(5)👾

49 14 30
                                    

Jangan salah kan batu ketika tersandung, mungkin saja kita tidak melihat dan tidak percaya bahwa batu itu akan membangkitkan kita.

@detente

______________________________

Jumat pukul setengah sebelas _tepat masuk waktu dhuha_baru lah penduduk asrama Arafah itu bangun. Jumat jumat sebelumnya juga seperti itu. setelah goro (gotong royong) pagi membersihkan asrama, para santri lanjut tidur sampai waktu dhuha. Bagi yang haid bahkan takkan bangun hingga masuk waktu asar. Memang dasar anak pondok. Mungkin bagi kalian yang pernah merasakan hal yang sama bisa berbagi cerita dangan ku.

Aku baru bangun beberapa menit lalu dengan tumpukan buku di hadapan ku. Aku baru ingat setelah sholat subuh tidak langsung tidur, tetapi memilih mengerjakan tugas ringkasan terlebih dahulu hingga tak sadar kan diri.

Setelah duduk sebentar untuk mengumpulkan nyawa, aku segera melaksanakan Shalat dhuha, untuk menyedekahkan setiap sendi-sendi yang sudah ku pergunakan dalam berbagai hal.

Ciwa dan Ghidin_mereka adalah teman kamarku_mereka masih saja tidur dengan begitu nyenyak bahkan setelah aku menyelesaikan sholat ku. mungkin efek dari bergadang semalam.

Walau pun Jumat free, tetap aja terasa membosankan jika tidak ada kegiatan yang menyenangkan. Maka lembaran kertas kosong lah yang menghidupkan suasana hati ku. Dengan goresan tinta legam yang di padukan bersama jalan nya logika berpikir.

Aku pernah mendengar dari seseorang. Bahwa kita adalah tuhan dari setiap kata yang telah kita toreh. Bahwa kita lah yang memberikan nyawa di setiap kata sehingga dapat hidup dan bisa sampai ke hati terdalam para pembaca.

"Assalamualaikum" aku menoleh. seseorang muncul dari bibir pintu. Suara nya tentu saja tidak asing lagi.

"Waalaikumussalam, Fado" ia membawa sesuatu di tangan nya.

"kamu tau, Risky? semalam suntuk aku terus memikirkan sebuah jawaban yang tepat untuk sebuah pertanyaan"

Fado naik ke ranjang atas yang bersebelahan dengan kepala ranjang ku. Ranjang itu milik Kak Salsa. Di antara ranjang tersebut aku meletakkan sebuah papan berlapis kain gorden yang ku jadi kan sebagai meja belajar. Hal itu agar aku tidak ke sulitan lagi untuk mengambil buku ke bawah. Tak perlu lagi capek-capek turun-naik tangga. Karna sekarang posisi ku sudah permanen. Tetap di atas ranjang.

"apa pertanyaannya?" aku masih setia pada notebook baru ku.

"kamu yakin punya jawaban nya?" Fado malah bertanya balik. Ia terus memperhatikan tangan ku yang meliuk-liuk di atas kertas bergaris-garis vertikal, lalu membuka kotak makanan yang baru saja ia bawa. Itu brownies.

"bagaimana aku bisa menjawab jika tidak ada pertanyaanya, Fado" aku berkata ruai. Fado tampak menimbang-bimbang. Tidak ada salah nya juga jika mendengarkan jawaban dari Risky. Begitu mungkin maksud dari ekspresi nya.

"apa arti what?" Fado berkata polos. Aku meletakan pena dan menutup notebook ku. Lantas membuang nafas kasar sambil menatap nya tajam. Jadi sepanjang malam ia hanya memikirkan hal itu?

"kamu tahu jawaban nya, Fado" ujar ku

"iya, aku tahu jawaban dan pertanyaan nya akan terus berputar-putar tak ada ujung. Maka nya aku tengah memikirkan jawaban yang benar-benar fix. Sehingga tidak ada lagi yang bisa menyela. Sungguh ini membingungkan, Risky" kata nya sambil menopang dagu.

Aku memutar bola mataku.

"Fado, kalau ingin bego jangan ajak-ajak orang lain ih" Fado nyengir. Lantas mengaruk-garuk kepala nya yang tidak gatal.

Detak-DetikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang