[12] Lips

24.5K 3.4K 1.9K
                                    

Konfirmasi karna kemaren banyak yang bingung "Zeta pernah ciuman sama Rena?". Gini, ini beda konteks. Inget part 7? A Magical Kiss, di sana Rena cium Zeta, di pipi.

Buat yang bingung sama "You're a masterpiece of shit", itu penulisannya udah bener, bukan 'your'. Itu kata aslinya adalah "You're a masterpiece" alias "Lo adalah mahakarya", tapi karna Rena lagi jahilin Zeta dengan sarkastik, dia tambahin of shit. Masterpiece of shit alias piece of shit.

𝕮𝖎𝖓𝖉𝖊𝖗𝖗𝖊𝖓𝖆

Rena sedang setengah tidur ketika menyadari Zeta masuk kamarnya. Cowok itu tidak sedang dengan pakaian santai, tapi jeans panjang dan jaket melapisi t-shirt. Rena terlalu kelelahan sampai tidak kuat membuka mata saat Zeta duduk di tepi ranjangnya. Jemari Zeta merambati lengan Rena, sampai ke bahu dan leher. Lalu cowok itu mengambil remote di meja untuk menurunkan suhu ruangan.

Zeta memindahkan Rena ke tengah ranjang karena posisi sebelumnya terlalu ke tepi. Dia baru pergi setelah meninggalkan ciuman lembut di pipi Rena. Sampai tiba-tiba mata Rena bisa terbuka lebar, melihat seluruh sudut kamarnya, dan tidak ada makhluk lain selain dirinya.

Sangat mengkhawatirkan, karena nenek pernah bilang bahwa terkadang seseorang yang datang ke dalam mimpi merupakan iblis atau energi yang tertinggal. Rena duduk, lalu memegangi pipi kirinya karena mimpi barusan terasa sangat nyata. Rena memilih untuk pergi ke dapur, minum sedikit susu supaya bisa kembali tidur.

Tapi di sanalah Zeta, dengan pakaiannya yang persis sama seperti dalam mimpi Rena. Aroma parfum Zeta terlalu tajam untuk seseorang di tengah malam. Cowok itu pasti akan pergi ke luar atau justru baru saja pulang. Rena mengambil susu dari lemari pendingin, kemudian menuangkan sampai setengah gelas.

“Lo dari kamar gue?” tanya Rena setelah menghabiskan setengah gelas susu. “Gue pikir cuma mimpi.”

“Kenapa lo bangun?” balas Zeta setengah bertanya. Dia meletakkan piring berisi sandwich panggang ke meja, lalu melepas jaket, meletakkannya di kepala kursi sebelum duduk.

Rena mengembalikan susu ke lemari pendingin, lalu menarik kursi untuk duduk di samping Zeta, dan mencomot sepotong sandwich dari piring cowok itu. “Karna gue pikir gue mimpiin lo,” ujar Rena santai. “Lo dari mana?” Rena bertanya lagi.

“Kamar lo.”

“Nggak, maksud gue sebelum dari kamar gue, lo dari mana?” Rena memperjelas pertanyaannya dengan kesal karena dia tahu Zeta sebenarnya sudah paham.

“Jalan-jalan,” jawab Zeta acuh tak acuh.

“Tengah malem?” Rena mengernyit tak mengerti, sebelum menggigit sandwich, dia menyeletuk sarkastik, “Jalan-jalan tengah malem buat cari mangsa?”

Zeta hanya mendengkus pelan tak habis pikir. Rena menggerakkan tangan kiri seperti menggapai gumpalan bakteri di udara, sebagai kode bahwa dia ingin mengambil teko. Zeta mengambil teko karena tangannya lebih panjang, lalu meletakkan di depan Rena, membuat cewek itu tersenyum lebar padanya.

Zeta mengambil alih gelas Rena setelah cewek itu minum, dia juga minum dari gelas yang sama. Rena menatap Zeta aneh beberapa detik sebelum dia pura-pura cuek, dan menelan gigitan terakhir sandwich dengan mulut penuh. Rena minum lagi sedikit, lalu diam membiarkan semua yang dia telan sampai ke lambung dengan aman.

“Gue mau tidur lagi,” ucap Rena sambil berdiri. Rena memberi hormat seperti tuan putri sambil menarik sisi dress khayalannya. Zeta tidak mengindahkan, dan Rena tidak heran meskipun kesal. Dia sudah latihan memberi hormat sejak kecil supaya mirip dengan putri-putri kerajaan, tapi Zeta tidak memberi sedikit pun perhatian. “See ya in the mornin’,” lanjut Rena setelah mengecup pipi Zeta.

Cinderrena [KARYAKARSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang