Fakta: Detak jantung perempuan lebih cepat dibanding detak jantung laki-laki. Jadi kalo cowok-cewek sama-sama deg-degan, yang cewek bakal tetep lebih kenceng.
𝕮𝖎𝖓𝖉𝖊𝖗𝖗𝖊𝖓𝖆
Sudah ke dua kalinya Rena minum seduhan air jahe, dan dia tetap tidak menyukai itu. Setidaknya air seduhan jahe sungguhan bekerja di dalam badan Rena, dan untung saja dia tidak pilek. Hari ini sudah masuk weekend, suatu keuntungan juga karena Rena tidak harus sekolah dengan kondisinya yang bisa batuk mengerikan setiap 10 menit sekali.
Zeta memakaikan lagi jaketnya untuk Rena karena langit terlihat sangat gelap—selain karena sudah malam sepertinya akan hujan. Rena mengeluh kepanasan sebelumnya, jadi Zeta membiarkan cewek itu membuka jaket, tapi sekarang udara berubah jadi lebih dingin. Ternyata Rena adalah manusia yang sangat kecil, lebih pendek dari Zeta, dan jaket Zeta di badan cewek itu juga kelihatan sangat besar.
Rena memakai masker supaya tidak menularkan virus kepada orang lain—atas perintah Zeta. Padahal Rena juga beberapa kali batuk di dekat Zeta saat di apartemen, dan cowok itu tidak merespons aneh-aneh. Rena senang berhasil membujuk Zeta untuk jalan-jalan ke luar, itu butuh pengorbanan yang sangat banyak karena Zeta masih marah. Setidaknya walaupun Zeta tidak banyak bicara, tapi cowok itu tidak menghindari Rena ataupun tatapannya.
Di luar restoran Eropa—yang tadi jadi tempat Zeta dan Rena makan—kini sedang gerimis. Sepertinya cuaca memang akan terus seperti ini sampai beberapa hari ke depan. Zeta menarik Rena ke depannya, melingkarkan satu tangan di bahu Rena, sementara tangan yang lain melindungi kepala cewek itu dari gerimis. Zeta juga memanfaatkan tinggi badannya, sehingga ketika mereka berjalan ke area parkir, Rena tidak akan terkena rintik hujan.
“Aduh,” keluh Rena saat kepalanya membentur bagian atas pintu mobil saat hendak duduk, padahal di atas kepalanya masih ada telapak tangan Zeta. “Cepet, ayo, cepet!” Rena berseru antusias, meminta Zeta bergerak lebih cepat untuk masuk mobil, meski tanpa perintah pun cowok itu pasti melakukannya.
Rena tidak membawa ponsel, tidak berpikir ingin mengirim pesan pada siapa pun. Atau bahkan membuka akun sosial medianya. Tapi sekarang Rena ingin memotret rintik hujan di kaca jendela. Rena segera meminjam ponsel Zeta setelah cowok itu mengeluarkan mobil dari area parkir, kemudian mengambil beberapa potret dari jendela, termasuk foto Rena sendiri.
“Eh.” Rena melebarkan mata. “Foto-nya gue post ke snapgram lo!” serunya panik, lupa bahwa itu bukan akun Instagram Rena.
Zeta tidak kelihatan peduli, dan saat Rena ingin menghapus snapgram berisi fotonya, sudah ada 50 akun yang melihat itu. Padahal baru beberapa detik, Rena semakin panik karena khawatir hal ini membuat Zeta bertambah marah padanya. Tapi kemudian ponsel diambil alih oleh Zeta, dan cowok itu menyakui ponselnya begitu saja.
“Nggak marah, ‘kan, Z?” tanya Rena takut. Tangannya menyatu di atas pangkuan, seperti ketika akan berdoa, tapi Rena membuat gerakan aneh dengan kedua ibu jari; takut. Karena Zeta tidak menjawab, Rena menganggap cowok itu tidak akan semakin marah padanya.
Saat di lantai dasar apartemen, di area parkir tempat deretan mobil berada, Rena melihat figur jangkung familiar. Rena tidak salah lihat, itu sungguhan Dante, baru saja berpelukan dengan seorang cewek. Sepertinya mereka berteman, atau mungkin ada sesuatu yang lain. Rena langsung menyimpulkan melihat seberapa akrab dua orang itu dari sini; bahwa teman yang dulu dimaksud Dante sepertinya adalah cewek itu.
Mengalihkan perhatian, Rena mengikuti Zeta ke elevator, mengabaikan siapa pun yang berada di lantai dasar. Elevator cukup padat, Rena sampai khawatir kotak bergerak ini akan jatuh. Rena juga jadi merapat pada Zeta, sangat rapat seperti memeluk cowok itu dari depan. Rena bisa mendengar detak jantung Zeta, tidak secepat detak jantung Rena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderrena [KARYAKARSA]
RomanceGimana kalau teman seapartemenmu ternyata cinta pertamamu waktu TK? * * * Content warning(s); alcohol; harsh words; smoking; dirty jokes; dirty pick up lines; kissing, etc. Jangan dijiplak! 🔪