0.7 End?

1.1K 162 27
                                    

Bangchan menggenggam kembali tangan Eleana. “Kakak tahu kalau Kakak brengsek, Kakak salah.”

Air mata Eleana keluar begitu saja, padahal dirinya sudah sekuat tenaga menahannya. “Kakak emang lelaki brengsek. Aku benci Kakak, tapi aku lebih benci diri aku sendiri, kenapa aku bisa sayang sama orang kaya Kakak ....”

“Selama ini alasan Kakak kenapa berhubungan sama banyak perempuan karena Kakak gak mau rusak aku ... tapi, apa Kakak gak sadar kalau Kakak udah rusakin hati aku? Selama ini aku gak mau ninggalin Kakak karena Kakak orang yang selalu ada saat aku terpuruk. Tapi ... makin ke sini kenapa kelakuan Kakak makin jadi?”

“Selama ini aku selalu nahan rasa sakit ini sendiri. Aku selalu nangis sendiri, aku selalu meratapi nasib aku yang gak pernah berjalan sesuai harapan ... i cant hold it all any longer ....”

Eleana melepaskan tangan Bangchan dan berjalan meninggalkan Bangchan yang hanya menatapnya tanpa bereaksi apapun. Kata-kata Eleana mungkin memang sepenuhnya benar.

Bangchan akui memang dirinya adalah lelaki brengsek. Setiap hari selalu bersenang-senang pergi ke pub atau bar mewah, bahkan tidak jarang juga dirinya berhubungan dengan gadis lain.

Bangchan mencintai Eleana, tetapi Bangchan tidak ingin merusak Eleana. Dia ingin menjaga Eleana, dia tidak ingin merusak kesucian gadis yang dicintainya itu. Meksipun dia tahu, caranya tetaplah salah. Dia memang tidak merusak fisik Eleana, tetapi dia sudah merusak hatinya Eleana.

Eleana adalah gadis baik, bahkan gadis itu sudah sering memergokinya sebagai lelaki brengsek, tetapi Eleana tidak pernah menangis. Ternyata, gadis itu hanya pura-pura kuat dan tidak peduli dengan kelakuan bejatnya.

Lucas melirik Bangchan sekilas sebelum mengikuti Eleana masuk ke dalam rumah.

Eleana berjalan dengan cepat ke arah kamarnya sebelum orang rumah mengetahuinya.

Xiaojun yang sedang berjalan menuruni anak tangga, melihat Eleana yang berjalan dengan cepat ke arahnya.

Xiaojun menghalangi jalan Eleana, memegang kedua bahu gadis itu. Xiaojun mengerutkan keningnya, Eleana menangis. Untuk kedua kalinya, Xiaojun melihat Eleana menangis.
“Kamu kenapa?”

Eleana menyingkirkan tangan Xiaojun dari bahunya. “Aku gak pa-pa.”

“Kalau kamu gak pa-pa, kamu gak mungkin nangis kaya gini. Siapa yang udah buat kamu nangis?”

This is my business, tolong jangan tanya apapun. I need a time.” Eleana pergi meninggalkan Xiaojun yang menatapnya dengan penuh tanda tanya.

Eleana mengunci pintu kamarnya, badannya luruh ke lantai begitu saja. Eleana menangis dengan menutup mulutnya. Dia tiak ingin orang-orang di rumahnya bertanya-tanya, itu sangat menyebalkan.

Eleana bangun dari duduknya, menatap cermin berdiri yang memperlihatkan betapa buruknya penampilan dia saat ini.
Eleana menghapus air matanya dengan kasar. Dia tidak boleh menangis hanya untuk lelaki seperti Bangchan. Seharusnya Eleana tidak pernah berharap Bangchan akan merubah sikapnya.

Everything will be alright, El. Kamu harus kuat. Bangchan cuma satu laki-laki dari sekian banyaknya laki-laki yang ada di dunia ini.”

Tok tok tok

“El, ini gue Lucas, cowok paling ganteng yang ada di rumah ini. Gue tahu lo lagi sedih, lo jangan tahan semuanya. Lo bisa nangis.”
Lucas berkata seperti itu karena tidak mendengar suara atapun tangisan Eleana.

Ceklek

Eleana membuka pintu kamarnya dan melihat Lucas yang menatapnya.
“Aku gak nahan apapun, dan aku gak akan nangis lagi karena dia. Cukup tadi aja aku nangis karena dia.”

WALLFLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang