Dua tahun lalu.Hari ini cuaca tidak terlalu panas, tidak seperti sebelum-sebelumnya yang panas oleh terik matahari.
"Kenapa jam pertama harus olahraga sih?!" gerutu Eleana sambil berjalan menuju lapangan. Gadis itu baru kelas satu SMA.
Eleana dengan malas melakukan pemanasan mengikuti instruktur sie. olahraga.
"Setelah itu lari selama 12 menit," ucapan guru olahraga langsung saja membuat semuanya menggerutu diam-diam. Terutama Eleana yang langsung menyumpah serapahi guru lelaki yang sedang duduk manis itu.
Eleana mengikat rambutnya dengan gaya ekor kuda. Membiarkan anak-anak rambutnya yang kecil tetap bebas bergerak dengan bantuan angin.
Eleana mulai berlari, dia berlari paling belakang.
Apakah Eleana selalu sendiri? Maka jawabannya adalah iya.
Eleana adalah penyendiri sejati.
Dia merasa tidak butuh teman.
Dia merasa bisa sendiri tanpa siapapun.
Eleana memiliki segalanya, dia tidak butuh tempat untuk dijadikan sandaran, Eleana tidak perlu bergantung pada orang lain. Itu pikirnya.
Eleana terbiasa sendiri jika tidak ada ayah dan kakak sepupunya. Ah Eleana melupakan sahabat masa kecilnya yang entah bagaimana keadaannya sekarang. Eleana menutup dirinya setelah kepergian bundanya. Dia tidak mau dan tidak akan sanggup lagi ditinggalkan oleh seseorang, apalagi sahabatnya juga meninggalkan dia tanpa salam perpisahan.
Eleana tidak akan kesepian. Dia sudah berteman dengan kesepian.
Dia sudah bersahabat dengan kesunyian.Bugh
Eleana langsung terjatuh setelah sebuah bola basket mengenai kepala cantiknya. Dia jatuh terduduk.
"Sorry, lo gak pa-pa?" tanya seorang lelaki mensejajarkan tubuhnya dengan Eleana.
"Emang ada orang yang baik-baik aja setelah kepalanya kena bola basket?" tanya Eleana dengan sinis.
Lelaki itu langsung diam membeku. Bukan, bukan karena ucapan Eleana. Namun, karena wajah Eleana. Wajah Eleana sangat cantik. Putih bersih, tetapi lelaki itu dengan jelas melihat kulit gadis yang ada dihadapannya kemerahan karena lelah dan panas. Hidung mancung, bola matanya berwarna cokelat terang tidak terlalu besar, bulu mata panjang lentik membuat Eleana semakin terlihat cantik. Apalagi anak rambut yang bebas itu semakin membuat Eleana terlihat manis.
Lelaki itu ingat. Eleana adalah gadis yang ia cari selama ini. Eleana adalah alasan kepulangannya dari Australia.
Eleana menjentikkan jarinya di depan wajah lelaki itu. "Kalau mau ngelamun jangan di sini. Minggir!" Eleana mencoba berdiri, tetapi sepertinya kepalanya tidak bisa diajak berkompromi.
"Gue bantuin" Lelaki itu membantu Eleana menuju uks.
Dia mendudukkan Eleana di salah satu ranjang.
"Sorry gara-gara gue, lo jadi sakit." Lelaki itu membawakan segelas air minum yang memang tersedia di ujung ruang uks.
"Its okay. Seenganya aku gak perlu lanjutin olahraga lagi."
"Lo Eleana, 'kan?"
Eleana menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa kamu tahu?"
Lelaki itu tersenyum kecil. "Kenalin gue Jisung Pramayudha, sahabat lo waktu sd Eleana Shalleta Mahardika."
Eleana membulatkan matanya sempurna. Eleana ingat nama itu, nama yang selalu Eleana sumpahi dengan sumpah jelek.
KAMU SEDANG MEMBACA
WALLFLOWER
Novela JuvenilHidupku berubah ketika mereka masuk dalam kehidupanku begitu saja. Mereka. Para kakak tiriku yang mencoba merangkul, ketika aku terus mencoba menjauh. Mencoba menggenggam, ketika tanganku tak mampu membalasnya. Dan semuanya semakin rumit ketika sala...