50: Gelisah

50 3 0
                                    

Renjana duduk di teras rumahnya. Dari tadi malam, pikirannya tidak lepas dari Gemintang. Ia ingin tahu segala aktivitas Gemintang hari ini. Namun, egonya memilih untuk melupakan cowok itu sementara waktu.

Tangan Renjana mengambil ponsel yang ada di sebelahnya dan membuka room chat Gemintang. Disana, terlihat jika cowok itu online. Pikiran Renjana semakin melebar. Kira-kira saat ini Gemintang sedang bertukar pesan dengan siapa, ya? Tak lama berselang, ada pesan baru masuk.

Gemi
Gue kangen sama lo, Ren.

Mata Renjana membulat dengan sempurna. Ia membaca pesan itu beberapa kali kemudian mengerjapkan matanya.

"Gue juga kangen sama lo, tapi mau gimana lagi? Gue butuh waktu untuk sendiri," ucapnya.

***

Di tempat lain, Gemintang sedang bersama ketiga temannya. Mereka berkumpul di rumah Gemintang karena banyak makanan. Levi dan Hidan terus menatap Gemintang. Cowok itu terlihat kusut sekali, padahal lusa ada olimpiade matematika kesukaannya.

"Lo nggak belajar, Gem?" tanya Levi.

Gemintang menatap Levi sekilas tanpa menjawab satu katapun.

"Tumben banget, biasanya lo incar medali emas," sahut Hidan.

"Gemintang kita ini lagi terserang virus putus cinta. Galau dia," ucap Riko memanas-manasi.

Levi dan Hidan tertawa keras mendengar ucapan Riko. Mereka tidak menyangka jika seorang Gemintang bisa galau juga. Sementara Gemintang, ia berdecak kesal.

"Siapa juga yang galau? Sok tau kalian," ucap Gemintang dingin.

Tawa Levi dan Hidan semakin kencang.

"Stop!"

"Duh, perut gue sakit nih," ucap Levi yang mencoba menghentikan kegiatan tertawanya.

Gemintang tidak menghiraukan celotehan para sahabatnya. Ia duduk di balkon kamarnya sembari menatap bintang yang bersinar terang. Tiba-tiba, ia melihat lukisan wajah Renjana disana. Dua detik kemudian, lukisan wajah itu hilang.

"Kalau kangen, telpon aja," ucap Riko dari belakang.

Gemintang membalikkan tubuhnya. "Emangnya dia mau terima telpon gue?"

"Ya, dicoba dulu aja. Siapa tau dia mau terima terus kalian ngobrol? Nggak ada yang nggak mungkin sebelum dicoba," jawab Riko dengan menepuk pundak Gemintang lalu pergi.

Tangan Gemintang berselancar di ponselnya. Ia menggulirkan jemarinya untuk menemukan kontak Renjana. Cowok itu ragu menelpon Renjana. Ia tidak ingin menganggu gadis itu malam-malam seperti ini. Ucapan Riko terngiang lagi di telinga Gemintang. Akhirnya, ia menekan tombol panggilan. Selama beberapa detik, sambungan itu tidak terjawab. Namun detik berikutnya, Renjana menerima panggilan Gemintang.

"Halo?" ucap Gemintang.

Tidak ada jawaban apapun dari gadis itu.

"Maaf, gue telpon lo malam-malam kayak gini. Maaf. Gue udah berusaha untuk menjaga jarak sama lo, tapi gue nggak bisa. Gue kangen sama lo, Renjana."

Masih tidak ada jawaban dari Renjana. Hanya ada suara penyejuk ruangan.

"Oke kalau lo nggak mau jawab gue, nggak papa. Gue lega karena bisa menyampaikan rasa rindu gue. Selamat istirahat ya, Renjana? Jangan capek-capek. Kalau lo capek dan butuh teman cerita, cari gue aja. Gue sayang sama lo."

Gemintang Renjana [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang