T&T : Part 22

1K 118 22
                                    

Happy reading!

Sudah dua hari setelah kematian bule Dwi yang begitu mendadak. Tidak ada yang menyangka, operasi yang sukses sekalipun ternyata tidak akan dapat melawan takdir dari Tuhan. Bule Dwi kini sudah beristirahat dengan tenang, tidak ada rasa sakit yang terlalu lama dan ia terlihat seakan tertidur. Dengan senyuman seakan menipu siapapun yang melihatnya saat ini.

Disisi lain, orang - orang yang ditinggalkan menangis meraung - raung dan terdiam mematung. Terlalu shock untuk menerima kenyataan yang baru saja terjadi. Belum siap untuk ditinggalkan orang yang mereka sayangi secepat itu dan menyalahkan diri sendiri karenanya.

"Permisi, apa anda keluarga bu Dwi?" sapaan lembut dan penuh rasa bersalah menyapa Rara yang masih diam membeku di tempatnya.

Rara masih tidak percaya dengan yang terjadi dan menatap bule Dwi yang sedang tertidur dengan Keysa yang menangis begitu kencang dan Vany berusaha menenangkannya meski ikut terisak. Sementara Devan hanya diam seperti patung, mengelus lembut kepala bule Dwi dengan raut yang sulit diartikan.

Tersadar dari lamunannya, Rara tidak menyadari jika ia sedang menangis. Ia langsung menoleh dan mengangguk pada suster yang menghampiri. Ternyata untuk keperluan administrasi dan pengurusan jenazah bule Dwi.

Melihat keadaan Devan dan Keysa, tentu saja Rara dengan sukarela mengambil alih segala urusan. Mereka masih terlalu shock, tidak ada orang lain yang bisa membantu jadi biarkan dia yang turun tangan. Kemudian segala urusan dilakukan Rara, dari menghubungi kepala RT untuk meminta bantuan dalam penyambutan jenazah dan segala keperluan pemakaman. Beruntung, warga sekitar dan tetangga mengenal dan menyayangi keluarga mereka. Begitu mendengar berita itu, mereka semua turun tangan membantu.

Ketika jenazah sudah dibawa pulang kerumah, mereka disambut dengan para tetangga yang sudah menunggu. Membantu mengurus jenazah dari memandikan, menyolatkan hingga ke pemakaman. Rara yang membicarakan dan menangani semua dengan para tetangga yang bersedia membantu.

"Kau baik - baik saja, nona?" Lily terlihat khawatir dengan keadaan Rara yang terlihat pucat setelah selesai mengurus semua keperluan.

Namun, ia tidak ingin menganggu Devan dan Keysa yang masih begitu shock. Mereka berdua begitu kehilangan. Satu - satunya keluarga dan orang tua juga sanak saudara mereka sudah tidak pergi. Kini Devan dan Keysa hanya sebatang kara. Selain bule Dwi, tidak ada keluarga yang menerima mereka. Bahkan saudara dari pihak ayah mereka yang lain datang hanya untuk memaki Devan.

Mengatakan jika mereka hanya menjadi pembawa sial dalam keluarga. Hal itu membuat Rara merasa sangat sedih dan kasihan pada Devan juga Keysa. Pria itu tidak mengatakan apapun dan hanya diam. Bagai mayat hidup. Sementara Keysa menangis kencang dan ketakutan, Rara dengan cepat membawa Keysa juga Vany ke kamar. Kemudian ia kembali untuk melihat keadaan yang sudah diamankan oleh para tetangga. Mereka tau bagaimana kondisi Devan dan memakluminya, merasa prihatin juga kasihan.

"Dev?" Acara pengajian yang dilakukan selama 7 hari 7 malam akhirnya berakhir malam itu dan Rara sama sekali tidak melihat Devan menyentuh makanan sedikit pun.

Keysa juga begitu terpuruk dan menolak untuk makan jika Vany dan Rara tidak membujuknya. Gadis itu terlihat begitu hancur dan menumpahkan segala kesedihannya. Lain hal dengan kakaknya, yang hanya menjadi zombie semenjak hari kematian bule Dwi. Ia seakan kehilangan semangat hidup dan begitu shock.

Jadi, malam itu Rara memutuskan mereka lebih baik tinggal dirumah Rara sementara. Disana suasana cukup ramai dan mungkin bisa mengalihkan kesedihan mereka. Tapi, Devan menolak. Ia meminta Rara untuk membawa Keysa dan Rara saja.

"Aku ingin sendirian. Kamu ga perlu khawatirin aku. Makasi ya Ra. Maaf juga buat semua." gumam Devan saat Rara selesai bertanya.

Rara tidak bisa memaksa, ia tidak berani menganggu privasi Devan. Hanya saja ia begitu khawatir dengan keadaan Devan.

Trapped in Trap (ONHOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang