah kepuasan batin.

Catatan keibadahan asrama tidak pernah absen dengan tinta merah. Selalu saja ada yang alfa mengerjakan solat duha apa lagi solat tahajut. Tapi itu bukti kejujuran. Jika tidak ada yang jujur maka catatan tersebut akan selalu bersih dan kinclong dari nama-nama biang kerok.

Jam istirahat siang sudah berakhir. Tepat pukul 14:30, saat matahari sedang terik-terik nya, kami dengan seragam pramuka yang masih compang-camping berlari gegas memacu hitungan dari kakak-kakak pramuka.

"SATU!

"TAMBAH SATU!

"DUA!

"TAMBAH SATU!

"TIGA!

"TAMBAH SATU!

"EMPAT!

"TAMBAH SATU LAGI!

"LIMA!

"YANG TERLAMBAT SEGERA MEMISAH KAN DIRI!

Bayang kan saja hitungan itu masih belum benar-benar sampai di detik ke lima, jadi jelas saja banyak yang akan tercatat terlambat. Anak asrama Arafah saja masih ada yang belum memasang sepatu dan kaus kaki nya. Ada yang sibuk merapikan tatanan jilbab. Bahkan masih ada yang belum bangun dan memilih untuk tetap tidur. Awas saja nanti di pergoki oleh umi Fara yah, hukuman nya malah akan berkali lipat.

Aku berlari secepat cahaya menuju barisan. Tidak boleh terlambat atau Fado akan menertawakan ku jika tahu aku berbaris di barisan khusus. Saking was was nya, hampir saja aku terjerembab akibat menginjak tali sepatu yang belum terikat dengan baik. Tapi syukur aku masih bisa sampai tepat waktu. Sedangkan yang lain masih kocar-kacir di kejar kakak pramuka di belakang sana. Dan apa bila nasib mereka tidak baik siang ini maka bisa ku pastikan mereka akan berbaris di barisan khusus tukang telat. Nanti nama mereka akan di data dan akan menerima sanksi di akhir kegiatan. Lihat saja wajah-wajah syak dan penuh dosa itu. Takut bila akan di permalukan di depan banyak orang.

Boleh kan aku tertawa dalam hati?

Seketika semua santri sudah berbaris rapi di tengah lapangan yang di terpa terik senyuman matahari. Bayangkan saja panas nya. Membuat semua mata menyipit dan dahi mengerut. Jangan kan kami, pohon saja melompat-lompat kepanasan di buat nya. Bahkan mikrofon berwarna hitam yang berada di atas podium sana sampai terkentut-kentut karna was was akan meleleh. Tapi walaupun nanti nya kami harus keling, tetap saja kegiatan Pramuka adalah hal yang mengasik kan. Karna kegiatan hari ini adalah lomba masak-masak.

"bukan begitu maksud ku.." lawan bicara ku yang satu ini senang betul menjahili ku. Tapi bodoh nya mengapa aku percaya setelah di bohongi beberapa kali. Sudah lah. Bukan nya naif, tapi di pikiran ku adalah tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Logika ku tentu ikut serta dalam menimbang, walau pada akhir nya itu akan menjadi sesuatu yang tidak mungkin bagi orang lain. Ah Fado! Ku kutuk saja dia jadi batu.

Detak-DetikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang