1. Prolog

594 23 1
                                    

Langkah cepat seseorang terdengar keras di koridor yang sepi.

Dadanya berdegup kencang, ia takut hal yang buruk terjadi. Suara orang di seberang telfon tadi terdengar sangat ketakutan.
Sebenarnya apa yang terjadi pada sepupu sekaligus sahabatnya itu. Dia bukan hanya sekedar sepupu namun seperti layaknya saudara kandung.
Semoga tak terjadi apa apa.

Tepat di depannya terlihat kerumunan orang orang yang sedang memperhatikan sesuatu yang tak bisa ia lihat dari tempatnya berdiri sekarang.

Rasa takut makin menggerogoti dirinya, apakah sepupunya celaka hingga di kerumuni banyak orang. Ia geram kenapa orang orang itu hanya diam saja.

Dengan cepat gadis itu kembali melangkah dan mencari sepupunya itu di dalam kerumunan.
Ia sangat lega setelah menemukan orang yang di carinya ternyata baik baik saja bahkan sesekali dia memekik bersamaan para cewek yang lain.

Gadis itu menarik pergelangan tangan sepupunya keluar dari kerumunan. Lihat saja apa yang akan ia lakukan, berani sekali membuatnya sangat takut.

"Ih sakit tau, lepas ngapa!" dia berusaha melepaskan tangannya yang sedang di cekal oleh gadis itu.

"Gak akan, maksud lo apaan bikin gue takut ajah, gak tau apa kalo jantung gue bentar lagi copot!" bukannya melepas, gadis itu malah semakin kuat menggenggam tangan sepupunya membuat pemilik tangan kesakitan. Siapa suruh buat orang takut.

"Iya gue jelasin, tapi lepas dulu, tangan gue perih," dengan wajah memelas. Karena merasa kasihan, gadis itu melepaskan cekalannya. Sebenarnya ia tak tega menyakiti sahabatnya ini, tapi sesekali gadis menyebalkan itu harus di beri pelajaran.

Setelah tangannya terlepas dia mengusap usap sambil meniupi tangannya yang memerah.

"Jadii?" menatap sahabatnya tajam.
"Lo gak takut apa di taman belakang sendirian! kan di sana serem. Gue takut lo kenapa napa, jadi gue panggil lo kesini sekalian ngasih tau, soal apa yang di lakuin si ganteng hari ini!" gadis itu menjelaskan.

"Tapi kan lo gak perlu bikin orang jantungan Acaa, gue kira lo beneran kenapa napa," gadis itu menghela nafas panjang, berusaha menormalkan emosinya.

"Abis nya lo kalo istirahat pasti di taman belakang mulu, gue bosen nemenin lo di tempat serem gitu, mumpung ada kejadian hangat, lo harus liat pasti seru dah!" semangat Aca.

"Kejadian apa sih?" malas nya.
"Liat dulu ajah Ellia sayang!" kemudian Aca menarik Ellia menerobos kerumunan hingga berada di paling depan hingga bisa melihat kejadian di lapangan di hadapannya dengan jelas.

Dengan malas Ellia menatap apa yang terjadi di hadapannya. Tidak ada yang menarik!. Hanya dua cowok yang sedang bertanding basket saja. Eeh tunggu, bukankan itu Rafa. Lantas apa peduli Ellia jika itu memang Rafa.

Rafa yang selalu di bicarakan sahabat di samping nya ini setiap hari. Eh tapi salah satu dari mereka itu Alan. Sahabat kecilnya.

"Lo liat cowok yang di pinggir sana, cowok ganteng yang peke kaca mata itu." tunjuk Aca pada seorang cowok tampan berkaca mata cukup tebal, tinggi, putih, rambut yang tertata sangat rapi juga seragam yang sangat rapi dari semua teman temannya, meski tampan, banyak yang memandang raka sebagai cowok yang sedikit culun yang dan entah memang menurut Ellia saja atau orang lain juga bahwa cowok itu hampir mirip dengan Rafa.

Ellia mengangguk"dia namanya Raka. Dia itu temennya Rafa yang ganteng juga. Dia idola gue nomor dua setelah Rafa. Meski keliatannya dikit culun," jelas Aca.

"Terus!" Ellia menyaksikan dua cowok di tengah lapangan yang sedang berebut bola dengan gesit.

"Tadi itu Alan nantangin Raka adu basket, terus Raka nya nolak, abis itu karena nolak, si Alan malah ngeremehin Raka. Pas banget waktu itu Rafa denger, jadi Rafa gak terima kan temannya di remehin gitu jadi si Rafa yang gantiin Raka," jelas Aca tentang sebab kejadian hari ini.

RaLia (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang