Epilog

52 11 16
                                    

If happy ever after did exist,
I would still be holding you like this

***

5 Februari 2021

Lyra pernah dengar sebuah ungkapan. Katanya lidah seseorang merupakan cerminan dari hatinya. Mata gadis itu lantas memandang jauh ke depan, pada jalanan yang sedang ia lalui. Dibiarkan tubuhnya tersandar pada jok bus yang ia tumpangi.

Lagi lagi ia teringat pemuda itu. Sakti salah besar kalau berfikir Lyra hanya mengingatnya ketika melihat anyelir, rumah sakit, atau bahkan kucing-kucing di jalanan saja. Pemuda itu tentu salah, karena gadis itu mengingat pemuda itu di setiap kesempatan yang ia punya. Ia ingat pemuda itu pada setiap hal kecil yang ia temukan. Ia selalu ingat Sakti.

Seperti saat ini, saat matanya menangkap sebuah stiker di bus yang ia tumpangi. Pada stiker kecil itu terdapat sebuah kutipan bijak.

Lidah seseorang merupakan cerminan dari hatinya.

Lyra langsung teringat pada pemuda itu. Memang benar, ia mengenal Sakti hanya dalam sebuah pertemuan singkat. Namun lewat cara tutur Sakti, Lyra langsung tahu karakter pemuda itu. Tegas, lucu, bijak, dan lembut. Sungguh sebuah ironi, terkadang sosok yang ditemui dalam waktu singkat justru dapat memberikan pelajaran yang begitu berharga.

Gadis itu kemudian jatuh cinta pada setiap kenangan tentang pemuda itu. Kenangan yang selalu saja melewati kepalanya. Ingatan itu menyeruak paksa, menjelma menjadi perasaan perasaan yang selamanya tidak akan bisa tersampaikan.

Tanpa Lyra sadari, Sakti telah mengubah banyak orang. Jejen salah satunya. Meskipun Lyra berkuliah dan Jejen bekerja menjadikan mereka jarang bertemu. Tetapi tetap saja saat kebetulan mereka bertemu di mana pun, Jejen akan dengan riang menghampiri.

"Sumpah aku nggak pernah mabok lagi sekarang Ra. Aku ingat Sakti, dia selalu ngiri sama aku yang bisa hidup sehat malah ngerusak tubuh sendiri. Aku malu sama sakti." Begitu kira-kira yang selalu di ucap Jejen setiap mereka bertemu. Selalu, kalimat yang sama.

Gadis itu lantas menghentikan bus dan membayar pada kenek. Ia memasuki area pemakaman umum yang tidak pernah asing. Langkahnya tertuju pada sebuah batu nisan. Nama Sakti Abhimanyu terpampang jelas di sana. Makamnya selalu berseri, selalu saja ada yang berkunjung meninggalkan banyak bunga mawar tersebar rapih.

Lyra duduk di samping makam Sakti, bunga anyelir yang ia bawa ia letakan di samping nisan itu. Ia memang biasa berkunjung. Mereka masih selalu bertukar cerita. Bedanya kali ini Lyra yang bercerita dan Sakti sebagai pendengar. Pendengar yang tidak bisa menanggapi tentu saja.

"Anyelirnya dua warna Sak, merah dan putih. Merah artinya cinta seperti pada umumnya dan putih sama seperti yang kamu bilang, kesetiaan. Tapi karena ini anyelir dua warna artinya jadi, kita tidak bisa bersama," ucap Lyra bercerita sendiri sambil menunjuk anyelir yang ia bawa.

Lyra menarik napas panjang, matanya menangkap pada lengan kirinya yang penuh bekas goresan. Bekas itu sudah lama pudar. Seperti kata pemuda itu, Lyra menjalankan konsultasi pada Pak Aji, Ayah Sakti. tahun-tahun yang dilewatinya juga tidak pernah mudah. Sama seperti yang dikatakan Sakti, hidup itu sedih dan senangnya seimbang. Konsultasi dan konsumi berbagai macam obat tidak henti gadis itu lakukan. Demi untuk sembuh, demi memenuhi janjinya pada pemuda itu.

"Sak, kata Pak Aji aku sudah dinyatakan sembuh total. Aku mencintai diriku lebih dari apa pun. Ya meskipun katanya masih harus konsumsi obat rutin sih tapi kali ini dosisnya dikurangi, jenis obatnya juga sedikit," cerita Lyra dengan riang.

"Thanks a lot Sak. Terima kasih, sungguh. Terima kasih sudah mengisi waktu singkat itu di hidupku. Agustus 2016 mau bagaimana pun akan melekat di ingatanku. Aku sudah sayang sama diriku sendiri. Dan aku masih tetap sayang sama kamu."

"Dan ya, selamat ulang tahun Sakti Abhimanyu."

End

****
532
HWWHHWHWHWHWHWHWH

Hai kawannn terima kasih banyak sudah stay sampe end. Ai laf yuh, really.

Dan ges, satu pelajaran penting dari Sakti yang harus kita semua ingat adalah semua ini cuman masalah waktu. Bahagia sama sedih itu ada masanya. Lagipula bahagia itu gampang kok, misalnya kalau aku bakal bahagia kalau dibilang istri RM atau pacar haechan sama temen-temenku. Awkawokwwowo gampang bgt membahagiakanku tp gada yg minat. Kalau mau sedih juga ya nggak papa, sedih aja. Aku juga kadang nekad galau meskipun tidak ada yang menyakiti. Tapi galaunya jangan lama lama, jangan jadi manusia galau, jadi manusia super saja sepertiku xixixixi.

Ingat ya kawan

Password-nya apa?

Semua ini cuman masalah waktu.

Keadaan sulit pasti nanti akan baik-baik saja.

Waktu itu ternyata maknanya penting bgt ya? gw juga disadarkan sama Sakti sich. Baiklah mari kita cobaaaaa

Memanfaatkan waktu

Soalnya kata mas rm klo gw ga belajar bakal dicukur alisnya.

Yasuda dadah muah

7-6-2021

WIT LAF,
FARHAH Nikmah a.k.a istri rm satu satunya.

"Selamat tinggal adalah kata yang paling aku benci. Tapi itu adalah kata yang kuucapkan sekarang," -Dadah Sakti Abhimanyu.

Anomali (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang