49: Tidak lagi menyapa

53 4 0
                                    

Dua hari terakhir ini, Renjana selalu menghindari Gemintang. Setiap kali cowok itu ingin mengajak berbicara atau bertemu, Renjana pura-pura tidak mendengar dan menjauh. Sikap Renjana ini sukses membuat Gemintang pusing tujuh keliling. Ia sama sekali tidak fokus lagi ke olimpiade matematika yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi.

"Lo kenapa? Suntuk banget kayaknya," tanya Riko.

Gemintang menghela nafas. "Pusing banget gue."

"Gara-gara olimpiade?"

"Nggak."

"Terus?"

Gemintang bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah pagar balkon kamarnya.

"Hubungan gue sama Renjana nggak kayak dulu lagi. Entah kenapa, dia tiba-tiba minta waktu untuk menjauh. Katanya, dia nggak pantas jadi pacar gue karena kita beda banget. Emangnya, alasan kayak gitu masuk akal, ya?"

Riko mendekat ke arah Gemintang. "Mungkin dia butuh sedikit ruang untuk bergerak. Beberapa hari ini lo sibuk belajar terus, kan?"

"Tapi, gue ngerasa ada yang aneh."

"Apa?"

"Gue pernah lihat Renjana hampir ditampar sama Zeva, kakak kelas yang suka gue dulu. Lo ingat, kan?"

Riko mengangguk.

"Gue curiga sama dia. Bisa aja dia yang bilang kalau Renjana nggak pantas sama gue," ucap Gemintang.

"Bisa aja."

Gemintang diam. Ia berpikir, apakah benar Zeva melakukan itu pada Renjana? Kalau saja iya, Gemintang akan marah habis-habisan.

"Mau gue cariin info?" tawar Riko.

Gemintang langsung menatap Riko. "Emangnya nggak papa?"

"Nggak papa. Justru gue senang bisa bantu lo. Ya, itung-itung balas budi gue karena lo selalu ada."

Gemintang tersenyum. Sebentar lagi, semua permasalahan ini telah selesai dan kembali ke sedia kala.

***

Hari ini, Renjana bertemu dengan Gemintang di parkiran. Tatapan mereka saling bertemu. Renjana memandangi Gemintang cukup lama, sementara cowok itu langsung memalingkan wajahnya dan berjalan menjauh. Hati Renjana terasa sesak.

Disisi lain, Gemintang masih terus mengawasi Renjana hingga ia masuk ke dalam kelas. Cowok itu sangat khawatir dengan keadaan Renjana. Ia juga ingin bertanya bagaimana hari-hari Renjana.

Sesampainya di kelas, Renjana duduk dengan lesu. Febi dan Kila menatap Renjana dengan heran.

"Lesu amat," ucap Febi.

Renjana hanya menatap Febi sekilas.

"Ada yang mau diceritain? Gue siap dengarnya," sahut Kila.

Renjana mengangguk. Mereka bertiga berjalan keluar dari kelas menuju taman yang masih sepi. Renjana mulai menceritakan semuanya dengan detail. Febi dan Kila menyimak dengan seksama.

Renjana menghembuskan nafas kasar. "Emang gue nggak pantas buat Gemintang, ya?"

"Nggak! Lo pantas banget sama Gemintang. Dasar nenek lampir itu aja yang ngomong sembarangan," jawab Febi.

Kila ikut mengangguk, setuju dengan jawaban Febi.

"Tapi kalau dipikir lagi, gue sama Gemintang banyak bedanya. Gue nggak bisa apa-apa, sedangkan dia? Pintar dan jadi kesayangan guru," ucap Renjana.

Gemintang Renjana [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang