T&T : Part 13

1.1K 122 10
                                    

Happy Reading!

"Anjir! Woy! Kembaliin hp gw!" Devan berusaha mengambil ponselnya yang tiba - tiba direbut oleh Indra.

Jika tau akan seperti ini, mungkin Devan tidak akan pernah menceritakan bagaimana tanpa pemberitahuan Rara pulang begitu saja dengan jet pribadi suaminya. Selain itu, Rara memang seperti hilang kontak dengannya. Sama sekali tidak ada kabar, meski Devan sudah mencoba mengontak tapi tidak ada jawaban. Apakah ini sudah menjadi akhir dalam perjuangannya? Berakhir begitu saja?

"Tunggu dulu! Gw harus memastikan kalo Rara engga lupa sama lu. Mungkin dia lagi ga megang hp jadi ga ngeliat semua pesan lu. Lah lu juga ga ada inisiatif ini mah." Indra yang sibuk mengotak - atik ponsel Devan menemukan jika tampilan chatnya dengan Rara kosong.

Memang benar, Devan tidak menghubungi Rara dengan rutin. Hanya sekadar 'hai' 'hello?' karena ia mulai merasa aneh saat Rara tidak membalasnya. Devan sendiri tidak mengerti kenapa ia mulai merasa tidak nyaman jika mengirimkan pesan bertubi - tubi yang malah akan membuat Rara terganggu. Apa karena ia mirip dengan Rara? Ia tidak suka diteror seperti itu dan menurutnya Rara juga tidak suka.

Dan.......

Pertanyaannya adalah, sejak kapan Devan memikirkan perasaan dan mood wanita itu? Kenapa dia mulai mengkhawatirkan Rara?

"Woy! Lepasin gw! Wahyu! Taik lu, woy jangan!" Devan terus berusaha mengambil ponselnya sembari mencoba melepaskan diri dari kungkungan Wahyu.

Sesekali ia menatap Rey meminta pertolongan, tapi pria itu hanya menghela nafas dan mengangkat tangan. Tidak mau ikut campur sama sekali.

"Wait, wait. Bentar, coba gw telpon dulu... Hmm, kagak di angkat.. Coba kita kirim pesan."

"Yu! Lu kan harusnya gamau gw sama Rara. Kenapa bantuin dia sih! Woy!" Masih beradu badan dengan Wahyu, akhirnya Devan mencoba menyadarkan temannya yang pelupa itu.

"Lah, bener juga lu. Sial." Wahyu dengan segera melepas Devan yang mulai mengejar Indra yang sudah mengetik dan mengirimkan pesan aneh.

Padahal jam 8 mereka memiliki penerbangan, tapi berlari - lari di ruang ganti dan bertengkar, membuat mereka sama sekali belum bersiap. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 7 lewat.

"Indra! Anjir!" Teriakan Devan bersamaan dengan pintu ruangan terbuka yang membuat mereka semua berhenti seketika.

Indra yang berada tepat sebelum pintu, langsung berhenti sehingga membuat Devan menabrak tubuhnya dan segera merebut kembali ponselnya. Ingin sekali Devan menghajar temannya itu jika bukan karena senior mereka memasang wajah kesal saat menangkap belum ada satupun yang selesai selain Rey.

"Kalian pikir ini taman kanak - kanak? Berhenti bermain dan cepat siap - siap! 5 menit lagi kita briefing terakhir." ujar senior mereka sebelum menutup pintu dengan kasar.

Baru setelah itu Devan menimpuk kepala Indra dan buru - buru berlari ke lokernya untuk bersiap. Ia bahkan tidak sempat memeriksa pesan itu karena harus segera selesai dalam waktu kurang dari 5 menit. Jadi, dengan perasaan deg - degan, Devan mengganti seragamnya dan bersiap.

"Apa yang lu bilang setan?!"

Indra hanya cekikikan.

"Cuma sapaan biasa doang elah. Santai."

"Taik." gumam Devan dan menutup loker dengan kesal.

Bersama yang lain, Devan langsung menuju lokasi briefing dengan membawa kopernya. Sebelah tangannya dengan cepat memeriksa pesan yang dikirim Indra dan refleks mulutnya mengeluarkan makian.

"Anjir! Taik banget lu! Astaga gw ga pernah-- Anjay!" Ingin menendang Indra yang sudah ngacir duluan, Devan berhenti sesaat untuk menghapus pesan - pesan itu.

Trapped in Trap (ONHOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang