T&T : Part 27

867 106 18
                                    

Hi, siapa nih yang kangen sama Dev2R?! Wew, nama apatuh agak" alay haha..

Banyak ya, yg menunggu adegan mantap" 2R hohoho

Masih bulan puasa nih, sabar ya. Jangan berharap jg saya nulis detailnya ya.. agak" grogi gitu haha jd ya mungkin cuma gitu deh nanti kita liat ya hihi 😘👍🏼

Happy Reading!

Seperti alarm manusia, Vany, akan selalu terbangun tepat pukul 6 pagi. Ia membuka mata dan menatap langit - langit kamar yang mulai tampak jelas karena langit sudah tidak lagi gelap. Mengintip dari balik jendela kamar yang ia tempati kini.

Iya, ini bukan kamarnya. Melainkan sebuah kamar yang ia tumpangi untuk beberapa saat ini. Sungguh tidak mungkin, ia bisa memiliki kamar seperti ini dengan kehidupannya yang seperti sekarang. Terlilit hutang piutang sang ayah. Mungkin, dulu sekali, saat sebelum semua berantakan. Saat dimana keluarganya masih baik - baik saja.

Berkelana, pikiran Vany selalu meratapi nasib yang menimpanya sekarang. Hidup tanpa siapapun sebagai sandarannya. Hingga akhirnya, seseorang dengan baik hati mau menampungnya. Jika bule Dwi masih hidup, mungkin beliau juga mau membantunya. Hanya saja, Vany tidak mau terlihat lemah. Apalagi di depan keluarga pria yang ia cintai.

Haha. Ironis bukan?

Iya, Vany memang menyukai Devan. Bahkan sejak mereka di bangku SMP. Vany memang tomboy, tapi bagaimanapun dia tetap seorang wanita normal. Meski hanya dianggap sahabat, Vany sudah bersyukur bisa memiliki Devan yang tidak pernah menjauh meski tau bagaimana hidupnya. Pria itu akan menjadi orang pertama yang membelanya jika ia dirundung anak - anak lain.

Itu salah satu alasan Vany menyukainya.

Dibalik sikap buruk Devan, tersimpan kebaikan dan ketulusan hati. Mereka tumbuh besar tanpa kasih sayang orang tua dan itu menjadikan mereka pribadi yang hampir mirip. Bagaimana pun Devan berperilaku, Vany tidak pernah bisa membencinya. Dia bahkan rela mengubah penampilannya menjadi feminin hanya agar Devan melihatnya. Namun, semua itu sia - sia saja. Devan sama sekali tidak melihat Vany lebih dari sahabat.

"Kak Vany?" Suara serak Keysa menyadarkan Vany dari lamunannya dan menoleh untuk melihat gadis itu tengah mengucek matanya yang masih mengantuk.

"Kenapa Key?"

"Ini jam berapa?" Tanya Keysa sambil berusaha untuk duduk.

"Udah jam 6. Keysa mandi ya? Jangan telat ke sekolah." Ujar Vany lembut dan mengelus kepala Keysa.

Gadis beranjak remaja itu mengangguk dengan sedikit cemberut. Masih tidak mau pergi sekolah meski sudah mendekati waktu ujian tengah semester.

"Iya, kak. Tapi, nanti boleh jenguk kak Devan ga? Pulang sekolah?" Tanya Keysa sembari turun dari kasur dan membantu Vany membereskannya.

Vany tidak langsung menjawab. Dia langsung teringat hari terakhir bertemu dengan pria itu dan merasa sedih karenanya. Bahkan pria itu saja lupa menghawatirkan adiknya, tapi Keysa tidak berhenti ingin berjumpa dengan kakak bodohnya itu.

"Hmm, kakak gatau. Nanti kak Vany nanya dulu ya?"

Keysa memasang wajah bingungnya.

"Emang kak Devan parah banget ya kak?" Wajah Keysa terlihat khawatir dan seakan ingin menangis.

Selama hampir seminggu, dia belum diperbolehkan bertemu dengan kakaknya sendiri. Padahal saat ini yang paling ia butuhkan adalah Devan. Setelah kepergian bule Dwi, Keysa benar - benar terpukul. Dia seperti kehilangan sosok ibu yang selama ini menyayangi dan membesarkan dia. Ditambah Devan yang menjauh, Keysa benar - benar terluka.

Trapped in Trap (ONHOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang