(16)👾

35 10 4
                                    


Kita ini ibarat kertas dan pena yang saling butuh, dan saling mengisi serta manguatkan.

Kertas takkan punya makna tanpa ada goresan pena.
Pena pun sama.

@detente

______________________________

Suasana serta merta berubah menjadi hening. Hanya kedipan mata yang berbicara. Menafikan teriakan yang seakan terdengar slow motion.

"hayo lah... Iyin tidak ada di asrama sejak tadi malam. Bisa jadi yang kalian lihat itu bukan Iyin tapi....." Ghidin dan Ami spontan memukul meja sambil meneriakiku agar tidak melanjutkan kalimat yang tabuh tersebut. Kaca mataku nyaris terjatuh akibat timpukan dari Ami. Tapi mengapa Ami pula yang malah ketakutan. Bukan nya hal itu terjadi pada Ghidin dan Atum?

"aku trauma dasar Risky bego" mood Ami sudah mengkal.  Mungkin kejadian di ruang OSIS yang sempat viral semalam masih tidak bisa menguap dari otak nya. Kasian Ami.

"hahahaha berarti jin nya suka sama Iyin?"
"mungkin saja"
"dasar jin plagiat" semua hal mereka jadikan bahan lelucon. Kualat baru menyesal.

"ada apa dengan  wajah mu, Ciwa? Mengapa lesu begitu? Seperti kurang darah saja" tanya Fado "habis makan siput ya?" kurang ajar mulut mu memang.

"hmm aku juga tidak mengerti, malam tadi aku tidak bisa tidur. Jam 3 aku terbangun karna merasa ketindihan dan tidak bisa tidur lagi" kata nya dengan memelas. Ya ampun bokoh sekali teman kamar ku ini. Pantas saja tadi malam aku dan kak Salsa beberapa kali kaget karna Ciwa yang mengigau. Dan jahat nya kami malah tidak mau membangunkan nya karna terlanjur takut. Kapan-kapan jika ada orang yang sedang mengigau, maka cepat-cepat di bangun kan ya. Saat itu diri nya sedang di kuasai  oleh jin. Maka jangan sungkan untuk menabok nya.

"Sleep Paralysis" kata ku.
"Sebenarnya saat itu sirkulasi darah kita tidak normal. Biasa nya terjadi jika kita kurang tidur, pola tidur yang tidak teratur, posisi tidur yang salah, insomnia, riwayat keluarga, dan tekanan psikologis seperti stres, kecemasan, dan depresi"

"wah wah Ciwa bisa stres juga ternyata" kata Ghidin menepuk-nepuk pundak Ciwa. Ciwa hanya senyum melas. Pasrah sekali dia. Bisa jadi karna stres, atau kelelahan.

"bocah zaman sekarang memang sudah stres sejak dini" kata ku.
"yah kalau begini ujung-ujung nya emak-emak juga akan menyalah kan handphone yah kan"

Beberapa saat kemudian, masih di tengah-tengah kericuhan kelas, akhirnya Amel datang membawa perintah dari guru piket. Kelas mata pelajaran Bahasa Inggris akan di gantikan dengan kelas mata pelajaran PKN. Sekejap suasana kelas kian berubah. Mulai membiasakan keheningan.

Kami sebenarnya penurut, tetapi jika kami sedang bahagia jangan sesekali mengusik. Karna kami punya banyak cara untuk berbuat kericuhan.

Jujur saja di mata pelajaran PKN nilai ku tidak pernah memuaskan. Hanya satu angka di atas KKM. Apa kah ada yang serupa dengan diri ku? Namun kini bukan PKN nya yang membuat ku tergerak untuk membuka buku lalu membaca serta memahami nya, tetapi karna sang PKN di ajar kan oleh guru yang spesial. Aku suka cara nya mengajar. Tidak membosan kan tentu.

"Sifat orang-orang mukmin itu peka, nak. Umi tanya nih, misal kan kalian sedang menaiki sebuah bus menuju rumah. Semua tempat duduk sudah Full dan kebetulan sekali ada satu kursi tersisa di pojokan dan kalian berjalan ke arah tempat duduk itu dan duduk disana. Di pemberhentian selanjut nya ternyata ada seorang ibu hamil yang masuk ke dalam bus tersebut dengan susah payah menenteng barang-barang belanjaan nya. Apa yang sekira nya akan kalian lakukan? " aduh aku merasa malu dengan pertanyaan dari umi Dila kali ini. Guru mata pelajaran PKN ku. Bukan tanpa alasan. Bahkan anak Tk pun tahu jawaban dari pertanyaan nya. Sebegitu bengal kah kami?

Detak-DetikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang