Hal yang tidak Lyra sukai tentang hujan hanya ada dua, petir dan cucian yang tidak kering. Gadis itu memanyunkan bibir, kembali menjemur pakaiannya yang belum kering. Padahal kemarin sudah seharian penuh ia menjemurnya.
Ia menoleh pada Sasuke yang setia menunggu sambil merebahkan diri di lantai garasi rumah Lyra. Memang, Lyra sengaja menjemur pakaian di garasi agar tidak terkena hujan. Karena pagi ini, gerimis kembali mengguyur. Hari minggu ditambah gerimis, suasananya pas sekali untuk tidur lagi.
"Sas, katanya kalo berdoa pas hujan doanya bakal dikabulkan Tuhan," gumam Lyra sambil menunduk untuk mengelus kepala Sasuke setelah selesai menjemur baju. Ia sedikit mengintip pada ayahnya yang sedang membaca buku di ruang tamu, takut perkataannya akan terdengar.
Sasuke mengeong kecil.
"Bukan gitu, anu, Sas em semoga Sakti cepet muncul deh, aku anu bukan kangen bukan, cuman em penasaran dia baik-baik aja apa nggak," ucap Lyra dengan gugup, padahal ia hanya berbicara dengan Sasuke.
Sasuke mengeong lagi.
"Ck. Iya iya, semoga Sakti cepat muncul lagi. Aku pengen dengar omongan pedasanya lagi," ucap Lyra akhirnya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, siapa ya?"
Lyra jadi menoleh pada ayahnya yang menjawab salam dari ruang tamu. Lalu matanya melebar, mendapati sosok Sakti mengucap salam pada ayahnya. Lyra mengerjap, berulangkali meyakinkan diri bahwa itu benar sosok Sakti. Sepertinya mimpi, Lyra merasa padahal ia baru saja berdoa mengapa bisa langsung dikabulkan? Tidak, pasti ini hanya imajinasi gadis itu. Tetapi gadis itu terlanjur tahu mata sipit dan senyum sopan itu memang khas sekali milik Sakti.
"Lyranya ada Pak?" tanya Sakti pada Ayah Lyra yang sudah keluar rumah.
"Tuh," Ayah Lyra menunjuk ke arah Lyra yang tengah menunduk di garasi.
Lyra lantas berdiri sambil menggendong Sasuke. Ia memandangi Sakti tanpa ekspresi. Pemuda itu sudah menyengir lebar ke arahnya. Dengan wajah tanpa dosanya, setelah menghilang selama lima hari pemuda itu hanya tersenyum. Seolah melupakan kenyataan bahwa Lyra selama ini khawatir, bahwa Lyra selama ini penasaran dengan keadaannya. Bahwa gadis itu mungkin, rindu. Kemudian dengan segala kejutan yang pemuda itu punya, tiba-tiba ia muncul di halaman rumah Lyra dengan senyum cerianya.
"Pak saya boleh pinjam Lyranya sebentar? Saya ajak dia main," ucap Sakti sopan yang langsung disetujui dengan anggukan Ayah Lyra.
"Bawa aja, paling dia juga rebahan di rumah," sahut Ayah Lyra santai, kemudian kembali memasuki rumah untuk melanjutkan membaca buku.
Sakti dengan riang menghampiri Lyra. Pemuda itu mengambil alih Sasuke, menggendong kucing itu lalu menghadapkannya ke kaca mobil.
"Hayooo namamu siapa hayoo," kata Sakti ceria pada Sasuke yang berada di gendongannya. Pemuda itu menghadapkan Sasuke ke kaca mobil yang memantulkan bayangan mereka, lalu tertawa ceria padahal Sasuke hanya menatapnya datar.
"Comel banget anak siapa ini," ucap Sakti lagi dengan gemas memeluk Sasuke.
Lyra mendecih, kemudian dengan paksa merebut Sasuke dari pelukan Sakti, "Balikin, dia anakku." Gadis itu lantas memasuki rumah meninggalkan Sakti begitu saja.
Enak saja pemuda itu, datang hanya cengar-cengir tanpa ada rasa bersalah atau apa. Bukannya menjelaskan alasan dia menghilang malah main-main dengan Sasuke. Tetapi kemudian gadis itu jadi tersadar, loh memangnya dia siapa berhak meminta penjelasan dari Sakti yang menghilang lama? Tetapi Sakti juga pernah bilang kalau Lyra temannya, tapi tetap saja mereka baru kenal dekat selama satu hari itu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anomali (END)
Random[Juara 1 Writing Challenge with Etherial Publisher 2021] "She wanna die but start live her life because of him." Ini cerita tentang penerimaan. Tentang seorang perempuan putus asa bertemu dengan laki-laki penuh asa, Sakti Abhimanyu.