0.1 Bad News

2.5K 308 40
                                    

Eleana menatap pantulan dirinya pada cermin berdiri yang terletak di salah satu sudut kamarnya. Merapikan rambut panjangnya, menyambar tas sekolahnya dan keluar dari kamar.

Eleana menuruni satu-persatu anak tangga, lalu dilihatnya sekeliling. “Hhh ....” Eleana menghembuskan napasnya berat.

Selalu sepi, apa ayahnya masih ada urusan di luar kota?

“Ngapain kamu diem di situ?” Pertanyaan yang dilontarkan seseorang membuat Eleana tersadar dari lamunannya. Eleana menatap seorang lelaki yang duduk di kursi pantry sedang menikmati kopinya.

Eleana menghampiri lelaki itu. “Tumben Ayah pulang,” ucap Eleana yang langsung menyambar segelas susu putih yang sudah tersedia.

“Main minum aja, Ayah sediain susu bukan buat kamu.”

“Gimana Elea aja dong, ‘kan mulut-mulut Elea,” ucap Eleana yang langsung menyimpan gelas itu di wastafel.

“Gak usah di cuci, nanti bi Nur ke sini sekalian bersihin rumah.”

Eleana hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

“El ... i want to say something,” ucap Mahardika dengan lembut, membuat Eleana menaikkan sebelah alisnya.

“Dipersilakan.”

“Kamu, kesepian ‘kan di rumah sendirian?”

Eleana menatap ayahnya. “Apa Ayah harus nanya pertanyaan yang jawabannya Ayah udah pasti tahu?”

Mahardika menghembuskan napasnya berat. “Maaf, Ayah gak ada maksud sering ninggalin kamu.”

Elana menganggukkan kepalanya. “Permintaan maaf, diterima.”

Mahardika mengusak kepala anaknya itu dengan sayang. “Kalau kamu punya anggota keluarga baru, gimana?”

“What do you mean?”

“El ... kita udah hidup berdua terlalu lama. Ayah mau ada yang urus kamu, ada yang nemenin kamu di rumah ini. Ayah juga butuh temen hidup, gak mungkin ‘kan Ayah terus sendiri?”

“Jadi maksudnya ... Ayah mau nikah lagi?” tanya Eleana dengan suara yang sedikit bergetar.

But, why? Selama tujuh tahun ini kita hidup berdua baik-baik aja, kenapa tiba-tiba Ayah mau nikah?”

“Karena Ayah mau nunggu kamu sedikit dewasa. Our life is not fine, El, you know it. Kita berdua cuma berusaha terlihat baik-baik aja. Kamu dan Ayah, sama-sama butuh kasih sayang yang lain.”

Who do you want to marry?”

“Dia temen Ayah waktu kuliah dulu, kita baru ketemu lagi tiga tahun yang lalu.”

“Sejak kapan Ayah pacaran sama dia?” Eleana terus saja melontarkan pertanyaan yang mungkin akan membuatnya sakit hati, tetapi rasa ingin tahu siapa wanita yang akan dinikahi ayahnya jauh lebih besar.

“Kurang lebih satu tahun ini.”

Eleana tersenyum miris. “Satu tahun yang lalu, tapi Ayah baru ngomong sekarang? Pas mau nikah?”

“Maafin Ayah, El. Ayah takut kamu gak siap. You will not be alone anymore. You will have a good brothers.”

Brothers?”

“Iya, wanita yang mau Ayah nikahi udah punya anak dari suami yang sebelumnya.”

“Ayah ... udah lupain bunda?” tanya Eleana dengan suara serak dan mata yang sudah mengeluarkan air.

WALLFLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang