Akhir pekan telah tiba. Hari dimana semua orang sedang mengistirahatkan diri sebelum kembali beraktivitas. Namun, berbeda dengan Gemintang. Saat ini, cowok itu sedang berkutat dengan angka-angka yang ada dihadapannya. Tenggelam dalam angka-angka ini.
Sementara Renjana, ia hanya diam menatap Gemintang yang sedang belajar. Sesekali, ia melihat ke sekeliling kafe yang sepi.
"Nggak capek?" tanya Renjana.
Gemintang terus menghitung. "Nggak. Justru gue bahagia karena menghitung."
"Oh."
Mereka kembali diam.
"Gue boleh keliling kafe ini nggak? Bosen banget," tanya Renjana.
"Iya."
Renjana meninggalkan Gemintang bersama bukunya. Ia menaiki tangga untuk sampai ke lantai dua kafe ini. Disana, banyak tanaman hijau. Renjana duduk dan menatap tanaman itu. Pikirannya terus memikirkan perbedaan langkahnya dan Gemintang. Apakah memang mereka sudah terlalu jauh?
Tak lama kemudian, Gemintang menyusul Renjana dan duduk di sebelahnya.
"Marah sama gue, ya?"
Dahi Renjana menyirit. "Marah?"
"Iya."
"Enggak, gue cuma bosen aja."
Gemintang menatap kedua mata Renjana. "Beneran? Gue ngerasa ada sesuatu yang coba lo tutup dari gue."
"Nggak ada, Gemi."
"Ngomong aja nggak papa. Apa karena akhir-akhir ini gue sibuk belajar terus? Maaf deh, gue lagi ngejar sertifikat dan pengalaman di olimpiade."
Renjana menggeleng. "Nggak. Justru gue bahagia kalau lo bisa juara di berbagai olimpiade."
"Terus apa dong?"
Gadis itu mengangkat kedua bahunya dan mengalihkan pandangan dari Gemintang. Sementara Gemintang, ia ikut termenung disamping Renjana. Mencoba menebak-nebak sesuatu yang ditutup Renjana dari dirinya.
"Belajarnya udah selesai?" tanya Renjana.
Gemintang mengangguk. "Nanti disambung di rumah lagi. Kenapa?"
"Pulang yuk?"
"Tumben minta pulang?"
Renjana mengangkat kedua bahunya. "Nggak tau, kangen Tante Melan aja," jawab Renjana.
"Oke."
Gemintang selalu mengikuti apa yang diucapkan Renjana. Biasanya, gadis ini selalu semangat dan ceria. Namun, beberapa hari terakhir ini sikapnya berubah. Mungkin, sejak kejadian bersama Zeva waktu itu.
Selama perjalanan pulang, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka. Renjana melamun sepanjang perjalanan. Sedangkan Gemintang, ia mengawasi gadisnya dari kaca spion. Beberapa saat kemudian, Renjana sudah sampai di rumah.
"Makasih ya, Gemi. Pulangnya hati-hati. Jangan ngebut," ucap Renjana.
Gemintang tersenyum. "Siap, ibu bos! Gue pulang dulu, ya?"
Renjana mengangguk.
***
Hari beranjak malam. Kini, jarum jam menunjukkan pukul enam sore. Renjana sedang membantu Melan untuk menyiapkan makan malam.
"Kamu kenapa, sayang? Lagi banyak masalah ya? Apa masalah pelajaran?" tanya Melan yang menyadari perubahan sikap Renjana.
Renjana menggeleng. "Nggak ada masalah apapun kok, Tan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gemintang Renjana [Completed] ✔
Teen FictionRenjana Aranka Arundati, gadis pembuat onar yang terkenal dengan wajah cantiknya. Dia memiliki banyak mantan. Bagi Renjana, sekolah adalah tempat untuk bersenang-senang dan melupakan semua kejadian yang selama ini dibenci dirinya. Gemintang Bahran B...