Hari sudah berganti, matahari sudah menyingsing di atas bumi. Namun, Kun masih setia menemani Eleana di kamarnya. Gadis itu masih setia menutup matanya, Kun melihat wajah Eleana yang damai, tidak seperti kenyataan hidup gadis itu.
Eleana memang keras kepala, acuh, dan mungkin bicaranya memang sedikit kasar, tetapi sebenarnya gadis itu adalah gadis baik hati yang masih butuh bimbingan orang dewasa. Hatinya terlalu rapuh menjalani kehidupan yang berantakan ini. Baik hati dan fisiknya sama-sama tidak seperti yang orang lain lihat.
“Ngapain ngeliatin aku kaya gitu?” tanya Eleana dengan suara seraknya. Saat matanya terbuka, hal pertama yang dilihatnya adalah Kun yang menatapnya dengan pandangan kosong. “Aku masih hidup.”
“Keadaan kamu gimana? Masih sakit?”
“Im okay. Kemaren cuma serangan biasa aja. Kak Kun enggak kerja?”
“Kalau Kakak kerja, nanti kamu sama siapa?”
“Sendiri, emang mau sama siapa lagi?”
Kun membantu Elea duduk, menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. “Whats wrong?” tanya Eleana yang melihat Kun terus menatapnya.
“Kamu belum mau ngasih tahu ayah kamu, soal keadaan kamu?” Kun diam sejenak. “Kakak cuma khawatir sama kamu.”
“Udahlah, Kak. Aku males bahas itu, lagian om Kenan juga bilang aku masih baik-baik aja. Kalau Kak Kun masih mau bahas itu, mending Kakak kerja aja.”
Kun hanya menghela napasnya berat. “Kakak ambil dulu sarapan buat kamu.”
“Kakak bawa aja kunci kamar aku, terus kunci dari luar. Aku gak mau mereka masuk kamar aku.”
Kun keluar dari kamar Eleana, dan benar-benar mengunci pintu kamar gadis itu. Memasukkannya ke dalam saku celana.
Kun turun ke bawah memasukkan sup jagung yang sebelumnya telah dia buat.
“Ehm.” Taeyong berdehem, membuat Kun mengalihkan atensinya. “Keadaan Eleana gimana?”
“Eleana gak pa-pa, dia cuma males sekolah aja, tolong dimaklumin, ya,” jawab Kun dengan ramah, sepertinya lelaki itu lupa jika kemarin malam dirinya sudah melayangkan peringatan kepada mereka semua.
“Kita boleh lihat dia?” tanya Xiaojun hati-hati.
“Kayanya jangan dulu, mood dia masih gak baik. Kalian kerja aja, biar saya yang jagain dia.”
Doyoung terlihat ragu, kenapa malah bukan kakak-kakaknya yang menjaga Eleana? “Emang gak pa-pa?”
“Gak pa-pa, saya udah biasa jagain dia. Kalian tenang aja, saya bakal bantuin Eleana nerima kalian.”
“Makasih, dan maaf soal kemarin,” ucap Jaehyun, meskipun lelaki itu tidak salah.
“Gak pa-pa, saya ngerti kalau kalian khawatir karena Elea masih sakit. Tapi mungkin jangan terlalu keras sama Elea, dia gak bisa dikerasin. Kalau gitu, saya ke atas dulu ya, saya mau kasih Elea sarapan.”
Ten bingung, apakah dia harus berkata apa yang dilihatnya atau tidak.
“Kenapa? Ada sesuatu yang mau lo omongin?” tanya Johnny yang melihat gelagat Ten mencurigakan.
“Tadi gue lihat kalau Kun ngunci kamar Eleana.”
“Kalau dia cuma mau ambil sarapan buat Elea, Kenapa harus pake ngunci pintu kamarnya?” tanya Xiaojun bingung.
“Mungkin Eleana yang minta, dia gak mau ketemu siapapun kecuali kak Kun.”
“Taeyong, Lucas, kalian nanti minta maaf karena udah bentak Eleana. Kita juga bakalan minta maaf kok. Gue kaya gini cuma mau bantu kalian aja,” jelas Johnny yang masih waras.
KAMU SEDANG MEMBACA
WALLFLOWER
Teen FictionHidupku berubah ketika mereka masuk dalam kehidupanku begitu saja. Mereka. Para kakak tiriku yang mencoba merangkul, ketika aku terus mencoba menjauh. Mencoba menggenggam, ketika tanganku tak mampu membalasnya. Dan semuanya semakin rumit ketika sala...