27: Segera berakhir?

91 5 0
                                    

Renjana menyiapkan baju yang akan dipakainya. Ia memilih sweater berwarna putih dan celana jeans denim. Renjana sudah ada janji dengan Tantenya akan bertemu setengah jam lagi. Rencananya, Renjana kesana bersama dengan Gemintang.

"Mau kemana kamu?" tanya Melati.

Renjana menatap Melati dengan malas. "Bukan urusan Bunda."

"Mau pergi sama cowok nggak jelas itu? Apa sih yang kamu suka dari cowok itu sampai-sampai kamu pergi dari rumah? Dia udah ngajarin kamu yang nggak benar!"

Tangan Renjana mengepal. "Kalau Bunda nggak tau, jangan sok tau. Gemintang nggak seburuk yang Bunda kira. Bunda mau tau kenapa aku pergi terus dari rumah ini? Semua jawaban masih sama yaitu karena Bunda!"

"Kurang apa Bunda nafkahin kamu? Masih kurang?"

"Nggak butuh nafkah! Renjana cuma butuh Bunda yang dulu, Bunda yang dulu selalu ada untuk Ayah dan Aku! Bunda sekarang udah beda karena orang itu!" ucap Renjana.

Melati melipat kedua tangannya diatas dada.

"Ayah kamu udah mati! Bunda yang dulu juga udah mati! Sekarang, cuma ada Bunda yang baru!"

"Ya, yang bikin Ayah meninggal itu Bunda! Semuanya sebab Bunda! Bunda penghancur hidup aku!"

Melati melayangkan tamparan keras ke pipi Renjana. Renjana memegang pipinya. Sekarang, ia sudah tidak menangis lagi karena tamparan ini. Air matanya sudah kering untuk menangisi ini. Renjana menatap Bundanya selama beberapa detik kemudian pergi meninggalkan rumah.

***

Gemintang sudah bersiap di depan rumah Renjana. Saat Renjana keluar dari rumah, ia langsung memberikan helm dan melaju menuju kafe dekat sekolah. Selama perjalanan, Renjana diam saja. Gadis itu tidak mengeluarkan sepatah katapun.

"Renjana? Lo baik-baik aja, kan?" tanya Gemintang sambil melirik ke arah spion sepeda motornya.

Renjana tidak menjawab. Ia berpura-pura tidak mendengar ucapan Gemintang. Akhirnya, mereka sudah sampai di kafe dekat sekolah. Renjana turun dari sepeda motor Gemintang dan melepas helmnya.

"Lo kenapa?"

Renjana tersenyum tipis. "Biasa, ribut kecil sama Bunda. Yaudah, yuk kesana. Udah ada Tante gue."

Gemintang mengangguk lalu mengikuti langkah kaki Renjana. Mereka berjalan mendekat menuju meja nomor dua belas. Disana sudah ada Melan, adik dari Ayah kandung Renjana.

"Tante Melannn," ucap Renjana.

Perempuan berusia tiga puluh lima tahun itu bangkit dari duduknya dan memeluk Renjana erat.

"Ya ampun, kamu udah besar ya? Tante kangen banget sama kamu, Renjana," jawab perempuan yang bernama Melan itu.

"Oh iya, ini Renjana bawa seorang cowok spesial, Tan."

Melan menatap Gemintang. Kemudian, Gemintang menyalami tangan Melan dan mencium tangannya.

"Nama saya Gemintang, pacarnya Renjana."

Melan tersenyum. "Wah, keponakan kesayangan Tante udah besar, ya? Ganteng banget lho pacar kamu ini."

Renjana dan Gemintang tersenyum. Mereka masih malu-malu untuk mengenalkan pada publik jika mereka menjalin hubungan spesial.

Gemintang Renjana [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang