Berbeda dengan hari sebelum nya. Hari ini Esther bergerak keluar dari pekarangan sekolah sendirian tanpa Ellia. Siswa-siswa yang lain pun terlihat berjalan santai tanpa memperdulikan keberadaan Esther di sana. Karena waktu sudah menunjukkan jam pulang sekolah, gerbang utama sekolah jadi sangat ramai. Tanpa Esther sadari, seorang cowok dengan seragam yang sama seperti yang Esther pakai berjalan tidak jauh di belakang Esther dan mengikuti Esther.
Esther terus menggerakkan kursi rodanya lalu berbelok ke arah halte untuk menunggu sopir nya. Sementara itu Rafa keluar dari gerbang sekolah dengan motor besar nya. Rafa memperhatikan Esther dari jauh. Rafa tidak akan pergi sampai Esther pulang dengan sopir nya.
Rafa terkejut saat melihat seseorang yang berjalan di belakang Esther tiba-tiba menendang salah satu roda kursi roda Esther hingga membuat Esther terjatuh dengan kursi rodanya. Dan bersamaan dengan itu, suara tembakan yang sama seperti kemarin terdengar membuat orang orang di sana pun terkejut.
Rafa buru-buru turun dari motor nya dan berlari untuk membatu Esther bangun dari jatuh nya. Untung saja orang itu menendang roda Esther, jika tidak, pasti peluru itu akan mengenai tubuh Esther. Rafa tidak tahu apakah orang itu berniat baik atau jahat dengan membuat Esther terjatuh. Setelah Esther jatuh dan tembakan itu terdengar, orang itu langsung melarikan diri.
Orang-orang merasa takut dan langsung berlari menjauhi daerah sana secepat mungkin.
"Hati-hati!" Ucap Rafa sambil menuntun Esther kembali duduk di kursi roda nya.
Esther sama sekali tidak merespon. Esther menerima bantuan Rafa namun tetap dengan wajah datar dan tatapan dingin nya. Esther melirik ke arah di mana asal suara tembakan tadi. Lagi-lagi Esther menangkap siluet seseorang berpakaian hitam yang berlari menghindar. Esther sangat yakin orang itu adalah orang yang sama yang sudah melukai Ellia kemarin.
"Lo liat sesuatu?" Tanya Rafa membuat Esther mengalihkan lagi pandangan nya ke arah lain. Bersamaan dengan itu sebuah mobil yang sama yang menjemput Esther di rumah sakit kemarin berhenti di hadapan mereka.
"Thanks," ucap Esther tidak menjawab pertanyaan Rafa dan menyuruh sopirnya itu untuk membantunya masuk ke dalam mobil.
Hingga mobil itu melaju, Rafa terus menatap mobil itu hingga mobil Esther hilang dari pandangannya. Sungguh, Rafa selalu merasa aneh dengan Esther setiap berada di dekat cowok itu. Rafa berbalik kembali menuju ke motor nya. Ia harus pulang, ada sesuatu yang ingin Papa nya sampaikan pada nya segera.
🍃🍃🍃
Ellia merasa sangat bahagia sekarang. Ia sudah bisa pulang sekarang walaupun lengannya masih terasa sedikit sakit. Tapi tidak apa-apa, sebentar lagi pasti sakit nya akan hilang. Gadis itu tidak bosan memperhatikan Nandini yang sedari tadi mondar mandir mengemasi barang barang nya. Seperti sedang menonton televisi, Ellia memperhatikan Nandini sambil mengemut permen gagang nya. Tidak tahu sejak kemarin Ellia sudah habis berapa banyak makanan manis itu. Nandini pun sudah mengingatkan putrinya itu, tapi tetap saja Ellia tidak mau dengar.
"Nanti sakit perut jangan ngadu ke Mama kamu ya!" Ellia memutar bola matanya malas.
"Iya iya, udah berapa kali Mama bilang itu dari tadi," dengus Ellia.
"Abisnya kamu dari kemarin gak berhenti makan permen, coklat, permen lagi,"
Semua barang sudah rapih, kedua nya pun sudah rapih dan hanya tinggal pulang saja, menunggu Reynand menjemputnya. Dan tepat setelah itu pintu terbuka datang lah Reynand dengan setelan kerja nya. Dengan girang Ellia memekik memanggil Papa nya itu sambil merentangkan kedua tangannya.
"PAPAA!" Reynand tersenyum melihat itu dan bergegas menghampiri putri kecilnya itu membawa nya ke dalam dekapannya.
Tangan besar Reynand mengelus kepala Ellia sayang."Gimana, udah gak sakit kan?," tanya Reynand.
Ellia menggeleng," udah gak sakit kok, kan El anak kuat!" Reynand terkekeh mendengar ucapan Ellia.
"Udah siap?"
"Siap dong, ayo pulang!"
Reynand merangkul Ellia dan berjalan pelan melewati koridor rumah sakit dengan Nandini yang berjalan di belakang mereka sambil tersenyum melihat Ayah dan putri itu. Tak jarang juga beberapa dokter dan perawat juga beberapa orang menyapa mereka, memang nya siapa yang tidak mengenal Reynand Mahardika. Setiba nya di parkiran, Reynan membukakan pintu depan untuk Nandini. Setelah nya membukakan pintu belakang untuk Ellia.
Mobil melaju dengan kecepatan normal. Ellia menyuruh Nandini untuk menyalakan radio. Selama perjalanan Ellia memperhatikan ke arah luar jendela sambil bersenandung mengikuti lagu yang di putar di radio. Jangan lupakan permen gagang di tangan nya. Beberapa saat tidak percakapan hingga Reynand ingat akan sesuatu dan mulai membuka suaranya.
"Besok malam kamu ikut Papa Mama ya El!" Ujar Reynand.
"Kemana?" Tanya Ellia nenghentikan nyanyian nya dan fokus pada Papanya.
"Pertemuan penting, nanti Mama kamu biar dandanin kamu biar cantik. Pertemuan ini sangat penting, kamu harus tampil paling cantik di sana nanti," Nandini pun mengangguk menanggapi ucapan suaminya itu.
"Iya, pokoknya Ellia bakal Mama buat jadi kayak bintang besok malam." Kata Nandini semangat.
"Kok gak biasanya, biasa nya kan El siap siap sendiri," balas Ellia bingung. Sepertinya acara pertemuan besok malam sangat lah penting.
"Ini beda sayang, pertemuan ini kamu jadi tokoh utama nya," kata Nandini semakin membuat Ellia bingung saja. Ah sudah lah ia akan tahu besok malam.
"Iya deh. Pa!, mampir di kedai es krim dulu yuk!"
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
RaLia (TAMAT)
Teen Fiction[LEBIH AFDOL DI FOLLOW DULU GENGS] . . . Ellia, gadis bermata biru yang murah senyum, lugu, memiliki kegemaran seperti anak kecil yang maniak makanan manis, Terutama coklat. Dengan pesonanya berhasil menarik perhatian dua bersaudara. Ada Raka dengan...