T&T : Part 5

1.4K 120 17
                                    

Happy reading!

Rara hanya diam selama proses make up dan juga fitting baju untuk acara malam itu. Ia tidak mengatakan satu kata pun setelah kejadian mengerikan dan menyakitkan itu.

Yang ia lakukan setelah Raisa memanggil namanya adalah berlari masuk ke kamarnya sendiri. Mengurung diri disana dan menertawakan kebodohannya sebelum menangisinya. Membuatnya kembali memiliki mata bengkak yang syukurnya bisa di tutupi dengan make up.

"Apa ada sesuatu, Miss?" salah satu asisten penata riasnya tiba - tiba bertanya dengan suara pelan.

Membuat Rara sedikit kaget dan begitu melihat ekspresi khawatir wanita itu, Rara hanya tersenyum dan menggeleng.

"Nothing." jawab Rara singkat dan asisten itu hanya diam dan kembali menata rambut Rara.

"Terlalu ketara ya?"

Sedikit ragu, wanita itu mengangguk.

Rara tersenyum tipis sebelum kembali diam hingga akhir. Beruntung, ia tidak perlu bertemu Rion selama itu. Lagipula apa peduli pria itu?

Lalu kilas balik kejadian tadi membuat dada Rara terasa sesak kembali. Ia mencoba bernafas dengan perlahan dan sialnya, tanda - tanda itu kembali datang. Kenapa sekarang?

"Nona Rara, ini perhiasan ya--- Nona Rara!!" penata busana Rara terkejut saat melihat Rara terjatuh dan terduduk di lantai kamar.

Sambil memegang dada, Rara berusaha mengatur nafasnya dan menenangkan diri. Namun, pikiran - pikiran itu mendadak menyerangnya. Ia bahkan tidak lagi mengetahui apa yang terjadi sampai suara Lily yang menyuruh semua orang keluar terdengar jelas di telinganya.

Sedetik kemudian ia mendengar suara bi Sri yang panik dan berusaha menenangkannya. Iya, selama ini hanya bi Sri yang berhasil membuatnya kembali tenang. Membuatnya merasakan aman dan seakan berada dalam pelukan ibunya.

**

"Apa kau masih memikirkan kejadian tadi pagi?" suara Raisa menyapa Rion yang tengah bersiap di tempat pribadinya.

Wajah pria itu tidak menunjukkan ekspresi apapun, membuat siapa saja yang melihatnya tidak akan menyadari apa yang dipikirkan pria itu. Tapi, berbeda dengan Raisa, ia begitu mengenal Rion hingga bisa menebak jika saat ini pria itu sedang tidak tenang.

Tangan Raisa menyentuh dada bidang Rion dan naik untuk merapikan dasi biru donker milik Rion.

"Semua baik - baik saja. Itu bukan kesalahanmu. Lagipula, sepertinya dia tidak peduli dengan apa yang ia lihat." gumam Raisa lembut dan menyentuh wajah Rion.

Raisa menangkup wajah Rion dengan kedua tangannya dan membuat pria itu menatapnya.

"Hey, lihat aku. Everything's gonna be okay. Trust me."

Rion menutup matanya dan mengangguk. Ia lalu menatap pantulan dirinya dengan Raisa di cermin. Semua terlihat sempurna, iya, seharusnya semua terlihat sempurna seperti ini bukan?

Jika apa yang dikhawatirkan Raisa terjadi, saat hubungan terlarang mereka terungkap lagi karena Rara melihatnya bercinta dengan wanita yang begitu dibenci keluarganya, Rion sama sekali tidak peduli.

Bukan. Bukan itu yang membuat Rion khawatir dan tidak tenang.

Ada hal lain yang membuat hatinya gelisah. Membuat moodnya seketika berubah buruk. Semua itu karena ia melihatnya, bagaimana ekspresi Rara saat menangkap basah perbuatannya. Ekspresi kecewa dan terluka yang baru pertama kali Rion lihat selain wajah datar itu.

Saat mengingat itu, Rion merasakan sesak di dadanya. Ia tahu jika mungkin Rara hanya kaget dan marah. Ia tahu mungkin Rara akan semakin membenci dan jijik padanya. Padahal ia sudah membuat Rara menjauh dan melarang wanita itu membuat skandal hingga perjanjian mereka berakhir. Tapi, lihat.. siapa yang sebenarnya melanggar janji sialan itu?

Trapped in Trap (ONHOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang