T&T : Part 15

1.4K 143 38
                                    

Happy Reading!

Tidak ada yang mendengar pintu terbuka atau langkah kaki seseorang yang memasuki pintu utama. Tentu saja, bagaimana bisa mereka mendengar hal itu ketika semua orang tengah berkumpul di meja makan yang cukup jauh dari sana. Terutama semua pengurus rumah dan penyambut tamu mereka.

"Maaf, aku yang meminta mereka untuk melakukan ini." Rara menunduk menatap sosok pria yang menatap kerumunan orang - orang itu dengan marah.

Mereka semua ikut menghentikan kegiatan mereka dan menundukkan kepala. Merasa bersalah dan tidak berani mengangkat wajah.

"Kenapa tidak ada satu orang pun yang berjaga di luar?! Dan-- Siapa mereka?!" Mata Rion menatap tajam Devan dan Keysa.

Membuat gadis malang itu bersembunyi takut di balik kakaknya.

Mengetahui itu, Rara menghela nafas dan memberanikan diri untuk mendekati Rion.

"Bisa kita bicara di tempat lain? Tolong." pinta Rara pelan, mencoba menangani kekacauan yang terjadi dan menenangkan Rion.

Tentu saja, Rara paham kenapa Rion begitu marah. Ini semua salahnya karena membiarkan pengamanan rumah longgar. Meski ia sangat tau Rion paling tidak suka hal seperti itu terjadi. Ia terlalu ketat dalam keamanan rumah atau bisa dibilang istana miliknya ini. Membuat Rara berpikir untuk berpindah ke tempat yang lebih sederhana dan membeli rumah sendiri.

"Rion? Kumohon?" Karena masih diam, Rara mencoba bertanya sekali lagi dan Rion akhirnya menghela nafas sebelum berjalan pergi.

Sebelum menyusul Rion, Rara lebih dulu berbalik ke arah kerumunan orang yang terkena dampak karena ulahnya. Terutama Keysa yang mungkin shock karena melihat Rion yang marah.

"Maafkan aku, ini semua salahku. Aku akan membereskan semuanya, kalian tenang saja." gumam Rara yang mendapat anggukan mereka semua sebelum tersenyum dan pergi menyusul Rion.

Pria itu masuk ke salah satu kamar yang tidak terpakai. Lebih cocok disebut ruangan santai yang dipakai Rara untuk menonton TV dan menikmati drama - dramanya. Ruangan itu seperti ruang keluarga dengan sofa, kursi santai dan juga TV berukuran besar. Lantainya sendiri ditutupi dengan ambal tebal di sepenjuru ruangan.

Begitu menutup pintu dibelakangnya, Rara melangkah masuk dengan gugup. Melihat sekali ke arah Rion yang sudah duduk di salah satu sofa masih dengan raut wajah kesal dan tidak bersahabat. Ada apa dengan Rion? Kenapa dia terlihat begitu marah hanya karena hal ini?

"Aku minta maaf." Rara bergumam memecahkan keheningan.

Yang hanya dijawab Rion dengan keheningan. Ia menatap Rara dan membuat wanita itu bergeming karena gugup. Tidak tau kenapa, Rion sendiri bingung kenapa ia bisa begitu marah. Hanya karena mengetahui dan memergoki  petugas dan pengurus rumahnya semua berkumpul di meja makan.

Meski awalnya, Rion hanya heran melihat halaman rumahnya kosong. Hanya penjaga gerbang yang masih berjaga di tempat. Selain itu, ia melihat pengurus taman dan rumahnya tidak terlihat. Mungkin mereka sedang istirahat, itu yang Rion pikirkan. Namun, begitu melihat ternyata mereka sedang berkumpul di dapur dan meja makan, Rion masih biasa saja. Hanya ingin menegur dan malah berniat ikut memperhatikan kerumunan yang tengah serius itu.

Sampai akhirnya, sesuatu tertangkap matanya. Tidak jauh dari kerumunan itu, menyendiri di counter dapur, Rion melihat istrinya dan pria yang membuat darahnya mendidih itu berada dalam jarak terlalu dekat. Bahkan, jika Rion tidak bertindak, mungkin mereka akan melakukan hal yang...

Rion refleks berteriak dan merasa sangat marah. Rasanya ia bisa mengebrak meja itu dan menghajar wajah Devan. Mengusirnya segera dari rumah ini. Berani - beraninya dia..

Trapped in Trap (ONHOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang