Prolog

817 8 0
                                    

Suara sendok dan piring saling bertemu. Suara itu juga yang hanya menghiasi di meja makan ini. Meja makan ini terasa hambar karena tidak ada kasih sayang diantara mereka. Mungkin ada, tapi itu dulu. Kini semuanya sudah berubah.

Renjana menyalakan mesin mobil putih miliknya. Ini adalah mobil hadiah ulang tahun dari almarhum ayahnya. Renjana sangat menyayangi mobil ini. Bahkan, ia rela mengeluarkan biaya berapapun untuk menjaga mobil ini tetap awet.

"Heh, lo mau kemana?" tanya seorang perempuan berusia dua puluh tahun.

Renjana menatapnya sekilas.

"Ngapain tanya? Lo buta?"

Perempuan itu mengepalkan tangannya. Dia dalah Fina Haritsa, kakak tiri Renjana. Setelah kematian ayahnya, bunda Renjana menikah lagi dengan seorang pria yang membawa satu anak.

"Berani lo sama gue?!"

Renjana tersenyum miring, menatap Fina tajam. "Emangnya lo siapa? Di dunia ini, nggak ada satu orangpun yang gue takutin. Termasuk lo!"

"Oke, kita lihat nanti. Gue jamin, ayah sama bunda pasti lebih bela gue daripada anak yatim kayak lo!"

Renjana naik pitam. Dia tidak suka disebut dengan "anak yatim." Ia tahu, memang dirinya anak yatim, tapi apakah perlu berkata seperti itu dan dijadikan bahan olokan?

"Jaga mulut lo nenek lampir!"

Setelah mengatakan itu, Renjana langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi dan berharap cepat untuk sampai di SMA Kencana Putra.

***

Renjana sudah sampai di gedung sekolah yang menjunjung tinggi. Mobil putihnya perlahan masuk ke dalam area parkir Kencana Putra. Sekolah ini adalah sekolah elite yang berdiri megah di tengah-tengah Jakarta. Sekolah ini juga memakai dua kurikulum, yaitu kurikulum K-13 dan kurikulum cambridge.

Renjana berjalan menuju kelasnya. Ia duduk di kelas sebelas IPS-2. Renjana memiliki dua sahabat yang bernama Kila dan Febi. Mereka teman Renjana sedari kecil.

"Janaaaa!"

Renjana langsung menoleh ke sumber suara. Tidak salah lagi, suara cempreng dan heboh milik Febi.

"Jangan panggil gue Jana!" seru Renjana kesal.

Febi tersenyum tanpa dosa. Memang begitu, Febi dan Kila biasa memanggil Renjana dengan sebutan Jana walau akhirnya mereka akan memakan omelan Renjana.

"Ngapain sih teriak pagi-pagi? Pengang nih kuping gue," protes Renjana.

"Ya maap atuh, kan dedek cuma mau menyapa Renjana Aranka Arundati yang sangat cantik ini."

"Ih, jijay."

Febi tertawa keras mendengar ucapan Renjana.

"Btw, gue masih nggak percaya kalau kita udah naik ke kelas sebelas. Huh, habis ini kelas dua belas dan lulus."

Renjana menatap Febi. "Masih lama."

"Iya, sih. Tapi kan bentar lagi, nggak kerasa juga."

"Hmmm."

Bel istirahat berbunyi dengan nyaring. Renjana, Febi, dan Kila berjalan menuju kantin. Mereka memesan makanan. Sementara Renjana, ia sibuk memperhatikan adik kelas yang lewat di hadapannya. Hingga akhirnya, Renjana menemukan satu target barunya di awal tahun ini.

"Heh, lo!" tunjuk Renjana kepada salah satu adik kelas.

Adik kelas itu mendekat ke arah Renjana. Gadis ini adalah gadis lugu yang memakai kacamata serta rambutnya dikuncir dua layaknya anak kecil.

"Kenapa ya, Kak?"

Renjana berdiri dan memutari gadis itu. "Nama lo siapa?"

"N-nama aku Gita, K-kak," jawabnya.

"Oke Gita, mulai sekarang lo akan jadi babu gue selama tiga hari kedepan. Ingat! Kalau lo nolak, gue nggak segan-segan untuk menganggu hidup lo selamanya."

Adik kelas itu mengangguk setuju. Ia tidak ingin membuat Renjana mengamuk. Seluruh adik kelas sudah mengetahui jika Renjana adalah kakak kelas yang hobi memperbudak adik kelas.

"Paham?" ucap Renjana tepat di depan wajah gadis itu.

"P-paham, Kak."

"Besok pagi lo harus ke kelas gue dan bawa makanan buat gue."

Gita mengangguk. "Iya, Kak."

"Sekarang, lo boleh balik."

Dengan secepat kilat, adik kelas itu berjalan menjauh dari kantin. Huh, rasanya lega sekali karena lepas dari sarang harimau.

Renjana Aranka Arundati, nama yang diberikan oleh almarhum ayahnya untuk peri kecil ini. Masa kecil Renjana sangat bahagia dan tidak kurang kasih sayang. Ia bahagia layaknya anak-anak sebayanya. Hingga suatu saat, semua itu lenyap begitu saja. Hilang entah kemana. Membuat semua ini terasa abu-abu.




Halooo, btw ini cerita baruku yaa. Gimana sama prolognya? Aku harap kalian suka yaa. Jangan lupa juga untuk selalu vote, komen, dan share yaa. Bantu Renjana dapat banyak pembaca yaa!

Selamat membaca! (^v^)

Gemintang Renjana [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang