T&T : Part 30

845 101 12
                                    

Happy Reading, yeorobun!

Melalui hari setelah akhirnya berbaikan dan tinggal di apartemen Rion, membuat Rara belajar memasak dan mengurus semuanya sendiri. Biasa, ia selalu dibantu dan hanya melakukan hal yang bisa ia lakukan. Tapi, sekarang ia lebih merasa bahagia. Kehidupan sebagai seorang istri yang sesungguhnya sudah dimulai.

"Neng, duduk aja. Biar bibi yang masak." Pinta bi Sri yang selalu khawatir dan tidak ingin Rara terluka, padahal wanita itu tidak seceroboh itu.

Rara hanya tersenyum dan menggeleng. Ia sudah mencuci bersih semua sayur - sayuran dan bahan lain yang perlu dicuci. Berikutnya, ia ingin memotong dan meracik sendiri masakannya. Jadi, bi Sri sama sekali tidak boleh menganggu.

"Udah, gapapa. Bi Sri mending duduk disana, liatin Rara ya? Nanti kalau ada yang salah, kasih tau aja. Jangan bantu."

Dengan lembut, Rara mendorong bi Sri untuk duduk di depan meja dapur. Mau tidak mau, wanita paruh baya itu mengikuti meski resah. Kerutan di keningnya tidak menghilang meski Rara sudah menenangkan.

"Neng mau buat apa?" Tanya bi Sri bingung karena melihat Rara terus membolak balik buku resep.

"Hmm, brokoli daging. Terus korean fried chicken, terus—" perkataannya terhenti karena masih mencari - cari, membuat bi Sri semakin resah.

Baru juga mulai belajar, tapi Rara sudah begitu percaya diri memasak banyak hal. Tentu saja bi Sri tidak bisa mempercayainya.

"Neng." Panggil bi Sri dan membuat Rara menoleh sesaat.

"Iya bi?"

"Mending masaknya satu atau dua aja dulu ya? Udah mau sore, nanti ga keburu." Ujar bi Sri mencoba merangkai kata - kata yang tidak akan menyinggung perasaan Rara.

Untung saja, Rara menyetujui dan memutuskan untuk memasak dua menu yang sudah ia sebutkan itu. Well, butuh waktu untuk Rara menyelesaikan dan melewati beberapa tragedi yang membuat bi Sri hampir terkena serangan jantung.

"Kan uda bibi bilang, makanya neng duduk aja. Liat kan, uda berdarah, kena oven, duh neng. Nanti bibi bisa dimarahin sama den Rion." Keluh bi Sri setelah akhirnya membantu membereskan masalah yang terjadi.

Yang dimarahi hanya nyengir dan tersenyum bahagia melihat hasil karyanya. Meski tidak begitu estetika tapi masih enak dimakan.

"Rion mau makan ga ya, bi?" Rara sedikit meringis saat mengatakannya, sudah mulai pesimis.

"Ya mau dong! Kenapa juga gamau?" Bi Sri terlihat tidak terima dan itu membuay Rara sedikit merasa tenang.

Sekitar satu jam kemudian, Rion pulang bersama Henry yang seperti biasa menjemput bi Sri untuk diantar pulang. Wajah Rion sedikit gusar saat mencium aroma gosong yang tercampur di udara. Firasat Rion langsung mengatakan jika itu ulah istrinya dan membuatnya khawatir.

"Kau sudah pulang?" Rara muncul begitu Rion hendak mencari.

Tanpa berkata, Rion langsung memeriksa istrinya. Membalikkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan, mengecek setiap sudut hingga menarik tangannya. Barulah helaan nafas Rion yang begitu berat terdengar.

Rara sudah nyengir duluan sebelum mata Rion menatapnya meminta penjelasan.

"Hanya goresan, tapi, aku berhasil! Well, meski ga terlalu indah tapi edible kok." Rara mencoba mengalihkan dan menenangkan suaminya itu. Yang malah mengeluarkan helaan nafas kecewa.

Sejujurnya Rara merasa sedih melihat reaksi itu.

"Kan sudah kubilang kau tidak perlu melakukan ini. Jika lapar, kita bisa memesan makanan. Kau tidak perlu memaksakan diri." Ucapan Rion membuat Rara semakin sedih dan menundukkan wajahnya. Dia berusaha menahan, tapi akhirnya berubah cemberut.

Trapped in Trap (ONHOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang