[7] A Magical Kiss

27.3K 3.2K 910
                                    

UDAH VOTE BELUM?

𝕮𝖎𝖓𝖉𝖊𝖗𝖗𝖊𝖓𝖆

Sudah dua hari Zeta dan Rena tidak saling bicara, padahal harusnya Rena yang kesal pada cowok itu, tapi lihat siapa yang marah sekarang. Awalnya Rena sudah berbaik hati untuk mengajak Zeta bicara lebih dulu, menanyakan cowok itu ingin makan malam di luar atau justru Rena yang harus memasak sesuatu. Sialnya, tanpa berkata apa-apa Zeta langsung pergi begitu saja bahkan sebelum dia selesai bicara, berpura-pura tidak melihat Rena.

Terakhir kali mereka bicara adalah sepulang dari pesta, saat Zeta memaksa Rena untuk membersihkan mulut seolah ciuman dengan Dante adalah hal paling menjijikkan. Rena tidak pernah mengerti Zeta, tapi karena dipaksa dengan cara yang cukup mengerikan, dia jadi menurut.

“Buruan sikat gigi dan bersihin mulut lo sendiri atau gue yang bakal lakuin itu,” ancam Zeta saat itu.

Rena awalnya tetap keras kepala ingin ke luar kamar mandi dan langsung tidur, tapi Zeta menahannya dan mendudukkan Rena di wastafel. Rena tidak pernah mengira ancaman Zeta serius sampai cowok itu memegangi leher Rena dengan satu tangan, menarik dagunya secara paksa supaya mulut Rena terbuka.

Mungkin kalau Rena tidak berseru ketakutan saat itu, Zeta sudah menciumnya habis-habisan. Bibir mereka bahkan belum saling menyentuh, meskipun jarak masih tersisa kurang dari satu senti, tapi jantung Rena seperti akan melompat ke luar dari badannya, dan itu mengerikan. Rena bersumpah rasanya lebih mengerikan dibanding saat merasakan bibir Dante.

Zeta menurunkan Rena dari wastafel dan masih berdiri di belakangnya selagi dia sikat gigi berkali-kali. Zeta memegangi rambut Rena di punggung, dengan tangannya yang bebas berpegangan pada tepian wastafel. Dan Rena bisa melihat urat-urat tangan Zeta menonjol lebih banyak, seakan cowok itu sedang berusaha menghancurkan apa yang dipegangnya.

Posisi itu bahkan sama sekali tidak menguntungkan. Zeta di belakang Rena dan hampir tidak ada jarak di sana. Cowok itu masih merunduk, entah menatap apa, tapi saat kepalanya terangkat dan Zeta menatap cermin, Rena kaget setengah mati. Rena mengusap bibirnya dengan punggung tangan, lalu dengan kaku berkata bahwa dia sudah selesai.

Hanya sampai di situ, Zeta langsung keluar dari kamar mandi Rena dan mereka tidak pernah bicara lagi. Bahkan Rena meragukan bahwa Zeta masih menganggapnya hidup di sini. Rena tidak mengerti. “Sejak kapan pangeran dari neraka bisa sedingin itu?” gumam Rena sambil menuangkan susu dari kotak ke gelas.

Tapi kemudian paginya saat guru Bimbingan Konseling mengisi kelas untuk mata pelajaran terakhir, Rena tiba-tiba diam dan merasa bersalah pada Zeta. Guru Bimbingan Konseling selalu masuk ke kelas-kelas setiap hari hanya untuk memberi nasihat dan bagaimana para murid perlu menjauhi pergaulan bebas. Semua yang disampaikan saat itu membuat Rena jadi berpikir ulang bahwa yang dilakukan Zeta semata-mata hanya untuk melindunginya.

Mungkin karena Mama menitipkan Rena pada Zeta, dan cowok itu punya saudari kembar, Zeta pasti merasa punya tanggung jawab terhadap Rena sebagai “adiknya”. Jujur saja Rena tidak pernah merasa bersalah, tapi ini mengerikan bagaimana Zeta benar-benar tidak mau bicara dan menatapnya.

“Zeta,” panggil Rena sekali lagi. Dia mengetuk pintu kamar cowok itu berkali-kali. Ini pasti tindakan terbodoh Rena sepanjang umur, tapi dia akan minta maaf jika itu yang bisa membuat Zeta berhenti mengasingkannya.

Walaupun lama, akhirnya pintu kamar Zeta terbuka, dan cowok itu muncul dengan celana pendek tanpa t-shirt. Zeta hanya menatap Rena sekilas, lalu melengos dengan ekspresi datar. Jadi mungkin begini rasanya punya kakak laki-laki.

“Maaf, gue—” Rena mendadak lupa apa yang akan dia katakan, dan ucapannya terhenti dengan konyol. Padahal Rena sudah menyusun baik-baik kalimat panjang yang ingin dia ungkapkan sebagai permintaan maaf, tapi setelah melihat Zeta, semuanya lenyap begitu saja. “Gue minta maaf,” ulang Rena hampir berbisik.

Cinderrena [KARYAKARSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang