Renjana sedang menyiapkan sarapan untuk semua anggota keluarganya. Ia sudah bangun sejak pukul empat pagi tadi. Sebenarnya, Renjana sudah sangat muak dengan semua ini.
"Cepetan, ih! Lelet banget!" ucap Fina.
Renjana ingin menjambak rambut Fina sekarang juga namun keinginannya hilang seketika diiringi munculnya dua penjaga Fina yaitu ayah tiri dan bundanya.
"Ini udah semua?" tanya Melati.
Renjana mengangguk.
"Sana, pergi!" usir Fina.
Beginilah keseharian Renjana. Ia yang memasak semua makanan ini, ia juga yang tidak bisa merasakannya.
"Tunggu! Habis ini, kamu nggak usah pergi sekolah. Kamu harus membersihkan semua rumah ini, termasuk menguras kolam renang karena sore ini akan ada acara arisan yang sangat besar," ucap Melati.
Renjana melotot. "Nggak! Aku mau sekolah!"
Ayah tiri Renjana mendekat ke arahnya. Ia menatap Renjana dengan tatapan tajam seperti elang yang siap menerkam mangsanya kapan saja.
"Jangan membantah! Jadi anak itu seperti Fina yang tidak pernah membantah!" ucapnya.
Renjana sudah malas dengan semua ini. Lagi-lagi, dirinya kalah atas orang-orang tidak punya hati ini.
"Yaudah iya."
Tepat pukul sembilan pagi. Renjana memegang gagang pel dan mulai mengepel seluruh rumahnya. Ia berusaha menjalani pekerjaan ini dengan ikhlas agar cepat selesai. Semoga saja benar cepat selesai.
Saat Renjana asyik mengepel, tiba-tiba Fina berjalan diatasnya. Renjana sangat kesal. Jirih payahnya hancur begitu saja. Sedangkan Fina, ia malah bermain-main diatas lantai yang sedang dibersihkan Renjana. Sampai puncaknya, Fina terjatuh.
"Aduh. Bunda tolongin aku," ucapnya sambil menatap ke arah Melati.
Melati mendekat dengan cepat. Tersirat dari wajahnya jika sangat mencemaskan keadaan anak tirinya itu. Renjana iri dengan Fina yang mendapat kasih sayang dari bundanya.
"Kamu tuh gimana sih? Bisa ngepel nggak? Ngepel kok banyak air kayak gini! Lihat, Fina jadi jatuh," ucap Melati.
Renjana menatap wanita yang sangat dicintainya itu. "Aku udah ngepel seperti apa yang Bunda suruh. Dia lewat sembarangan. Apa masih mau salahin aku juga? Kalau gitu, mending aku pergi dari sini dan nggak usah ada lagi di dunia ini. Aku capek, Bun!"
Bukannya menenangkan Renjana, Melati malah mendekat ke arah Renjana lalu menamparnya keras. Bekas merah tercipta di pipi Renjana yang putih.
"Jadi anak jangan suka membantah. Dari dulu, Bunda nggak suka ada anak yang suka membantah!"
Renjana hanya bisa pasrah menatap Bunda dan Fina yang mulai menjauh dari pandangannya. Renjana terduduk dan menangis.
***
Setelah kejadian kemarin, Renjana memutuskan untuk mengasingkan diri lagi di rumah Kila. Rumah yang sangat hangat dan layak dihuni. Renjana sedang perjalanan menuju sekolah. Ia menancapkan gas diatas rata-rata.
"Kila!" ucapnya.
Kila menatap ke belakang. "Renjana? Lo dari mana aja, sih? Kemarin kenapa lo nggak masuk? Lo baik-baik aja, kan?"
Renjana tersenyum kaku. "Baik. Emm, gue boleh tanya sesuatu?"
Kila mengangguk setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gemintang Renjana [Completed] ✔
Fiksi RemajaRenjana Aranka Arundati, gadis pembuat onar yang terkenal dengan wajah cantiknya. Dia memiliki banyak mantan. Bagi Renjana, sekolah adalah tempat untuk bersenang-senang dan melupakan semua kejadian yang selama ini dibenci dirinya. Gemintang Bahran B...