VOTE DULU YUKS
𝕮𝖎𝖓𝖉𝖊𝖗𝖗𝖊𝖓𝖆
"Ribet banget sih lo," gerutu Zeta sambil menutup laptopnya. Dia terpaksa berhenti mengerjakan tugas sekolah karena Rena terus merengek. "Kenapa gak dari kemaren sebelum pindah, aja?"
Rena agak mencebik. "Kan, Mama kemaren mendadak banget bilang gue boleh sekolah di sini, dan gue langsung berangkat hari itu juga. Lagian, kalo bawa buku-buku yang dulu juga bakalan berat banget di koper," jelasnya sambil berusaha terlihat seperti anak baik, hanya supaya Zeta mau menurut.
Zeta mendengkus kesal, tapi setelah menghabiskan air mineral di gelasnya, cowok itu ke kamar sebentar untuk mengambil kunci mobil. Dengan ogah-ogahan, Zeta meninggalkan tugas sekolahnya untuk Rena.
Kalau Zeta meminta Rena pergi sendirian, mungkin cewek itu akan tersesat, dan semua jadi bertambah rumit. Jadi daripada menyulut api, tidak ada salahnya juga Zeta menemani Rena untuk membeli beberapa buku tulis dan buku cetak.
"Eh, eh, apaan!" Rena memegangi tangan Zeta karena cowok itu menarik lingkar pinggang celana jeans-nya.
"Nggak usah sok tau jalan," ucap Zeta kesal. Dia tetap menarik lingkar pinggang celana Rena sambil menuju rak-rak berisi buku cetak tempat anak-anak sekolahnya biasa belanja.
"Ini doang?" tanya Rena setelah Zeta meletakkan satu buku cetak terakhir di atas tumpukan buku dalam pelukan Rena. "Biologi nggak ada?"
"Pelajaran kelas sebelas udah ganti, setiap tahun kayak gitu. Biologi dipelajari kelas sepuluh doang, kecuali kalo lo ambil jurusan Biologi."
Rena mengangguk paham. "Ooooh ..," ujarnya panjang. "Tapi, tapi, gue kan nggak belajar banyak Biologi pas kelas sepuluh dulu. Beli juga, dong!"
Zeta mendecak malas, dia menatap Rena dari atas ke bawah seolah tadi tidak sempat memperhatikan penampilan cewek itu. "Buku gue tahun lalu masih ada, pake itu aja," tuturnya datar.
"Mana bisa!" sanggah Rena penuh semangat. "Udah ketinggalan zaman tuh buku lo-"
"Isinya sama," tukas Zeta cepat. Dia menghela napas keras. "Udah, lah. Jangan bikin gue ninggalin lo di sini."
Sekali lagi Rena mencebik tipis, kemudian menghentakkan kaki tak terima. "Ya, udah. Bantu bawain, kek. Berat tau," tuturnya minta belas kasihan.
Zeta memutar mata malas sebelum mengambil lima buku Rena, menyisakan dua buku di tangan cewek itu. Di penghujung rak buku, Zeta melihat cewek tinggi dengan rambut panjang hitam yang ujungnya bergelombang. Kulit putih menyerupai susu, dan langkahnya yang anggun.
Rena hampir memekik saat Zeta tiba-tiba menariknya, cowok itu membawa Rena ke sisi lain rak. "Kenapa lagi, sih, Ze-"
Sebelum Rena membuat suara mencurigakan, Zeta lebih dulu membungkam cewek itu. "Diem," bisiknya, "jangan sebut nama gue."
Demi Tuhan, kali ini Rena mendengar Zeta berbisik terlalu dekat, dan itu membuatnya merinding tanpa alasan. Apa lagi Zeta melingkarkan tangan di leher Rena untuk membungkam mulutnya, dan tangan kiri Zeta masih dengan santai membawa lima buku.
Setelah bertingkah sangat mencurigakan dengan berkali-kali menyapu pandang, Zeta mendadak menghela napas lega saat berhasil masuk mobil lagi bersama Rena. Rena mengerutkan alis tak mengerti, dan anehnya dia menurut saja saat Zeta menyuruhnya diam. Bagaimana kalau ternyata Zeta punya banyak hutang pada seseorang dan melihat orang itu di gramedia tadi?
"Ih, kenapa, deh?" tanya Rena penuh kecurigaan. "Lo tiba-tiba bersikap kayak maling bank tau gak?"
Zeta diam beberapa detik ketika mengendarakan mobil keluar dari basement. "Ada temen gue," katanya singkat, "bahaya kalo dia tau gue jalan sama cewek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderrena [KARYAKARSA]
RomansaGimana kalau teman seapartemenmu ternyata cinta pertamamu waktu TK? * * * Content warning(s); alcohol; harsh words; smoking; dirty jokes; dirty pick up lines; kissing, etc. Jangan dijiplak! 🔪