Tim Dante absen dulu 😂
--
Something's gotta give, something's gotta break. But all I do is give, and all you do is take.
Camila Cabello - Something's Gotta Give
𝕮𝖎𝖓𝖉𝖊𝖗𝖗𝖊𝖓𝖆
“Haaaah! Capek banget!” Rena melempar diri untuk berbaring di sofa setelah masuk apartemen. Baru pukul lima sore, artinya Dante dan Rena hanya menghabiskan waktu sekitar 1 jam 30 menit di luar.
Tapi ada yang berbeda, apartemen sepi sekali. Rena segera bangkit ketika menyadari suasana sedikit aneh. Lengang yang tidak biasa. Walaupun terkadang selalu ada suasana seperti ini di apartemen, seperti ketika Zeta sedang di kamarnya mengerjakan tugas sekolah, atau ketika cowok itu duduk di balkon untuk minum kopi.
Yang kali ini berbeda, pintu balkon tertutup rapat begitu pun tirainya. Lampu juga hanya hidup di bagian depan, terlalu sepi sampai Rena tiba-tiba kehilangan semua euforia yang baru dia dapatkan. Rena berjalan cepat menuju kamar Zeta, mengetuk pintu berkali-kali, tapi tidak dibuka. Bahkan ternyata pintu dikunci, dan sepertinya Zeta tidak di dalam.
Zeta pergi. Ke mana? Rena penasaran apakah cowok itu benar-benar tidak ada di apartemen, dia turun lagi hanya untuk memeriksa seluruh mobil di area parkir depan. Mobil Zeta tidak ada di tempat biasa cowok itu memarkirkannya, Rena memilih duduk di salah satu kursi panjang di lantai dasar. Banyak penghuni apartemen berlalu, tidak satu pun di antara mereka terlihat seperti Zeta.
Rena merasa matanya tiba-tiba perih karena cemas Zeta tidak akan pulang, celah di antara ibu jari dan jari telunjuknya memerah karena dia memegangi RFID card terlalu kuat. Untung saja kartu itu belum patah ketika Rena sadar tangannya sakit. Rena langsung berdiri ketika melihat Zeta memasuki gedung apartemen di lantai dasar, mungkin belum menyadari keberadaan Rena yang beberapa meter cukup jauh di depannya.
Zeta membawa satu paper bag, sepertinya baru pulang dari berbelanja bulanan. “Z! Abis belanja, ya?” tanya Rena begitu menghampiri Zeta yang tidak terkejut pada kehadirannya.
Mengangguk singkat, Zeta langsung menuju elevator, dan menempelkan RFID card supaya elevator bisa naik. Setelah menekan tombol lantai, elevator mulai bergerak membawa mereka berdua ke tujuan. Rena mengusap punggung tangannya, lalu menarik jaket kulit yang dia kenakan sampai menutupi bintik-bintik merah di sana. Di ujung dress putih Rena—di atas lutut—juga ada bekas yang agak membengkak, seperti ketika disengat nyamuk.
Tanpa alasan, Rena mengikuti Zeta sampai dapur, lalu terkejut melihat benda pertama yang cowok itu keluarkan dari paper bag. Krim pelembab yang baru, padahal Rena belum sempat bilang bahwa krim pelembab sebelumnya sudah habis. Zeta pasti masuk kamar Rena diam-diam lagi. Apa cowok itu sering melakukan ini? Memeriksa barang-barang yang Rena butuhkan? Kenapa Zeta melakukannya?
“Gue lupa terus mau bilang yang kemaren udah abis,” celetuk Rena sambil meringis. “Makasih,” ucapnya kemudian, terdengar riang. Karena Zeta mengabaikannya, Rena berterimakasih lagi, tapi cowok itu tetap tidak merespons. “Makasih, Zeta.” Adalah pengulangan yang ke tiga.
“Ya.”
Jawaban itu lagi. “Lagi nggak mood, ya?” tanya Rena sambil memiringkan kepala, berusaha menatap Zeta. Dia kemudian duduk di salah satu kursi terdekat, memperhatikan Zeta sepanjang kegiatan cowok itu meletakkan beberapa barang ke lemari pendingin dan kabinet di atas meja pantry.
“Nih,” tutur Rena sambil menggeser krim pelembab ke hadapan Zeta yang sedang berdiri di depan meja; melipat paper bag untuk dibuang. Rena melepas jaketnya, memperlihatkan beberapa bekas bengkak di bawah lengan, kemudian menunggu-nunggu supaya Zeta membantunya seperti dulu.
![](https://img.wattpad.com/cover/266867229-288-k955868.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderrena [KARYAKARSA]
RomanceGimana kalau teman seapartemenmu ternyata cinta pertamamu waktu TK? * * * Content warning(s); alcohol; harsh words; smoking; dirty jokes; dirty pick up lines; kissing, etc. Jangan dijiplak! 🔪