15. Kalung mawar

38 3 0
                                    

I'm comeback...
Happy reading.
.
.
.
Seorang gadis bermata biru itu sudah siap dengan seragam sekolahnya. Dia berdiri di depan cermin besar memperhatikan dirinya sendiri. Semua nya sudah rapih.

Di tatapnya lah benda yang menggantung indah di leher putihnya. Kemudian tangannya terangkat menyentuh benda itu, di usap nya liontin berbentuk mawar emas yang begitu indah menghias lehernya.

Kali ini entah kenapa dia ingin membiarkan kalung itu berada di luar seragamnya. Biasanya Ellia selalu menyembunyikan nya di balik baju.

Gadis itu tersenyum sambil meringis pelan mengingat apa yang tersimpan di balik kalung itu. Kenangan!. Kenangan yang begitu indah, yang tak mungkin hilang sampai kapanpun dari dalam hati Ellia.

Ellia mengambil tas nya di meja belajar lalu keluar dari kamarnya menuruni tangga menemui orang tua nya di meja makan.
Dan ternyata bukan orang tuanya saja yang ada di sana, seorang cowok yang sangat di kenalnya pun ada di sana.

"Pagi!" ujar Ellia menyapa tiga orang itu.
"Pagi!" jawab ketiganya kompak.
Ellia menarik kursinya di samping Alan.

"Mau sarapan pake apa sayang?" tanya Nandini mempersiapkan sarapan untuk puteri semata wayangnya.

"Nasi goreng ajah deh sama telur ceplok nya," jawab Ellia.
Nandini meletakkan piring dengan isi yang Ellia sebutkan di depan gadis itu.

Dengan lahap Ellia langsung menyantapnya. Rasa yang tak pernah membuat nya bosan meski Nandini sering memasak itu.

"Pelan-pelan kali El!" ucap Alan menghentikan suapan Ellia.
"Hehehe.." kekeh Ellia, lalu kembali memakan makanan nya dengan santai. Alan pun ikut terkekeh pelan melihat nya.

"Tumben kalung nya di keluarin," ucap Nandini memperhatikan Ellia. Biasa nya gadis itu tidak akan membiarkan kalung itu terlihat orang. Kalung itu adalah benda yang begitu beharga bagi putrinya itu. Ellia tidak ingin jika kalung itu terlihat bahkan hilang. Sejak dulu kalung itu masih tergantung cantik di lehernya, tidak pernah sekalipun dia melepasnya.

"Gak tau," jawab Ellia mengedikkan bahunya. Dia memang tidak mengerti, kenapa hari ini dia ingin mengeluarkan nya. Ellia ingin terus menatap kalung berliontin mawar emas itu. Rasa rindu nya akhir-akhir ini sangat besar. Hanya kalung itu lah penawarnya. Seakan akan dia hadir si hadapannya, memberi senyum manis dan menjaganya.

Ellia terdiam menatap kalung itu dalam. Rasa rindu ini tidak pernah bisa hilang. Mata birunya mulai berkaca-kaca.

Tangan besar terasa mengusap lembut bahu Ellia, gadis itu tersadar, dia mendongak menatap balik Alan yang tersenyum padanya.

"Ayo cepetan, nanti telat!" ucap Alan. Ellia menuruti Alan, bersegera dan berpamitan pada orang tuanya.

"Hati-hati Lan!" kata Reynand setelah memberikan tangannya untuk di cium Alan.
Alan mengangguk dan melangkah keluar bersama Ellia.

⚘⚘⚘

"Gak kenyang juga lo," heran Alan melihat Ellia yang kini tengah memakan roti coklat dengan sebotol susu coklat. Mungkin itu adalah pemberian Alan kemarin.

"Enggak, eeuuk..." Ellia terkekeh kecil dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil.
Alan pun ikut terkekeh. Gadis itu menjawab dirinya tidak kenyang tapi lalu dia mengeluarkan suara sendawa yang tidak begitu keras.

"Ini nih istimewa nya, doyan banget manis tapi gak gendut-gendut," kata Alan.

"Iya dong, gue itu spesial," bangga Ellia lalu melanjutkan makan rotinya.

Mobil Alan terparkir rapih berjejeran dengan mobil milik siswa lain di parkiran sekolah. Dan pas sekali dengan roti yang di makan Ellia sudah habis.

RaLia (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang