[13] Falling to Pieces

21.4K 3.6K 1.8K
                                    

VOTE DULU! NEXT PART = 1K VOTES.

--

You cut me down to the bone. Now you're dancing all over my soul.

Cash Cash ft. Bebe Rexha · Take Me Home

𝕮𝖎𝖓𝖉𝖊𝖗𝖗𝖊𝖓𝖆

Terkejut melihat Cajsa tiba-tiba tidak mengikuti Rena lagi, seakan cewek itu sudah dapat apa yang dia inginkan selama ini. Rena beberapa kali menyipit curiga pada Cajsa saat mereka bertemu di kantin, seperti sekarang, lalu tiba-tiba seseorang menarik tangannya. Zeta menekan bahu Rena supaya dia duduk di kursi yang sudah cowok itu persiapkan.

Menghela napas berat, Rena sedang tidak ingin mendengar candaan teman-teman Zeta, tapi kali ini ada seorang cewek dengan warna rambut yang lebih terang dari Rena. Cewek itu duduk di samping Kiki alias Zadkiel, teman Zeta juga. Dan di name tag tertera; Jiana Proenza. Dalam hati, Rena sedang ber-oh panjang.

"Hai, Rena." Jiana mengulurkan tangan. "Jia," ucapnya memperkenalkan diri.

Rena menyambut uluran tangan Jiana. "Rena," ucapnya singkat sebelum segera menarik tangannya untuk dilipat di atas meja. "Mantannya Zeta, ya?" tanya Rena terang-terangan.

Teman-teman cowok Zeta tertawa, dan Jiana justru tersenyum kecil sambil mengangguk. Rena menduga Jiana punya campuran darah Filipina-karena nama belakang, meskipun itu tidak kelihatan karena Jiana tampak seperti orang Indonesia pada umumnya. Berbeda dengan Rena yang tidak bisa dibilang berwajah Kanada, tapi juga tidak berwajah Chinese. Rena berada di tengah-tengah, mendapatkan masing-masing 50% gen dari orang tuanya.

"Oh." Rena mengangguk paham. "Zeta nggak akrab sama mantannya yang ulang tahun beberapa waktu lalu. Kayaknya sama lo beda, mantan terindah, ya?"

"Kayaknya lo mau tau banget. Cemburu, ya?" tanya Jiana dengan senyum geli.

"Dih, nggak." Rena memutar mata malas. "Gue punya cowok, kok."

"Ooooooh." Kali ini Kiki yang ber-oh panjang, cowok itu adalah satu-satunya teman Zeta yang paling sering mengajak Rena bicara. "Semoga cepet putus, ya, Nana. Biar gue bisa maju."

Jiana tertawa cukup keras, Rena pikir cewek itu tipikal orang yang selalu menjaga perilaku di depan orang banyak, tapi ternyata Jiana orang yang lebih leluasa. "Salah dong," kata Jiana sambil memukul bahu Kiki. "Harusnya maju sekarang biar makin cepet putus."

Rena mencebik kesal karena dua orang itu tampak tidak percaya padanya. Tapi karena sejak tadi Zeta bicara pada temannya yang lain tentang sesuatu hal berbeda, Rena jadi tidak ingin membahas apa pun lagi, dan memilih diam. Rena merengut kesal, menggulung spaghetti sampai tebal lalu menyuapkan ke mulut sampai penuh.

Kemudian saat Rena sedang minum frappuccino, Jiana menyeletuk, "Gimana, Na? Punya Zeta gede, 'kan?"

Tenggorokan Rena langsung perih karena dia tersedak, antara kesal tapi ingin tertawa entah karena apa. Rena memegangi ujung hidungnya, lalu berdehem beberapa kali untuk menormalisir sakit di tenggorokan. Jiana justru terkekeh senang bersama Kiki, mereka bahkan melakukan high five. Sementara Zeta mengusap tengkuk Rena walaupun hanya sebentar.

"Kalo respons-nya gitu, berarti paham," imbuh Kiki dengan seringai lebar.

"Ih, diem, deh!" seru Rena kesal. "Kalian pikir gue sama Zeta apaan? He's like a brother to me, shut up."

Jiana melirik Zeta yang kelihatan tidak terganggu. "Zeta pura-pura tuli," katanya sambil menahan tawa.

"Udah, lah. Jangan ngomong sembarangan," ucap Zeta kemudian. Terkesan santai dan acuh tak acuh.

Cinderrena [KARYAKARSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang