13: Sarapan

105 5 0
                                    

Pagi-pagi buta Renjana sudah mengacak-acak dapur Febi. Kemarin, ia membeli cukup banyak bahan makanan. Rencananya, Renjana akan membuatkan sarapan untuk Gemintang. Ya walaupun Renjana tidak bisa masak yang sangat enak, ia akan mencobanya.

Tiga puluh menit hingga satu jam Renjana terus fokus pada pekerjaannya. Ia sama sekali tidak kesulitan dalam memasak karena dirumah juga masak.

"Udah selesai belum? Daritadi nggak selesai-selesai," ucap Febi.

Renjana tersenyum. "Udah selesai kok. Ini sekalian gue bikin sarapan untuk lo dan orang tua lo."

"Ya ampun! Repot-repot banget sih. Seharusnya kan nggak usah karena lo tamu disini. Lagipula ada mbak gue, kok."

"Udah makan aja."

Renjana duduk di sebelah Febi dan berhadapan langsung dengan ibu Febi. Renjana sangat deg-degan ketika makanan hasil masakannya dimakan oleh kedua orang tua Febi. Ia takut jika rasanya tidak sesuai dengan lidah mereka.

"Ini kamu yang masak, nduk?" tanya Ibu Febi.

Renjana mengangguk. "Iya. Nggak enak, ya? Maaf ya tante."

"Enggak begitu. Enak kok. Ya kan, Pak?"

Bapak Febi mengangguk dan tersenyum ramah ke arah Renjana. "Ini enak sekali. Kamu pintar masak, ya?"

"Nggak terlalu sih, Om. Tapi di rumah sering disuruh masak."

"Oh...begitu."

***

Tepat pukul tujuh pagi Renjana sudah berada di depan rumah Gemintang. Rumah ini tampak sangat sepi dan tidak terawat. Pemandangannya berbeda dengan yang ia datangi dulu. Renjana ragu jika ada Gemintang di dalam, tapi ada sepeda motornya. Dengan memberanikan diri, Renjana mengetuk pintu berwarna putih berukuran besar itu.

"Permisi," ucapnya.

Sekitar lima menit lebih Renjana menunggu pintu itu terbuka. Ia bingung kemanakah Gemintang. Apakah Gemintang sedang pergi ke luar kota? Ah, tapi rasanya tak mungkin.

Suara derap langkah terdengar semakin mendekat. Senyum Renjana tercipta lebar saat pintu itu terbuka dan mendapati Gemintang yang sedang menguap.

"Pagi pacar."

Gemintang menutup pintu dan berjalan menuju teras.

"Mau ngapain?" tanya cowok itu.

"Gue nggak disuruh masuk dulu gitu? Masa kita ngobrolnya di luar kayak gini?"

Gemintang berdehem. "Di dalam nggak ada orang. Gue nggak mau ada tetangga yang lihat kita dan mereka salah sangka. Cepetan. Ngapain lo kesini?"

"Ini, gue bawa nasi goreng buatan gue."

Gemintang melihat ke arah kotak makan berwarna cokelat yang dibawa Renjana. Kemudian ia menatap Renjana.

"Ngapain?"

"Ih! Ya buat lo sarapan dong!"

"Oke, gue terima. Lo bisa pulang sekarang."

"Di usir, nih?"

Gemintang tidak menanggapi.

"Minta nomor ponsel dong," ucap Renjana.

Gemintang Renjana [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang