Renjana sedang bingung memilih antara dua gaun yang ada di depannya. Sudah sepuluh menit berlalu, gadis itu masih tampak kebingungan. Tangannya terus mencocokkan dua gaun tersebut.
"Apa gue pakai ini aja, ya? Tapi gue takut jelek," ucapnya sendiri dengan menatap cermin besar.
Suara decitan pintu terdengar menusuk telinga. Kepala Renjana menoleh ke arah sumber suara. Pintu kamar Renjana terbuka dan Melan masuk ke dalam. Tantenya itu menggeleng-gelengkan kepala lalu tersenyum menatap Renjana.
"Kamu belum siap?"
Renjana menggaruk tengkuknya. "Emmm.... belum, Tan. Aku masih bingung mau pilih gaun yang mana. Takut jelek soalnya."
Melan tertawa kecil. "Pakai itu aja bagus," ucapnya seraya menunjuk gaun yang ada ditangan Renjana. "Pakai apapun, keponakan Tante selalu cantik."
Renjana tersenyum.
"Kalau gitu, Tante tunggu dua puluh menit lagi, ya?"
"Siap!"
Renjana segera mandi dan bersiap-siap. Kini, gadis itu sedang memoleskan make up tipis di wajahnya. Tidak ketinggalan, ia juga memakai perona pipi agar terlihat cantik. Tangannya berganti memakai kalung yang dulu pernah dikasih oleh Gemintang. Terakhir, ia memakai sepatu berwarna senada dengan gaunnya.
Renjana dan Melan sudah sampai di halaman rumah Gemintang. Disana, ada sepeda motor dan dua mobil. Tiba-tiba, jantungnya berdetak cepat. Entah mengapa. Gugup sekali rasanya.
"Akhirnya, tamu yang ditunggu-tunggu datang juga," ucap Mariska.
"Maaf, ya, Jeng. Aku datangnya lama," balas Melan.
Mariska tersenyum. "Nggak apa. Ayo masuk ke dalam."
Renjana melangkahkan kaki ke dalam rumah. Sejujurnya, Renjana bingung. Mengapa semua memakai baju formal? Gaun dan juga jas.
Gadis itu menarik kursi lalu mendudukinya. Mata Renjana mencari sosok Gemintang, tapi tidak kunjung muncul. Dimana dia? Sedangkan Melan, asyik berbicara dengan Mariska.
"Hai," sapa seseorang dari belakang.
Renjana menoleh, rupanya itu Gemintang. Dia mengenakan setelan tuxedo hitam dan juga dasi kupu-kupu. Sangat serasi bila disatukan dengan gaun Renjana yang berwarna putih.
"Maaf udah buat lo nunggu."
"Nggak kok. Gue juga baru datang."
Gemintang mengangguk.
"Sebenarnya ini ada acara apa sih, Gem? Kenapa semuanya rapi kayak ada acara yang penting gitu?" bisik Renjana ke telinga Gemintang.
"Nanti lo juga tau," jawab Gemintang jahil.
Makan malam dimulai tepat pukul tujuh. Saat ini, Renjana berhadapan dengan Gemintang. Melan berhadapan dengan Mariska. Dan Rudy, berada di tengah. Makan malam berlangsung sangat enjoy. Mereka bisa menyatu. Tak terasa, mereka berbincang hingga makanan pun habis.
"Renjana," ucap Rudy.
Renjana menatap wajah Papa Gemintang. "Ada apa, Om?"
"Mulai sekarang, kamu panggil Om dan Tante jadi Papa dan Mama aja, ya? Biar sama kayak Gemintang."
Ucapan itu membuat Renjana tercekat. Ia hanya bisa mengangguk dengan canggung.
"Gemintang, katanya kamu mau ngobrol sesuatu sama Renjana? Ucapkan aja. Papa tunggu disini."
Pandangan Renjana beralih tertuju kepada Gemintang. Cowok itu seperti sedang mempersiapkan untuk mengatakan sesuatu yang sedikit penting. Gemintang terlihat gugup, Renjana bisa merasakan itu. Saat ini, banyak pertanyaan timbul di benak Renjana. Semua sorot mata tertuju pada dirinya dan Gemintang. Tiba-tiba, cowok itu mengajak Renjana untuk berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gemintang Renjana [Completed] ✔
Fiksi RemajaRenjana Aranka Arundati, gadis pembuat onar yang terkenal dengan wajah cantiknya. Dia memiliki banyak mantan. Bagi Renjana, sekolah adalah tempat untuk bersenang-senang dan melupakan semua kejadian yang selama ini dibenci dirinya. Gemintang Bahran B...