Saat ini Eleana sedang mengerjakan tugas bersama Renjun di keluarga—katanya biar gak berisik, soalnya Lucas, Doyoung, dan Ten sedang saling beradu mulut di ruang game.
Eleana dan Renjun sama-sama pintar, tetapi terkadang mereka saling bertanya dan diskusi tentang soal yang bisa terbilang rumit. Sudah lima hari sejak kejadian di mana Bangchan menghubunginya. Untungnya, setelah itu tidak ada lagi gangguan dari sang mantan.
Eleana mulai mencoba menerima mereka. Entah perasaan sayang belum tumbuh, atau sudah tumbuh tetapi Eleana tidak menyadarinya. Eleana sadar semenjak ada mereka, hidupnya tidak sesepi dulu. Setidaknya—ada yang menyayanginya sebagai keluarga, ada yang menunggunya di rumah, dan ada yang memberikannya perhatian yang selama ini dia rindukan.
Ting tong
Eleana dan Renjun saling tatap mendengar suara bel rumah berbunyi beberapa kali.
“Biar gue yang buka, lo lanjutin aja nulisnya,” ucap Renjun yang diangguki langsung oleh Eleana.
Ting tong
Ting tong
Eleana menaruh penanya dengan kesal. Perasaan Renjun sudah lama mengecek siapa yang bertamu di jam menjelang malam ini.
Eleana berjalan untuk melihat ke depan, tetapi netranya melihat Renjun yang berdiri di depan intercom di samping pintu rumah tanpa memperdulikan suara bel yang terus berbunyi.
“Kamu kenapa sih gak bukain pintunya?” tanya Eleana yang kesal.
“Emang siapa sih?” tanya Eleana lagi, pasalnya Renjun hanya diam dengan wajah gelisah.
Eleana menggeser sedikit tubuh Renjun untuk melihat intercom, sesaat kemudian matanya melebar terkejut, kakinya melangkah mundur tanpa dia sadari, jantungnya juga berdetak lebih cepat.
Ada rasa sakit di dadanya.
Jangan sekarang, please.
“Berisik anjir! Kalian gak denger dari tadi bel bunyi?” cerocos Lucas diikuti yang lain.
“Jangan ...” lirih Eleana saat Lucas berjalan mendekat pada pintu.
“Lo kenapa sih? Itu ada tamu, gimana kalau emang orang penting?”
“Elea, kenapa?” tanya Doyoung dengan lembut.
Eleana melebarkan matanya saat Lucas sudah memegang gagang pintu rumah. Dengan cepat Eleana mendekatinya, memegang tangan Lucas yang sudah bertengger manis di gagang pintu. “Jangan ...” lirih Eleana yang sudah meneteskan buliran bening itu.
“El ... ada apa hem?” tanya Taeyong dengan lembut.
Johnny mendekati Eleana dan mengusap pelan rambutnya. “Ada siapa, sih? Sampe kamu takut gini?”
Jaehyun melakukan hal yang sama seperti Eleana tadi, melihat siapa tamu yang membuat Eleana seperti itu.
Kemudian tangannya mengepal kuat dan berjalan menghampiri Eleana. “Kita ke kamar kamu, ya? Kakak anter” Jaehyun merangkul pundak Eleana dan mengajak gadis itu pergi. Namun, sebelum itu Jaehyun berbicara membuat emosi mereka meningkat.
“Tolong usir dia—dia orang yang udah nyakitin Eleana. itu Bangchan.”
Jaehyun mendudukkan Eleana di tempat tidur kamar Eleana. “Duduk dulu, ya? Kakak ambil dulu barang-barang kamu di bawah.”
Eleana hanya mengangguk, pikirannya masih berfokus pada kejadian beberapa saat lalu. Kenapa lelaki itu ada di depan rumahnya? Apa Bangchan tidak akan membiarkannya pergi seperti ucapannya waktu itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
WALLFLOWER
Teen FictionHidupku berubah ketika mereka masuk dalam kehidupanku begitu saja. Mereka. Para kakak tiriku yang mencoba merangkul, ketika aku terus mencoba menjauh. Mencoba menggenggam, ketika tanganku tak mampu membalasnya. Dan semuanya semakin rumit ketika sala...