Lyra menyangga dagu di meja belajarnya. Rambutnya masih basah karena habis keramas. Masih dengan handuk yang tersampir di lehernya gadis itu menghela napas, memandangi tiga objek penting yang ada di hadapannya. Sebuah squishy berbentuk pinguin, sebuah pot bunga anyelir, dan satu buah novel berjudul 'Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta'.
"Squishy buat apa memangnya?" tanya Lyra saat Sakti mengantarnya pulang. Pemuda itu menyerahkan squishy, pot bunga, dan novel kepadanya.
"Kalau kamu lagi gemes, atau marah sama sesuatu, main squishy aja, jangan self harm."
"Aku udah sembuh," jawab gadis itu jujur.
"Mana ada kaya gitu langsung sembuh selama seminggu, itu namanya fase istirahat. Yang artinya kamu bisa kumat lagi entah kapan itu waktunya. Makannya sudah kubilang, ingat kata-kataku, selalu."
Lyra mencibir, mau tak mau menurut menerima barang-barang tadi. "Terus ini kenapa anyelir sama novel dikasih ke aku juga sih!" protes gadis itu lagi.
"Biar ingat aku misalnya?" tanya Sakti retoris lalu terkekeh ringan.
Lyra jadi mengamati bunga berwarna pink dan putih itu, cantik. Tangannya maju merapihkan kantung plastik yang masih menyelimuti pot bunga tadi.
"Lyra nih Sasuke ngising--buang air besar-- di kasur!"
Lyra jadi melongok, lalu melangkah keluar kamar mendapati ayahnya sudah mengangkat seprai dari kamar ayahnya dengan bau tak sedap. Lyra menghela napas saat ayahnya dengan santai langsung menyerahkan seprai itu padanya, menyuruh Lyra membersihkan kotoran kucing yang melekat di sana.
Ibunya bahkan turut keluar dari kamar sambil menutup hidung. Memang, bau kotoran kucing tidak main-main.
Lyra dengan cepat langsung mengatasinya. Karena hari sudah sore jadilah ia harus cepat-cepat sebelum maghrib datang. Setelah selesai mencuci, gadis itu membuka pintu rumahnya, menatap hujan yang masih saja mengguyur. Ia berlari kecil menuju garasi rumahnya, menjemur seprai tadi di sana.
Lyra heran, Sasuke kapan masuknya kenapa tidak ketahuan saat buang hajat di kamar ayahnya. Sekarang kucingnya itu pergi entah kemana, padahal hari sedang hujan.
Saat Lyra kembali masuk rumah, ayah dan ibunya sudah duduk di ruang tamu. Lyra hanya lanjut melangkah untuk kembali ke kamarnya, ia harus belajar karena besok ada ulangan IPA.
"Mbak, kucingnya buang aja ya," ucap istri ayahnya itu saat Lyra hendak lewat.
"Enak saja," jawab Lyra cepat, mana bisa ia terima kalau Sasuke dibuang. Gadis itu kemudian lanjut melangkah memasuki kamarnya.
Tak lama setelah Lyra memasuki kamar, ia mendengar suara motor melaju. Gadis itu mengernyit, melongok ke luar rumah, melihat ibu tirinya sudah pergi sendirian padahal hampir maghrib. Perempuan itu nampaknya kembali pulang menuju rumah ibunya.
Lyra mendapati ayahnya yang keluar dari kamar, wajahnya terlihat muram.
"Marah lagi? Karena kucing?" tanya Lyra pelan, mati-matian ia menahan kesal.
Ayahnya hanya mengangguk singkat. Kemudian laki-laki itu mengajak Lyra duduk di ruang tamu untuk bicara. Gadis itu menarik napas panjang.
Shit here we go again.
"Kucingnya dibuang aja ya Ra, Ibu katanya nggak mau balik lagi kalau kucingnya nggak dibuang," ucap ayahnya pelan.
"Nggak mau," Lyra menjawab cepat, rasa kesalnya tak dapat ia bendung lagi. Hanya karena Sasuke buang hajat di kamar, perempuan itu langsung marah? Bukannya Lyra yang membersihkan? Bukannya manusia lebih punya akal untuk rajin menutup kamarnya sebelum kucing sempat untuk masuk? Kekanakan sekali!
"Terus gimana? Ibu nggak mau pulang kalau kucingnya nggak dibuang. Kemarin juga begitu kan nggak mau pulang sebelum Ayah bilang kita nggak ke makam Ibumu. Ayah bingung Ra, masa karena kucing aja rumah tangga retak."
"Terus Lyra yang salah?"
"Bukan gitu, maksudnya ini 'kan cuman kucing, demi kesejahteraan bersama dibuang aja kucingnya. Nanti kalau Lyra udah punya rumah sendiri, mau melihara kucing berapa pun nggak apa-apa," ucap ayahnya panjang lebar, masih dengan pelan.
Lyra meneguk ludah. Jadi ini bukan rumahnya? Bukannya dahulu Ibu Lyra yang bantu membangun rumah sampai jadi selayak ini? Sekarang ini bukan rumahnya? Lyra meneguk ludah berulangkali, tiba-tiba dadanya sesak. Gadis itu terkekeh dalam hati. Benar, ia sudah tidak punya rumah lagi.
"Sasuke dibuang aja ya?" tanya ayahnya lagi.
"Terserah," jawab Lyra pelan, gadis itu beranjak begitu saja memasuki kamarnya dan membanting pintu.
Dengan cepat ia meraih silet dari meja belajarnya, kemudian seakan lupa akan segalanya gadis itu kembali lagi. Kembali menciptakan sayatan-sayatan kecil di lengan kirinya. Tanpa sengaja matanya menangkap squishy berbentuk pinguin yang masih terbungkus plastik. Gadis itu tersenyum miring. Benar kata Sakti, ia belum sembuh.
***
Lyra menaiki motor ayahnya untuk berangkat sekolah. Sama seperti hari biasanya, bedanya adalah hari ini di dalam tasnya ia membawa Sasuke. Tas punggungnya ia letakan di depan. Lyra memeluk kucing itu erat, tangannya berulangkali mengusap air matanya yang menetes karena malu jika sampai dilihat orang di jalanan.
Sampai pada sebuah rumah makan, ayah Lyra menghentikan motornya. Seakan menyuruh Lyra menaruh Sasuke dan meninggalkan kucing itu di sana. Lyra menurut, turun dari motornya dan menurunkan Sasuke. Gadis itu masih menunduk untuk mengelus kepala Sasuke kemudian memeluknya sekali lagi.
"Cepetan, udah siang." Ayahnya memperingatkan.
Lyra mengangguk lagi. Gadis itu menaiki motor, meninggalkan kucing itu di pelataran rumah makan tadi. Saat motor mulai berjalan Sasuke mengejar pelan.
"Ih sana aja kamu jangan ngikutin," ucap Lyra, suaranya bergetar menahan tangis.
Namun dengan wajah polosnya kucing itu terus mengejar sampai Lyra tak mampu dikejarnya lagi.
Akhirnya gadis itu menangis sejadi-jadinya. Ia tidak peduli lagi dengan pengendara lain yang menganggapnya aneh. Lyra menangis tanpa suara, karena satu yang ia takutkan. Kalau ayahnya melihat ia menangis.
"Sas, aku kangen Ibu."
***
861PEDIH
4-6-2021
MANUSIA SUPER,
FARHAH N MYOU CUT ME DOWN TO THE BONE NOW YOU RE DANCIN' ALL OVER MY SOUL. TERNGIANG NGIANG GASI W NNTN TIKTOK.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anomali (END)
Random[Juara 1 Writing Challenge with Etherial Publisher 2021] "She wanna die but start live her life because of him." Ini cerita tentang penerimaan. Tentang seorang perempuan putus asa bertemu dengan laki-laki penuh asa, Sakti Abhimanyu.