Gue dan Hyunjin udah ada di ruang bersalin sejak satu jam lalu. Berhubung udah mau pembukaan akhir, jadi ada beberapa suster juga yang standby sambil nunggu dokter dan bidannya dateng.
Perut gue sakit, banget. Rasanya mau jambak sekaligus gigit tangan Hyunjin. Cuma ngeliat dia yang ikutan nervous juga, gue jadi gak tega. Seberusaha mungkin gue nutupin mimik wajah kesakitan gue, walau sebenernya gue pengen teriak-teriak, serius.
Gak lama kemudian dokter dan bidannya dateng, pas banget perut gue sakitnya makin menjadi-jadi.
Udah nggak sabar ke dunia ya, nak?
"Jangan tegang, rileks aja. Napas dari hidung, keluarkan dari mulut. Pelan-pelan aja nggak apa—"
Dan ... mulailah gue mengejan berusaha ngikutin intruksi bidannya supaya bayinya gampang keluar. Walau prosesnya terbilang cukup lama dari biasanya—berhubung panggul gue belum terlalu besar jadi jalan keluarnya bayi agak susah.
"Tahan sebentar ...."
"Sakit," rintih gue.
Dan beberapa detik setelah itu, suara tangisan bayi yang nyaring kedengeran jelas di telinga gue.
Badan gue bener-bener lemes habis itu. Udah gak sanggup ngerespon apa-apa lagi, bahkan Hyunjin sempet kecup kening gue, dan cuma gue tanggepin pakai senyum tipis.
Anak gue udah lahir, sehat dan normal. Gue masih nggak tau detail-detail lainnya kayak panjang dan berat bayinya, biar nanti gue tanya ke Hyunjin aja.
"Jangan tidur dulu, ya, ditahan sebentar lagi." Entah dokter, bidan atau perawat—mereka naruh anak gue di atas gue, sebagai peralihan perhatian sementara masih ada bagian yang harus dijahit.
Gue terharu. Liat anak gue yang masih kemerahan ada di atas dada gue. Hyunjin juga gak ada berhenti senyumnya sejak tadi, gue pikir dia emang udah sesiap itu buat jadi ayah.
"Anaknya kembar laki-laki dan perempuan, ya. Selamat sudah menjadi ibu dan ayah."
Ya Tuhan, gue resmi jadi bunda sekarang.
---
"Namanya siapa?"
Gue udah dipindahin ke ruang rawat inap, dan cuma ada Hyunjin beserta anak-anak gue. Orang tua gue dan Hyunjin belum dateng semua. Mungkin masih pada nyiapin baju-baju buat tiga hari ke depan.
"Cewek cowok kan?" tanya gue, ngeliatin Hyunjin yang happy banget gendong anaknya. Bisa gue liat sih dia agak gemeteran, entah saking senengnya atau was-was karena takut salah cara gendong.
Mungkin karena melahirkan dua anak kembar sekaligus, ditambah umur gue yang masih terbilang muda untuk ibu melahirkan, energi gue terkuras habis setelah melahirkan tadi. Ini aja gue baru bangun lagi lima jam setelahnya, mungkin karena efek bius sekaligus capek juga sih.
"Seanna sama Deanna aja mau nggak? Yang cewek dipanggil Anna, yang cowok dipanggil Sean?" usul Hyunjin.
Gue mengerutkan dahi. "Nggak kebalik? Deanna aja yang cowok, dipanggil Dean. Kan lebih mainly," kata gue ikut berpendapat.
"Deanna aja ya? Please. Nanti pengen aku panggil princess Anna."
Hadeh ... korban kartun Frozen.
"Terserah kamu deh, aku nurut aja. Dua-duanya bagus juga namanya." Gue merentangkan tangan. "Mau gendong, sini."
"Ini yang cewek, ya?" gumam gue. "Cantik, anak Bunda," kata gue lalu cium pipi gembilnya gemas.
Hyunjin duduk di sofa dekat ranjang. "Kakaknya yang cowok kan? Asik punya abang, bisa aku ajarin ribut," katanya.
"Sini kamu yang aku ributin duluan. Masih bayi juga."
Dasar, pikirannya ribut mulu. Padahal anaknya aja belum ada 24 jam di bumi.
"Tapi cowok gak ribut mah gak gentle," kata dia. Hyunjin naruh ponselnya di meja, lalu ikut duduk di ujung ranjang gue. Cuma duduk, melihat si bayi yang masih tidur lelap.
"Anak ayah cantik sama ganteng, jadi manusia yang berguna ya, sayang."
---
"Kamu kontrol sekali lagi, ya? Abis itu kita langsung pulang?"
Iya, gak kerasa udah tiga hari gue di rumah sakit. Banyak saudara atau temen Hyunjin maupun gue yang sempetin waktu untuk jengukin gue atau mungkin lebih ke bayinya.
Semua baju-baju udah dirapihin, tinggal nunggu gue kontrol ke dokternya sekali lagi dan kita pulang. Gue gak betah lama-lama di rumah sakit, sedikit trauma juga.
"Ayo aku anterin, mumpung si kembar lagi dimandiin sama susternya." Hyunjin mendorong kursi roda gue, dan langsung ke lift untuk turun ke lantai bawah. Untungnya aja kamar rawat gue gak terlalu jauh dari ruangan dokternya, jadi nggak lama.
Tok tok tok!
Hyunjin membuka pintunya langsung, dan di dalam ruangan udah ada dokternya yang nanganin gue dari persalinan kemarin sampai hari ini. Kayaknya yang kontrol di jam-jam segini gue doang, soalnya koridor bener-bener sepi. Gak kayak kemarin-kemarin yang masih ada beberapa orang nunggu di luar ruangan.
"Hari ini pulang, ya? Duh duh ibu muda," kata dokternya begitu melihat kedatangan gue. Gue cuma bisa nyengir aja.
Konsulnya nggak banyak sih, cuma ditanyain masih ada yang sakit nggak, sama dikasihin obat biar jahitannya cepet sembuh. Hyunjin pun langsung nebus obatnya dan setelah itu kita pulang, diantar mama papa gue. Katanya mama mau nginep beberapa hari supaya gue gak keteteran, karena pasti butuh waktu buat adaptasi jadi orang tua.
Dan, ya. Perjalanan gue jadi seorang istri sekaligus ibu dari dua anak dimulai dari sekarang. Semoga nggak ada kesalahan yang berarti kayak yang udah lalu.
(tbc)
aku blm pernah melahirkan jadi ... ini kira-kira aja 😭 btw ga sabar sama comeback-nya AAAAAAAAA ada sorry for liking you ONZOZZNZISJ LAGU GALAU KEBANGSAAN KITA 💪💪
KAMU SEDANG MEMBACA
Aproblem | Hwang Hyunjin [✓]
Fanfiction[Sequel of Young Husband | Hwang Hyunjin] "Gue gabisa bayangin, kalau gue hidup tanpa seorang Hyunjin." bahasa non baku © hyunjoerry, 2021