T&T : Part 21

1.3K 116 23
                                    

Happy Reading!

"Sepertinya dia kelelahan dan stress, pastikan dia istirahat yang cukup dan makan yang teratur." Ujar dokter sekali lagi pada Rara.

Kali ini yang menjadi pasien bukan bule Dwi, melainkan Devan yang tiba - tiba pingsan karena kelelahan. Wajar saja, ia sudah terlihat begitu pucat. Devan terlalu memaksakan diri hingga akhirnya tubuhnya menyerah. Beruntung Evan bersamanya saat tiba - tiba Devan terjatuh dalam perjalanan ke kamar mandi.

"Baik, dok. Terima kasih." Ujar Rara sebelum keluar dari ruangan dokter bersama Rion.

"Maaf, kau jadi ikut repot." Rara merasa tidak enak dengan Rion yang jadi membantu mengurus semua.

Pria itu menggeleng dan menghela nafas.

"Lebih baik daripada kau sendirian mengurus semua ini."

Mereka berdua berjalan ke ruang inap Devan dan melihat pria itu tertidur lelap.

"Mungkin aku akan menginap. Kamu pulang dan beristirahatlah." Gumam Rara pada Rion yang langsung membuat pria itu mengerutkan kening.

"Kenapa kau?" Meski Rion tau hubungan Rara dan Devan, ia masih tidak rela membiarkan Rara menjaga Devan sendirian di rumah sakit.

"Karena hanya aku yang bisa menemaninya. Bagaimana jika dia melakukan hal bodoh lagi? Tidak ada yang melihatnya." Jelas Rara tapi Rion tidak terlihat senang dengan fakta itu.

"Biar wanita yang bersamanya yang menginap. Aku bisa menyuruh Lily atau Henry mengantarnya."

Rara menggeleng cepat dan menatap Rion tidak percaya.

"Vany? Dia baru sama lelahnya dengan Devan. Aku tidak mau dia sakit, biarkan dia istirahat dulu." Tolak Rara yang membuat Rion menyipitkan matanya kesal.

Meski mencoba membantah, Rion sudah tau Rara akan tetap memaksa untuk tinggal. Sudah pasti dia akan menjaga dan menemani pria yang dicintainya kan? Bodoh sekali Rion sampai menghawatirkan dan kesal dengan hal itu. Dia seharusnya membiarkan saja Rara melakukan apa yang ia inginkan. Itu yang mereka janjikan saat itu.

Tapi, hati Rion tidak bisa membiarkan Rara berdua saja dengan Devan. Rasa cemburu sekaligus khawatir menyelimuti. Bagaimana jika nanti seseorang datang menyakiti Rara? Tidak ada yang tahu kapan para debt collector itu mencari kesempatan.

Meninggalkan Evan bersama Rara mungkin bisa sedikit menenangkan Rion. Tapi, tunggu..

"Biar Evan yang menemaninya disini. Kau harus pulang." Ucap Rion tegas dan menyusun ide dalam kepalanya.

Saat Rara ingin menolak lagi, Rion dengan cepat mematahkannya.

"Kau tau anak kecil itu hanya dekat denganmu. Bagaimana jika ia menangis dan menganggu yang lain tengah malam? Siapa yang akan menemaninya?" Lanjut Rion dengan alasan masuk akal yang membuat Rara tersadar.

Ia sepertinya lupa dengan Keysa yang juga butuh seseorang di rumah. Benar saja, saat ini Vany mungkin tidak bisa menenangkan Keysa yang membutuhkan support. Vany juga terguncang sama seperti Keysa. Gadis itu membutuhkannya.

Akhirnya, Rara mengalah dan mengangguk lemah. Ia menyetujui perkataan Rion dan meminta Evan untuk menjaga Devan. Besok pagi dia akan kembali untuk menyelesaikan semua hal menyangkut Devan dan bule Dwi. Saat ini dia juga butuh istirahat dan cukup tidur.

"Kau mau makan apa?" Tanya Rion saat mereka dalam perjalanan pulang.

Langit sudah begitu gelap dan jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Hampir tidak ada tempat makan yang masih terbuka selain yang di pinggir jalan. Jadi, Rara tidak tau harus menjawab apa. Ia juga tidak begitu lapar setelah kejadian tadi.

Trapped in Trap (ONHOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang