Agustus 2016
Hampir setiap orang pasti sering mendengar definisi dari anomali. Sebuah sistem yang tidak berjalan dengan normal. Anomali bukanlah sebuah siluman kera yang baik hati dan budiman, melainkan sebuah bencana tersendiri yang menyimpang, berbeda dengan kebanyakan, berbeda dengan apa yang seharusnya terjadi. Umumnya orang lain hanya akan menganggap anomali sebagai suatu bagian yang patut dibuli, seakan eksistansinya tidak patut untuk diakui.
Namun, Lyra Zurul Alfi merasa anomali dari sudut pandangnya berbeda dengan anomali berdasarkan anggapan teman-teman sekelasnya.
Papan kelas IX A terpampang jelas di atap pintu ruang kelasnya. Terlihat Bu Kiki--guru bahasa inggris sekaligus wali kelas Lyra-- sudah bertelekan pinggang menatap Fizar yang menyengir ceria.
"Nih Mas, kamu tau nggak sudah terpampang jelas di bungkus-bungkus rokok yang kamu beli itu kalau 'merokok itu membunuhmu!'" Bu Kiki mulai berdalil dengan segala amarah yang beliau tahan mati-matian. Lagipula memang menghadapi jenis makhluk tinggi bongsor yang masih kelas tiga SMP tapi kelakuannya sudah naudzubillah itu memang harus mengorbankan stok kesabaran yang beliau punya.
"Merokok membunuhmu? Membunuhmu ikih udu membunuhku!" (Merokok membunuhmu? Kan membunuhmu bukan membunuhku) Fizar menjawab dengan cengiran tanpa dosa, tapi anehnya seluruh teman sekelas justru menertawakan kebodohan pemuda itu. Sudah ketangkap bawa rokok, masih saja ngeles!
Sementara Lyra sendiri bingung mengapa teman-temannya tertawa, ia tidak mengerti dimana lucunya. Gadis itu justru sibuk memperhatikan Bu Kiki yang sudah menarik napas berulangkali, terlihat menyabarkan diri.
"Mas kamu masih mending nggak ibu laporkan BK loh. Kalau di sidang Bu Irma nanti, Bu Kiki nggak mau ngurus!" ucap Bu Kiki masih mencoba menasehati, "Ngerokok boleh, tapi jangan dibawa ke sekolah!" ucap wanita paruh baya itu lagi, nampaknya ia sudah mulai pasrah menasehati anak didiknya yang bebal itu untuk berhenti merokok.
"Innalloha ma'as shobirin, iya kan Am?" jawab Fizar tidak nyambung sambil menyengir pada Yarham yang duduk di sebelahnya.
Arti dalil itu sebenarnya adalah 'Allah selalu bersama orang-orang yang sabar', tetapi Fizar menggunakannya disetiap kesempatan untuk mengejek Yarham, karena nama Bapak Yarham adalah Sobirin.
Yarham sudah mengumpat tanpa suara, ia pasrah saja daripada nantinya tidak dapat jatah rokok dari Fizar.
Hari ini Fizar ketahuan merokok di sudut kamar mandi sekolah, kemarin Ryan dan Rival yang ketahuan merokok di ruang kelas saat yang lain sedang salat Zuhur, kemarinnya lagi salah satu teman kelasnya yang bernama Ayu dikeluarkan dari sekolah karena vidionya pacaran di kebun dan di grebeg warga viral.
Selain hal itu, bahkan masih banyak lagi kasus yang menurut Lyra adalah sebuah anomali. Namun sayangnya, dari sekian banyak makhluk yang menjadi murid di sekolahnya kebanyakan hanya menganggap itu normal, dan rasanya hanya menyisakan Lyra sendirian dengan anggapannya bahwa itu adalah sebuah anomali.
Namun gadis cantik itu menunduk, mengintip lengannya yang tertutup jaket panjang. Berikutnya ia terkekeh sendiri. Ternyata dirinya juga sebuah anomali.
***
Jam kosong lagi, Lyra menghela napas lelah. Jam kosong membuat monyet-monyet penghuni kelas a.k.a teman-teman sekelasnya itu tidak mau diam. Lihat saja, para murid perempuan yang sibuk bergosip, beberapa teman laki-laki yang sibuk membuat doodle di papan tulis, bahkan ada juga yang kejar-kejaran dengan tidak jelasnya. Kemudian juga ada Saiful doang yang sudah menyanyi-nyanyi sambil memukuli meja dengan tidak jelasnya.
Di kelasnya memang ada dua orang bernama Saiful, yang pertama Saiful Anwar dan yang satu lagi namanya Saiful saja tanpa embel-embel. Teman-teman yang lain sering menyebut si Saiful tanpa embel-embel sebagai Saiful doang, yang bapaknya tidak kreatif karena tidak menambahi apa-apa pada nama anaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anomali (END)
Random[Juara 1 Writing Challenge with Etherial Publisher 2021] "She wanna die but start live her life because of him." Ini cerita tentang penerimaan. Tentang seorang perempuan putus asa bertemu dengan laki-laki penuh asa, Sakti Abhimanyu.