2. Selalu Terlihat Tidak Apa-Apa

78 30 104
                                    

Agustus 2016

Kamu nggak papa?

Pesan bernada khawatir yang dikirimkan Putri masuk dalam ponselnya begitu saja. Lyra hanya menghela napas, membaca tanpa berniat membalasnya. Tadi saat mereka sedang telfon Lyra mematikan sambungan sepihak karena kebisingan yang terjadi di rumahnya.

"Sinting! Mana pernah aku baik-baik aja," ucap gadis itu lirih.

Lyra meraih sebuah silet dari laci kamarnya, lalu saat ia berniat menggoreskan silet itu pada tangannya sebuah ngeongan kecil menghentikannya.

Lyra melebarkan mata, melihat kucingnya sudah berulangkali mengeong lembut, seakan memperingatinya.

"Dikit aja ya? Please," pinta gadis itu sambil menatap kucing di sampingnya. Kucing itu mengeong lagi dengan lembut, lalu dengan manja mendekati Lyra menempel seakan meminta dipeluk.

Lyra menggigiti bibirnya sambil akhirnya maju menggendong kucing itu dalam dekapannya, menaruh begitu saja silet yang tadi dipegangnya.

Namanya Sasuke, kucing kampung berwarna putih berbelang abu-abu milik Lyra. Dilihat dari segi perkucingan, Sasuke ini termasuk tampan bahkan sangking tampannya sering ada kucing-kucing betina milik tetangga yang datang ke rumah dan minta dikawinin Sasuke. Tapi Lyra tidak pernah mengizinkan kucing cabe-cabean itu memiliki Sasuke, tidak akan pernah.

Sasuke mengeong lagi.

"Kamu pasti laper ya, pantes aja manja," ucap Lyra pelan yang dibalas lagi oleh ngeongan pelan dari kucing itu.

Samar tapi jelas Lyra mendengar suara bising dari luar pintu kamarnya yang tertutup.

"Nggak, pokoknya aku udah terlanjur sakit!" Suara wanita terdengar, bahkan sampai kamar Lyra amarah si wanita itu terdengar jelas. "Mas tuh nggak bisa kayak gitu sama aku!"

"Kenapa sih mertua dari istri lamamu itu kok kayanya spesial banget?" Seakan seperti sengaja agar Lyra dengar, wanita itu mengomel dengan keras. "Capek aku, di sini pada nggak punya hati!"

Lyra menghela napas lagi.

Jadi, kemarin ia meminta ayahnya untuk mengantar ia dan neneknya ke makam Ibunya. Namun saat Ayahnya meminta izin, ternyata berujung mendapat kemarahan dari istri barunya itu.

"Sas, kamu kangen Ibukmu nggak?" tanya Lyra pada Sasuke yang masih tenang dalam dekapannya.

"Ternyata kita sama ya, nggak punya Ibu," gadis itu lalu terkekeh sendiri, padahal tidak ada yang lucu.

"Kamu jangan sedih loh Sas, setidaknya kita punya satu sama lain buat dipeluk," ucap Lyra lagi seraya mengeratkan pelukannya pada Sasuke.

Kemudian terdengar suara motor menyala dan perlahan suara itu menjauh dari rumahnya. Tanpa Lyra harus melihatnya pun ia sudah tau, istri ayahnya yang satu itu sudah pergi meninggalkan rumah dalam keadaan marah.

Ibu tirinya itu sebenarnya baik, namun namanya manusia tidak pernah ada yang sempurna. Seperti yang pernah Lyra baca dari sebuah buku, katanya manusia tercipta tidak sempurna supaya tidak ada unsur pemberhalaan.

Namun yang seringkali manusia lakukan adalah membuat kejahatan dengan dalih bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Lyra benci sekali, walaupun manusia tidak sempurna itu tidak berati mereka berhak berlaku kriminal. Namun gadis itu kemudian melirik pada lengannya yang dipenuhi luka goresan. Lyra terkekeh, ternyata ia sudah bertindak kriminal pada dirinya sendiri. Atau sebenarnya ia benci pada dirinya sendiri?

Istri baru ayahnya itu setiap kali marah, setiap kali disenggol saja sedikit, sudah merasa seperti manusia yang paling terluka di dunia. Padahal dengan perilakunya yang sok paling terluka itu, ia justru melukai orang lain lebih parah lagi. Lyra misalnya. Lyra tidak habis pikir, apakah istri ayahnya itu tidak pernah memosisikan dirinya sebagai Lyra? Coba bagaimana jika Ibu wanita itu yang meninggal lalu ia minta tolong Ayahnya untuk mengantarkan ke makam tapi dilarang oleh ibu tirinya karena cemburu? Tentu saja wanita itu tidak pernah berpikir begitu. Namanya juga manusia, pasti hanya mementingkan dirinya sendiri. Apalagi saat merasa terluka.

Anomali (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang