23. Main

17 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Ellia, gadis itu menunduk dalam di hadapan sang ibu. Lagi lagi ia dimarahi. Ellia sudah menyangka jika hal ini pasti akan terjadi, dan tidak butuh waktu lama, beberapa jam kemudian langsung kejadian. Gadis itu memang nakal, sudah diberi tahu dan di marahi beberapa kali tapi tidak pernah mau mendengar. Dan seperti inilah akibat nya jika menjadi anak nakal.

"Keluarin semua nya sekarang!" Titah Nandini mengarahkan jari telunjuk nya menunjuk tempat tidur Ellia, menyuruh agar Ellia menaruh semua yang di minta nya di atas tempat tidur gadis itu.

Ellia mengerucutkan bibir nya kesal, kebahagiaannya akan di renggut paksa saat ini, dan dirinya tidak bisa melawan sedikitpun.

Ellia melirik sekilas wajah Nandini saat semua yang di minta sang ibu telah lengkap di atas kasur. Lalu gadis itu kembali menunduk saat mata Nandini menatapnya tajam, seakan akan dari mata itu akan memancarkan leser ke arah Ellia.

"Ya Ampun!, bener bener anak nakal,"

"Semua ini Mama bawa, dan kamu Mama liburin makan manis nya sampe tiga hari, gak ada coklat, Lollipop, Permen kapas, jelly, Yupi, Chacha, Es krim, dan semua ini," Nandini meletakkan satu persatu makanan manis Ellia ke dalam keranjang yang di bawanya.

"Udah dong Mah marah-marah nya, perut El masih sakit loh ini," gadis itu memelas sambil memegangi perut nya yang masih sedikit terasa sakit setelah tadi di beri obat dan pijatan oleh Nandini juga di iringi omelan.

"Sukurin!, bandel sih di bilangin, masih terus ajah ngeyel, gak enak kan, itu tuh kalo gak mau denger omongan orang tua, kena sendiri kan. Lagian udah gede kok masih ajah suka jajan yang beginian,"

tidak berhasil. Nandini masih terus mengomel.

"Terus itu jajan El mau di bawa kemana?, jangan di buang ya Mah jangan, sayang," Ellia panik saat Nandini memberikan keranjang itu pada asisten rumah tangga nya.

"Gak di buang, Mama juga tau kok itu di beli pake uang, emang sayang kalo di buang, mending kasihin Molly ajah, pasti anak itu seneng, ya kan!" Jawab Nandini.

Ellia menghela nafasnya, iya sih tidak di buang, tapi kan ... huuft sudah lah Molly pasti bahagia dengan itu. Molly adalah anak dari asisten rumah tangga Ellia yang masih berusia lima tahun. Anak itu sama seperti nya menyukai makanan manis.

Nandini berjalan memasuki kamar mandi di dalam kamar Ellia, Nandini baru ingat jika hari ini adalah tanggal merah dan artinya sekolah libur, pasti jika tidak di ingatkan Ellia akan tidur seharian full tanpa beranjak dari kasurnya. Nandini buru-buru menyelesaikan urusannya dan keluar dari kamar mandi.

"Jangaan..." nah benar kan, belum juga lama di tinggal gadis itu sudah sangat nyenyak di dalam tidurnya.

"Anak ini, ck," decak Nandini mengusap kepala putri nya lalu menaruh boneka Spongebob kesayangan gadis itu dengan benar di pelukan Ellia lalu keluar dari kamar Ellia. Sering kali Ellia akan mengamuk saat tidak menemukan boneka kuning itu di tempat tidurnya.

Sebenarnya kasur Ellia sudah di penuhi beberapa boneka pemberian Alan, mereka adalah teman manis Ellia, tapi semua itu tidak berarti jika boneka Spongebob itu tidak ada di antara mereka. Boneka kuning itu di temukan Nandini di lantai dekat dengan kaki nakas.

🍀🍀🍀


"Mau kemana?" Tanya Raka menatap penampilan Rafa yang sudah rapih dengan hoodie putih, jeans, dan sepatu putih.

"Lo gak usah khawatir, Papa udah ngizinin, dia gak bakal marah lo gak ngawasin gue, gue bakal baik-baik aja," jawab Rafa mengambil ponsel nya di atas nakas lalu pergi.

"Hati-hati!" Raka lega, jika Alvino sudah mengizinkan Rafa pergi tanpa dirinya, maka Rafa sudah di pastikan aman. Raka selalu ingat ucapan yang sering di ucapkan Papanya.

'Jaga penerus saya!, jangan sampai dia celaka!'

Tanpa di beritahu pun Raka tidak akan membiarkan adiknya celaka. Rafa sangatlah berharga baginya, satu-satunya keluarga yang dimilikinya.

Keluarga nya berubah setelah kematian ibu dan kakak perempuannya lima tahun lalu. Keluarga sempurna nya hancur karena tragedi malam itu.  Kedua malaikatnya pergi, dan perubahan Ayah nya semakin memperburuk keadaan. Raka tidak ada jalan lain selain mengikuti semua perintah Alvino jika ingin semua nya baik-baik saja dan tidak ada lagi nama nya kahilangan.

Raka tidak peduli akan dirinya sendiri, hidupnya hanya untuk Ayahnya, Rafa dan sahabat masa kecilnya, Nana.
Dan mungkin sekarang ada satu alasan lagi untuk membuatnya bertahan. Ia selalu menghitung harinya, menunggu akan hari itu tiba. Tapi setelah bertemu dengan satu orang itu, Raka merasa ingin memperpanjang waktunya, seseorang yang selalu ada dalam fikirannya.

Ellia Alsyana Mahardika.

🍀🍀🍀

Rafa kini berdiri dengan bingung di depan pintu kamar Ellia. Dia bingung harus bagaimana sekarang, mengetuk pintu, langsung membuka atau menunggu sang pemilik keluar. Reynand bilang ia langsung pergi saja ke kamar Ellia. Gadis itu mengenal nya sebagai Sasa, sifat nya dulu adalah periang dan suka sesekali menjahili gadis itu, tapi sekarang berbeda. Apakah Rafa harus melakukan apa yang sedang ada di dalam pikirannya sekarang.

Hanya Nana yang bisa membuat Rafa melakukan ini.

"NANA!, MAIN YOK, NANA WOY AYOK MAIN!" Teriak cowok itu merepat pada pintu di depannya.

Cklek!...

"Orang utan siapa sih teriak-
teriak di depan pintu!" Gerutu Ellia yang baru membuka pintu.

"Eheem!" Dehem Rafa menormalkan kembali suaranya setelah berteriak. Jika teman-teman nya tahu ini, pasti dirinya sudah di tertawakan habis-habisan. Apalagi  Anan, cowok itu akan berubah menjadi gila jika mengetahui dirinya bisa lebih bodoh dari cowok itu.

"Sakit," keluh Rafa, Ellia tertawa terbahak-bahak, tidak menyangka cowok dingin yang selalu dilihatnya di sekolah, cowok tanpa senyum itu berteriak keras seperti saat kecil dulu.

"Main yok!" Ucap Rafa menggaruk lehernya yang tak gatal.

"Gak mau minum dulu?, udah berapa lama gak teriak-teriak kaya gitu? Haha," Ellia menarik Rafa memasuki kamarnya dan membiarkan pintu kamar terbuka. Gadis itu menyuruh Rafa untuk duduk dan Ellia menuangkan air putih yang ada di atas nakas ke gelas yang berada di samping tumbler air itu.

"Nih minum, gue mau mandi dulu,"  ucap Ellia lalu pergi memasuki kamar mandi.

Rafa merasa malu sendiri mengingat hal yang di lakukannya tadi. Dulu saat kecil ia tidak pernah ragu melakukan hal seperti itu, tapi sekarang beda lagi.

Beberapa saat kemudian Ellia keluar dari kamar mandi dengan keadaan sudah rapi dengan dress simple sepaha.

"Ayo berangkat, mau ke taman bermain kan?" Ucap Ellia semangat setelah memasukkan ponsel, dompet, dan segala macam benda benda kecil yang di butuhkan ke dalam tas selempang nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo berangkat, mau ke taman bermain kan?" Ucap Ellia semangat setelah memasukkan ponsel, dompet, dan segala macam benda benda kecil yang di butuhkan ke dalam tas selempang nya.

"Ayo!"

"YEY, AYO BERANGKAT!" pekik Ellia riang.

.
.
.
Tbc

RaLia (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang