T&T : Part 20

1.2K 120 13
                                    

Happy reading!

Semenjak hari itu, Rion dan Rara menjadi dekat. Begitu dekat melebihi harapan Rara. Ia tidak menyangka Rion mau mencoba memulai hubungan baik dengan dirinya. Tidak menyangka Rion bahkan bisa bersikap begitu ramah padanya. Meski ternyata, sikap Rion tetap menjadi dingin jika berhubungan dengan orang lain yang tidak begitu dekat dengannya.

Mendengar cerita Henry, Rion berubah seperti itu semenjak kejadian di masa lalu. Mungkin yang kejadian yang diceritakan Rion sebelumnya. Rara tidak berani bertanya terlalu jauh, ia tidak mau Rion merasa tidak nyaman dan merusak hubungan mereka yang kini sudah begitu baik.

Meski, Rara tau dihati Rion masih ada Raisa, ia tidak terlalu memikirkannya. Pada awalnya, Rara tidak ingin begitu serakah untuk mengharap lebih dari Rion. Tapi, entah mengapa kini ia berharap jika Rion juga merasakan hal yang sama padanya.

Bagaimana bisa Rion berpikir ia menyukai Devan? Mengira ia dan Devan memiliki hubungan lebih? Itu tidak masuk akal. Seorang seperti Devan tidak akan menyukai wanita sepertinya. Sangat mustahil untuk terjadi. Devan hanya sebatas teman, pria itu hanya menganggapnya sebatas teman, kan?

Rara berjalan ke arah cermin besar di kamarnya. Menatap pantulan dirinya disana. Terlihat begitu besar dan tidak menarik sama sekali. Ia mencoba tersenyum dan menyeringai, lalu seketika raut wajahnya berubah muram.

"Jangan kebanyakan ngayal, Ra. Ga mungkin juga ada yang tertarik sih." gumam Rara pada dirinya sendiri dan menjadi murung.

Lagipula, kenapa ia tidak menyangkal semua perkataan Rion saat itu? Kenapa ia malah diam dan meringis? Mungkin karena dia sendiri terlalu kaget dengan semua perkataan Rion. Perasaannya begitu campur aduk malam itu. Ia merasa senang sekaligus bingung, panik dan sedikit kecewa. Tidak ada yang bisa ia katakan selain mengangguk dan kata - kata yang tidak ia harapkan terucap.

"Kenapa sih, Ra? Kamu tuh terlalu pesimis, tau ga? Terlalu penakut!" ujar Rara pada bayangannya sendiri.

Seakan memarahi dirinya karena sudah begitu menyia - nyiakan segalanya. Terlalu larut dalam ketakutan dan insecure. Tidak percaya diri dan pesimis. Semua hal itu tidak pernah bisa Rara hindari bagaimana pun ia mencoba. Ia hanya takut kecewa dengan harapan yang sia - sia.

Mengingat Devan, sudah beberapa hari ini dia tidak mendengar kabar dari pria itu. Terakhir kali 2 minggu yang lalu sehari setelah ulang tahunnya. Itu juga Devan hanya mengucapkan selamat ulang tahun dan merasa bersalah karena terlambat.

Lalu Devan sibuk bekerja dan mengambil shift penerbangan yang beruntun. Ada apa? Apa terjadi sesuatu? Devan sedang membutuhkan uang? Kenapa tidak mengatakannya pada Rara? Apa dia merasa tidak enak?

Rara mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Devan. Mencari tau apa yang terjadi. Tapi, ternyata ponsel Devan tidak aktif. Jadi, Rara memutuskan untuk menghubungi Keysa.

"Halo? Key? Kamu kenapa?" Rara terlihat bingung dan panik begitu mendengar isak tangis Keysa.

'Kak Rara.. hiks.. Bule Dwi..'

Kalimat itu seketika membuat jantung Rara seketika berhenti berdetak. Rasa takut membuat Rara sesaat tidak bernafas dan ia langsung menanyakan kembali keadaan Keysa yang ternyata berada di rumah sakit.

Tanpa banyak membuang waktu, Rara langsung bersiap dan berangkat ke rumah sakit yang dikatakan Keysa. Ia harus tau sebenarnya apa yang telah terjadi. Kenapa Keysa menangis dan berada di rumah sakit. Ini pasti ada hubungannya dengan keadaan Bule Dwi.

"Evan, Lily. Kita harus ke rumah sakit sekarang." ujar Rara yang membuat kedua penjaganya itu membulatkan mata.

"Kenapa? Kau merasa tidak enak badan?"

Trapped in Trap (ONHOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang