Seorang laki-laki yang duduk di kursi roda nya diam menatapi bangunan di hadapannya. Ia sangat yakin jika semua yang terjadi setahun lalu jawaban nya ada di dalam bangunan itu, hanya saja dia tidak tahu di sudut mana jawaban itu tersembunyi. Dia harus menemukan nya di manapun itu. Entah kenapa ia merasa bahwa dendam yang selama ini ada itu salah. Ia harus menemukannya.
Esther menggerakkan kursi roda elektrik nya memasuki gerbang bagunan itu. Saat mendekati pintu, tiba-tiba pintu itu lebih dulu terbuka dan menampakkan banyak laki-laki yang berbaris menyambut nya.
"Selamat datang kembali ketua," ucap Janu menyambut ketua nya di markas Cakrawala.
Esther hanya mengangguk tak menyahuti Janu, Esther menggerakkan kursi roda nya maju memasuki markas sambil melihat ke seluruh penjuru. Tidak ada yang berubah, semua nya masih sama.
"Semua baik-baik saja?" Tanya Esther.
"Selama gue masih ada di Cakrawala, semua nya bakal baik-baik ajah," jawab Janu.
"Gimana sama Lucifer?" Tanya Esther lagi.
Janu berdecak,"biasalah, gak bosen-bosen mereka nyari ribut, setelah gak berhasil runtuhin Cakrawala," Janu memberikan minuman kaleng pada Esther dan di terima tanpa ragu oleh cowok itu.
"Gue mau liat catatan kas Cakrawala," ucap Esther. Seketika beberapa dari mereka terdiam.
Janu mengangguk dan menyuruh bagian bendahara mengambil buku catatan kas mereka.
"Kenapa pengeluaran donasi bulan kemarin lebih sedikit dan beda dari bulan-bulan sebelum nya?" Tanya Esther menemukan jumlah kas yang di keluarkan untuk donasi ke pantiasuhan dan panti jompo tidak seimbang.
"E... waktu itu markas sempet ada kerusakan karena Lucifer nyerang, gue ambil beberapa buat perbaikan," jelas Janu sedikit gelagapan.
"Gue selalu ngirim tiap bulan nya, dan dia juga selalu ngelebihin kas, kenapa bisa sebanyak ini yang berkurang?"
Janu menggaruk tengkuk nya yang tak gatal dan menatap Esther. "Kita pake buat acara party waktu itu pas menang tawuran sama Lucifer," sahut seorang laki-laki yang memegang bagian bendahara.
Esther menatap datar Janu, "lain kali kalo mau buat party, yang sederhana ajah!. Percuma buat party gede kalau Lucifer masih belum nyerah. Dan lo sebagai wakil ketua, harus izin dulu ke ketua lo!,"
Seseorang menghela nafasnya lega, untung saja ia sempat mengubah catatan kas itu, meski bagian bulan lalu tidak sempat di ubah nya karena buru-buru, mereka masih bisa membuat alasan yang membuat Esther mempercayai mereka.
🌼🌼🌼
Waktu telah mencapai tengah malam. Markas Cakrawala kini sudah sepi. Seorang laki-laki berkulit sawo matang berjalan mengendap ngendap mengikuti seseorang dari belakang. Sudah lama ia memperhatikan keanehan yang ada pada orang itu. Lampu-lampu yang sudah di matikan menyisahkan beberapa lampu yang masih menyala membuat keadaan menjadi remang-remang, dan itu membuat nya mudah mengikuti orang di depannya.Dodit bersembunyi di balik tembok saat orang yang di ikutinya memasuki sebuah ruangan. Dodit tahu kalau ruangan itu adalah kamar Langit di markas ini dulu. Dan ketua nya yang sekarang tidak mengijinkan siapapun menggunakan kamar itu dan membiarkan nya kosong tanpa mengubah bentuk kamar itu, kecuali ketua nya sendiri yang memasuki kamar itu untuk membersihkan nya.
Beberapa saat kemudian orang yang di ikutunya itu keluar dan kembali mengunci pintu kamar itu.
"Gue harus cepat. Kalau lama-lama, bisa jadi barang itu bakal lebih dulu di temuin, dan membuat senjata yang gue jaga selama ini bakal balik nyerang gue sendiri,"
Dodit masih bisa mendengar gumamam orang itu dari tempat persembunyian nya. Dodit mengernyit bingung. Barang apa?, apa barang yang orang itu bilang barusan adalah bukti yang selama ini Malvin cari.
Ia harus cepat-cepat memberitahu Malvin soal ini.🌼🌼🌼
Pagi-pagi sekali inti Bharta dan Lucifer sudah berkumpul di markas Bharta. Semalam setelah Dodit menelfon Malvin untuk bertemu, Malvin meminta pada inti Bharta untuk berkumpul pagi-pagi sekali, agar mereka bisa membincangkan bersama tentang kabar yang akan Dodit bawa.
Malvin tahu betul bahwa mereka akan sangat kuat saat bergabung dengan Bharta. Bharta pun dengan tangan terbuka siap menyodorkan bantuan.
Mereka masih menunggu Dodit yang belum datang juga. Hingga pintu terbuka dan datanglah Dodit menjatuhkan bokongnya di samping Vian.
"Kabar apa kata lo semalem?" Tanya Malvin.
"Kasih minum dulu kek bos, gue dateng dari jauh nih," kata Dodit.
Malvin berdecak malas memberikan teh hangat miliknya yang sisah setengah gelas pada Dodit. "Bekas lo ini bang,"
"Bisa di minum kan?" Dodit menyambar gelas teh hangat itu dan meminumnya sekali nafas hingga habis.
"Awal nya gue juga kaget bang, bingung juga," ucap Dodit.
"Cepetan elah!, udah hampir telat ke sekolah nih!" Cetus Raka melirik pada jam tangan nya.
Dodit menghela nafasnya. "Cakrawala punya dua ketua!," ungkap Dodit.
Anan dan teman teman nya terbelalak. Sedangakan Malvin terlihat biasa saja.
"Lah, kok bisa?" Kata Dirga.
Dodit mengedikkan bahu nya "kata nya sih ketua Cakrawala yang asli itu kecelakaan setahun yang lalu. Terus dia ngasih jabatan ketua nya ke orang yang kita tahu sekarang itu, tanpa menyatakan kalau dia bukan ketua lagi." Dodit berhenti sebentar.
"Jadi intinya mereka berdua itu adalah ketua Cakrawala. Cakrawala punya dua ketua yang sama-sama di hormati," jelas Dodit.
Anan mengangkat sebelah alis nya "dia juga nutupin identitas nya?" Tanya Anan.
Dodit menggeleng,"enggak, dia pake kursi roda, nama nya Esther!"
Malvin tersenyum tipis. Dia sudah tahu ini. Malvin sendiri waktu itu sempat bingung, kenapa bukan Esther yang yang menjadi ketua Cakrawala sekarang, dan malah orang lain. Jelas-jelas di dalam surat keputusan yang Langit tulis dulu bahwa yang akan menjadi ketua Cakrawala generasi selanjutnya adalah Esther.
Ternyata orang itu juga menyakiti Esther. Tapi dengan itu tidak membuat dia langsung menang begitu mudah.
"Esther?" Gumam Raka mengingat ngingat sesuatu.
Yah, dia ingat. Esther adalah murid baru yang kemarin bersama Ellia itu. Ellia sendiri yang memberitahu nya tentang Esther kemarin saat latihan musik. Esther adalah adik dari Sky.
"Apa Esther juga korban?" Tanya Rafa.
Malvin mengangguk lesu. Dia harus bisa menjaga Esther supaya tidak bisa di celakai lagi.
"Gue semalem sempet ngikutin cowok itu, dan gue denger sesuatu..."
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
RaLia (TAMAT)
Fiksi Remaja[LEBIH AFDOL DI FOLLOW DULU GENGS] . . . Ellia, gadis bermata biru yang murah senyum, lugu, memiliki kegemaran seperti anak kecil yang maniak makanan manis, Terutama coklat. Dengan pesonanya berhasil menarik perhatian dua bersaudara. Ada Raka dengan...