32: Bertemu Bunda lagi

78 3 0
                                    

Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Renjana sudah berada di Jakarta sejak tadi malam. Hari ini, ia akan bertemu Melati bersama dengan Melan. Entah kenapa, Renjana sangat gugup. Sementara, Melan sudah siap di dalam mobil.

"Kamu kenapa?" tanya Melan.

Renjana menggeleng pelan dengan tersenyum.

"Gugup ketemu sama Bunda, ya?"

Renjana mengangguk.

"It's ok, sayang. Percaya sama Tante. Semuanya akan baik-baik saja," ucap Melan menenangkan Renjana.

"Tapi kalau Bunda tetep pengin aku tinggal sama dia gimana, Tan? Aku nggak kuat kalau diperlakukan Bunda kayak gitu. Aku kangen Bunda yang selalu sayang sama aku, seperti Ayah dulu."

Melan tersenyum. Ia paham sekali bagaimana rasanya menjadi Renjana. Di usia yang sangat muda, beban yang ditanggung Renjana sangat berat. Melan mengusap rambut Renjana lembut.

"Kita coba dulu, ya?"

Renjana mengangguk.

Renjana dan Melan sudah sampai di tempat tujuan. Mereka berjanji bertemu di Kafe yang berada tidak jauh dari sekolah Renjana, yaitu Kafe Pelangi. Disana, sudah ada Melati. Renjana berjalan mendekat ke arah Bundanya.

"Langsung intinya saja, ya. Saya sibuk," ucap Melati ketus.

Melan menatap Melati heran. Belum saja mereka duduk, tapi sudah berkata seperti itu.

"Mbak sudah pesan makanan?" tanya Melan.

Melati menatap Melan. "Langsung saja. Saya tidak punya banyak waktu."

Renjana menatap Bundanya itu, ada perasaan sangat rindu dan juga perasaan benci. Semuanya menjadi satu.

"Jadi begini, Mbak. Rencananya, aku bakal bawa Renjana untuk hidup sama aku. Untuk masalah biaya pendidikan dan hidup, serahkan semua sama aku, Mbak. Aku mau minta izin sama Mbak. Apakah keberatan?"

Jantung Renjana seperti ingin copot. Di satu sisi, Renjana lega tapi disisi lain ia juga khawatir. Sementara, Melati beralin menatap Renjana.

"Kamu mau tinggal sama Bunda atau dia?" tanya Melati dengan tegas.

Renjana menghela nafasnya. "Aku mau sama Tante Melan aja."

"Kenapa kamu pilih dia? Saya Bunda kamu, kan? Mana bakti kamu sebagai anak?"

Jleb! Perkataan itu berhasil menusuk masuk ke dalam hati Renjana. Ia hancur. Air mata Renjana tidak bisa lagi tertahankan.

"Bunda masih tanya alasan aku pilih Tante Melan? Apa Bunda nggak sadar akan sikap Bunda sendiri? Aku capek, Bun. Aku selalu dijadikan pembantu di rumah itu. Fina selalu Bunda unggulkan dari segala aspek. Tapi, anak kandung Bunda sendiri? Bunda lebih memilih keluarga baru Bunda. Jadi, untuk apa aku hidup bersama Bunda kalau sikap Bunda aja udah berubah? Aku kangen Bunda yang dulu. Aku kangen semuanya," jawab Renjana.

Melati terdiam, seakan ia tidak bisa membalas ucapan Renjana. Ia terdiam cukup lama.

"Tolong izinin aku bahagia, Bun. Aku juga pengin bahagia kayak anak-anak lainnya," sambung Renjana.

Melati tetap diam. Akhirnya, Melan membantu Renjana untuk membujuk Melati. Ia tidak tega melihat keponakannya diperlakukan dengan tidak adil.

"Tolong ya, Mbak," ucap Melan.

Melati menghela nafasnya lalu menatap Renjana dan Melan secara bergantian. Bibirnya bersiap untuk mengeluarkan kata-kata.

"Terserah kamu. Tapi ingat, saya tidak akan menerima kamu lagi di rumah. Saya juga tidak akan mengakui kalau kamu anak saya," ucap Melati.

Gemintang Renjana [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang