T&T : Part 1

3.5K 163 9
                                    

Happy reading!

"Devan!" teriakan itu membangunkan pria berusia 22 tahun yang mengerang kesal.

Ia membenamkan wajahnya di bantal sebelum suara itu kembali terdengar kembali.

"Devan! Astaga!! Bangun lu kebo!" Suara teriakan wanita berusia sama dengannya itu akhirnya menggelegar dan membuat kesadaran Devan kembali dengan sempurna.

"Berisik banget sih lu Van!" Devan melempar bantal kepalanya ke arah Vany, sahabatnya begitu wanita itu masuk ke kamarnya.

"Anjir!" menerima serangan bantal tepat di wajahnya, tentu saja Vany emosi.

Wanita itu berlari mengejar Devan yang berusaha melarikan diri untuk balas memukulnya dengan bantal. Berulang kali hingga pria itu menyerah dan meminta ampun.

"Ganas banget sih jadi cewe. Hati – hati lu ga dapat cowo!" ujar Devan, sambil mengambil kaos dan menggunakannya.

Pria itu merenggangkan tubuhnya yang terasa lelah sebelum berjalan menuju koridor kamar Vany. Dimana ia memutuskan untuk menginap setiap selesai 'bermain' dengan wanita.

"Berisik lu setan. Tanpa nasehat lu, uda banyak cowo yang ngantri buat gw."

Menatap wanita itu tidak percaya, Devan menyunggingkan senyum.

"Serius? Ngantri? Buat empal gent—Aoww! Sakit Van!" Devan meringis dan mengelus pinggangnya yang dicubit tanpa belas kasihan oleh Vany.

"Jangan pernah ke apartemen gw lagi lu!"

"Eits! Eits! Ampun, ampun. Yeee~ gitu aja marah cecungguk." Devan dengan segera merangkul lengan Vany yang begitu mungil dan merayu wanita itu.

Masih kesal, Vany lalu menunjuk ke arah meja riasnya. Dimana ponsel Devan berada sejak ia tiba dan menghempaskan diri ke tempat tidur Vany.

"Btw, tadi Keysa nelpon berulang kali. Terus gw angkat akhirnya." Jelas Vany yang membuat mata Devan membulat sempurna.

Pria itu seketika berlari mengambil ponselnya dan mengecek panggilan. Memang benar, adik semata wayangnya itu sudah menghubunginya berulang kali dan sialnya ia lupa memberi kabar jika ia tidak pulang. Sudah pasti Keysa khawatir.

"Tenang aja, gw bilang lu ada flight mendadak dan hp lu tinggal pas gw nganter lu." Mencoba menenangkan Devan, sepertinya Vany berhasil.

Karena setelah itu Devan menghela nafas dan berterima kasih. Jika bukan karena kebutuhan sebagai seorang pria, Devan tidak akan sering meninggalkan adiknya seperti ini. Ditambah pekerjaannya saja sudah cukup membuat Keysa tinggal sendirian. Iya, Devan adalah seorang steward atau flight attendant atau yang biasa disebut sebagai pramugara. Yang mana mengharuskannya untuk bekerja dalam pesawat dan terbang jauh dari rumah. Bahkan ia pernah terbang hingga ke luar negeri dan tidak pulang sampai 3 – 4 hari.

Meninggalkan adik semata wayangnya sendiri selama itu setiap minggunya, membuatnya merasa bersalah. Tapi, bagaimanapun Devan harus melakukannya demi kelangsungan hidup mereka berdua. Well, sungguh keberuntungan yang membuat Devan menjadi seorang pramugara. Mengandalkan hanya otak dan tubuhnya, Devan lulus menjadi pramugara dengan mudah. Itu mungkin berkah dari Tuhan atas kesabarannya yang harus hidup berpindah – pindah dari satu saudara ke saudara lain yang mau menampung mereka sejak ditinggalkan ibunya.

Dari sekian sanak saudara, hanya Tante Dwi yang menerima mereka dengan senang hati. Adik terakhir dari ayah mereka yang bersedia menampung mereka dengan sukarela. Meski wanita itu tidak memiliki apa – apa dan hidup sendirian tanpa anak setelah kematian suaminya.

"Halo, bule? Bule dimana? Keysa uda berangkat sekolah?" Masih menghawatirkan adiknya, Devan mencoba menghubungi tantenya.

'Eh, Devan? Kamu kemana aja? Kok ga pulang dari kemarin? Bukannya libur?' Terdengar kekhawatiran dalam suara tante Dwi yang membuat rasa bersalah Devan semakin besar.

Trapped in Trap (ONHOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang